Dirut PD Dharma Jaya Menampik Telah Meminta Karyawanya untuk Shalat Jum`at 2 Shift
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 08 Sep 2016 Dirut PD Dharma Jaya, Marina Ratna Dwi Kusuma Jati dikabarkan membuat keputusan yang membuat kontroversi. Diberitakan sebelumnya bahwa ia minta karyawanya untuk shalat Jum'at 2 Shift. Hal ini membuat ratusan karyawan PD Dharma Jaya, hari ini (Kamis, 8/9), berencana mogok massal sebagai ungkapan protes.
Selengkapnya bisa anda baca disini :
- Dirut PD Dharma Jaya Keluarkan Kebijakan Aneh Shalat Jumat 2 Shift, KONYOL
- Minta Karyawanya Shalat Jum'at 2 Shift, ini Profil Marina Ratna Dwi Kusuma Jati Dirut PD Dharma Jaya
Amrun, Ketua Serikat Pekerja PD Dharma Jaya, mengungkapkan unjuk rasa akan berlangsung di kantor Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut di Jalan Raya Penggilingan, Jaktim. Salah satu yang bakal mereka suarakan adalah tenaga kontrak yang sudah bekerja lebih dari tiga tahun agar diangkat menjadi pegawai tetap.
“Kami juga meminta perusahaan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti pegawai terdaftar dalam BPJS Kesehatan, pembayaran sesuai dengan UMP dan lainnya,” tegas Amrun.
Mereka juga akan mempertanyakan soal kebijakan sistem shift untuk karyawan dalam menjalankan ibadah salat Jumat.
Saat dikonfirmasi hal ini, Gubernur Ahok mengaku belum mendapat laporan. “Nanti saya lