Kakak dan Adik Selalu Bertengkar, Bagaimana Orang Tua Harus Menyikapi?

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 30 Jul 2018

Kakak dan Adik Selalu Bertengkar, Bagaimana Orang Tua Harus Menyikapi?

Kakak beradik sering bertengkar dilansir dari tirto.co.id

Satu hal yang perlu orang tua ketahui, tidak ada hubungan kakak adik yang berjalan mulus tanpa pertengkaran.

Yang perlu Anda perhatikan adalah sikap mereka setelah bertengkar. 

Di sinilah peran orangtua berlaku, memanfaatkan konflik untuk membangun karakter anak-anak dan membina hubungan harmonis di antara mereka.

Hubungan kakak dan adik dalam Islam telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.

"Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang muda" (HR. Imam Ahmad dan ath-Thabrani)

Sama dengan kewajiban anak berbakti kepada orangtua, saudara sekandung pun harus saling menghormati dan menyayangi. 

Sehingga, terbentuklah keluarga harmonis yang hangat, akrab, saling memahami dan mendukung satu sama lain.

Sayangnya, perjalanan orangtua dalam mendidik anak-anaknya tidak selalu dilimpahi kemudahan.

Ada saja ulah adik dan kakak atau perilaku kita yang tidak terkontrol hingga sulit menciptakan keakraban diantara anak-anak.

Pentingnya Menjaga Hubungan Adik dan Kakak

Dalam hadits yang kami sisip kan di atas, dijelaskan peran kakak terhadap adik adalah mencurahkan kasih sayang dan melakukan penjagaan.

Inilah salah satu manfaat pentingnya menjaga hubungan adik dan kakak. 

Yakni melatih sikap tanggung jawab dan belajar menyayangi orang lain.

Selain itu, ada beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan apabila Anda mengajarkan untuk saling menyayangi antar saudara kandung.

1. Mengajarkan tanggung jawab pada anak

Manfaat utamanya adalah menanamkan tanggung jawab pada anak, khususnya kakak (anak yang lebih besar dari segi usia).

Anda bisa melibatkan kakak untuk menjaga dan mengurus adik.

Pada umumnya, orangtua malah menghindarkan kakak dari adiknya. Karena takut kakak akan mengganggu atau mengusili adik.

Justru, pemikiran orang tua inilah yang menimbulkan sifat iri hati terhadap saudara kandung.

Orangtua cenderung membela anak yang lebih kecil karena menganggap adik lebih membutuhkan bantuan.

Lakukanlah yang sebaliknya, dekatkan kakak pada adiknya. 

Sebagai contoh, meminta kakak memilihkan baju yang cocok dipakai adik atau meminta kakak membalurkan bedak di tubuh adik.

2. Mengajarkan kepemimpinan

Seorang adik biasanya mengidolakan kakaknya. Apapun yang dilakukan kakak atau barang apa yang dimiliki kakak, biasanya adik juga ingin memilikinya.

Anda bisa memanfaatkan hal ini untuk mengajarkan kepemimpinan pada anak yang lebih dewasa.

Misalnya dengan mengingatkan kakak,

“kak, adikmu sayang banget lho sama kamu. Dia ingin jadi seperti kamu. Coba deh kakak perhatikan mainan, baju dan sikapnya. Jadi, kakak adalah contoh bagi adik.”

Seseorang yang diidolakan dan dicontoh oleh orang lain pasti merasa bangga.

Nah, rasa bangga inilah yang akan mendorong kakak untuk memperbaiki diri. 

Dia pasti tak ingin terlihat buruk di depan adiknya. Dia pun akan senantiasa menjaga dan membimbing adiknya.

3. Dukungan dan kasih sayang yang takkan pernah putus

Berbeda dengan teman yang datang karena ada maksud dan tujuan. 

Saudara sekandung adalah dukungan dan kasih sayang yang takkan pernah putus.

Saat orangtua mampu membina hubungan baik diantara anak-anaknya, maka saat kita mulai menua nanti. 

Mereka akan saling mendukung untuk menjaga dan merawat kita.

Tidak hanya itu, saat anak mengalami masalah, mereka bisa mengandalkan saudaranya untuk mendapatkan bantuan.

4. Melatih kemampuan berinteraksi

Seperti kata pepatah, ‘darah lebih kental daripada air’. 

Kita memiliki hubungan yang dalam dan dekat dengan saudara kita.

Orangtua harus memanfaatkan hal ini untuk melatih kemampuan anak dalam berinteraksi. 

Karena teman pertama bagi anak adalah saudaranya.

Hubungan pertama anak dengan manusia adalah bersama orangtuanya. 

Setelah itu, mereka akan mengenal saudara (kakak atau adik) sebelum keluar dari lingkungan rumah.

Hubungan antara adik dan kakak adalah wadah tepat untuk melatih kemampuan berinteraksi.

5. Menumbuhkan rasa kasih sayang dan perhatian

Saat dewasa nanti, anak-anak akan sibuk mencari jati diri dan membangun karir masing-masing.

Hubungan dalam dan hangat sewaktu kita masih kecil akan menjadi kenangan manis yang selalu kita rindukan.

Ikatan saudara mengingatkan kita tentang ‘siapa diri kita sebenarnya dan darimana kita berasal’.

Cara Membangun Hubungan Kakak dan Adik dalam Islam

Banyak orangtua yang bingung dan salah langkah dalam menyikapi konflik diantara anak-anaknya.

Meskipun konflik itu disebabkan oleh masalah sepele, seperti, rebutan mainan atau kakak yang tidak ingin diganggu oleh adiknya.

Orangtua pun jarang memberikan pengarahan pada adik yang harus menghormati kakaknya dan kakak yang harus membimbing adiknya.

Kita cenderung membiarkan hubungan mereka tumbuh alami. Karena kita menganggap, meminta anak memanggil saudaranya ‘adik’ atau ‘kakak’ saja sudah cukup.

Nah, untuk menguatkan ikatan antara adik dan kakak serta menjadikan hubungan itu sebagai wadah membangun kepribadian baik, Anda tidak bisa cuek. 

Berikut adalah langkah-langkah yang harus Anda terapkan untuk membina hubungan kakak dan adik dalam islam.

1. Berlaku adil dan tidak pilih kasih

Pola asuh yang cenderung pilih kasih bisa menimbulkan cemburu dan rasa iri pada sesama saudara.

Sebagai contoh, adik menangis saat bermain dengan kakaknya. 

Tanpa mencari tahu penyebab adik menangis, orangtua biasanya langsung menghardik anak yang lebih besar.

"Kakak, jangan nakal ya. Jangan ganggu adik. Jangan bikin adik nangis".

Padahal, belum tentu kakak yang membuat ulah. Bisa jadi adik yang memulai pertengkaran lebih dulu.

Anda melakukan ini karena menganggap adik masih kecil dan lebih membutuhkan bantuan.

Tapi, respon kurang tepat seperti ini membuat kakak cemburu dan merasa disisihkan oleh adiknya. 

Bukannya semakin sayang, justru ia makin benci dengan adiknya.

Nabi Muhammad SAW. berpesan;

"Bertakwalah kalian kepada Allah SWT. dan bersikaplah adil kepada anak-anak kalian".

Dalam riwayat lain, Nabi SAW juga mengingatkan kita untuk memberikan sesuatu secara adil agar kelak anak-anak bisa berlaku adil dalam kebaikan dan kelembutan dalam merawat orangtuanya.

Betapa bahayanya dampak yang ditimbulkan dari sikap tidak adil ini.

Rasa cemburu dan iri hati pada saudara sendiri bisa berujung pada permusuhan serta putusnya tali persaudaraan.

Jadi, curahkan kasih sayang seimbang untuk anak-anak Anda. 

Jika konflik menghampiri mereka, kenalkan pada ‘pemecahan masalah’. 

Hindari menghardik dan menyalahkan tanpa mencari tahu penyebab masalahnya.

2. Menjadi contoh bagi anak-anak

Anak adalah cerminan dari orangtuanya. Hanya dengan melihat seorang anak. 

Anda bisa ‘membaca’ pendidikan dan pengasuhan dari orangtuanya.

Ya, perilaku orangtua adalah pembelajaran yang mampu memberikan pengaruh paling kuat untuk anak.

Contoh yang bisa Anda tunjukkan pada anak-anak adalah menjaga silaturahmi Anda dengan saudara-saudara sekandung.

Ajak anak-anak untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara Anda dengan membawakan buah tangan sebagai rasa cinta dan perhatian.

Setelah sampai di rumah saudara, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Diantaranya;

  • Menanyakan kabar
  • Menanyakan pekerjaan atau usahanya
  • Apakah hidupnya berjalan lancar atau tidak
  • Menanyakan apakah ia membutuhkan bantuan
  • Mengajak bercanda atau menceritakan masa kecil bersama orangtua dulu, dll.

Libatkan anak-anak dalam percakapan Anda dan saudara. Serta, dekatkan mereka dengan anak-anak dari saudara Anda.

Apabila tempat tinggal saudara sekandung Anda di luar kota atau luar pulau dan Anda kesulitan mengunjungi mereka. 

Anda tetap bisa menjalin silaturahmi melalui media sosial atau telepon.

3. Memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga hubungan dengan saudara. 

Tidak hanya melalui perilaku. Pendidikan harus diimbangi dengan pemahaman teori.

Bahwa dibalik sikap Anda yang memperhatikan saudara dan adil terhadap anak-anak, ada perintah Tuhan yang harus dipatuhi.

Dalam bersikap, Anda harus senantiasa memberikan pengertian pada anak. 

Misalnya, saat Anda memandikan dan merawat dengan baik bayi yang baru lahir.

Katakan pada kakaknya; "Kak, dulu sewaktu kamu masih bayi, ibu juga melakukan hal ini. Ibu mandiin kamu pakai air hangat, mengelus tubuhmu dengan hati-hati, memeluk dan menjagamu sepanjang malam"

Setelah anak mulai baligh, Anda bisa memberikan pemahaman dengan menggunakan dalil-dalil.

Misalnya, Anda mengajak kakak dan adik mengambil Al Quran terjemahan. 

Kemudian, membacanya bersama. Bahwa Tuhan mengingatkan kita untuk menghargai orang yang lebih dewasa dan menyayangi yang lebih muda.

Jelaskan peran masing-masing. Bagaimana kakak harus membimbing dan menjaga adik. 

Serta, adik yang harus membalas bimbingan kakak dengan perhatian dan cinta kasih.

4. Senantiasa memberikan nasihat

Saat anak-anak berkelahi, Anda tidak bisa langsung memberikan nasihat. 

Pada kondisi seperti itu, mereka sedang dalam emosi yang tidak stabil, sehingga sulit menerima masukan.

Jadi, ijinkan mereka tenang dan menyendiri terlebih dahulu. Saat Anda mendapati waktu yang tepat, barulah Anda bisa memberikan nasihat.

Siapapun itu akan mudah menerima masukan apabila sedang dalam keadaan tenang.

Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW yakni, memberikan nasihat saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan, sewaktu makan bersama atau saat anak sedang sakit.

Baca juga: Bukan Harta Benda, Ini Wasiat yang Wajib Diberikan ke Anak Seperti Ajaran Rasulullah

5. Senantiasa mendoakan anak-anak

Tidak ada kekuatan yang lebih dahsyat selain doa orangtua untuk anaknya.

Tanpa diminta, tanpa mengenal waktu dan kondisi, orangtua pasti akan selalu menyertai anak-anaknya dalam doa.

Hal ini pula yang dilakukan Rasulullah SAW. yang berdoa untuk cucunya, “Ya Allah, sungguh aku mencintai Al-Hasan.”

Melalui doa sederhana itu, Allah SWT. pun membalasnya dengan mencurahkan cinta untuk Al-Hasan.

Al Ghazali melalui Ihya Ulumuddin mengungkapkan;

"Hati anak-anak masih suci bagaikan tambang asli yang bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk dan dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan melakukan kebaikan, ia akan menjadi baik. Orangtua, guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan dan diabaikan pembinaannya layaknya binatang ternak, maka buruk dan rugilah ia. Orangtua, guru dan pendidik akan turut menanggung dosanya".

Doa Dianugrahi Keluarga yang Bahagia

Inilah hidup, Allah telah menentukan keluarga kita.

Kita tidak bisa menolaknya. Namun, kita tetap bisa memohon kepada Allah agar keluarga yang kita miliki, selalu utuh dan bahagia.

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء

Robbi hably min ladunka dzurriyyatan thayyibatan innaka samiiud du’a.

Artinya:

“Ya Tuhanku, semoga Engkau berkenan menganugrahiku dari sisi Engkau seorang anak (keturunan) yang baik. Karena sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa (makhluk yang memohon).” (QS. Ali ‘Imran: 38)

Demikian, semoga bermanfaat.

SHARE ARTIKEL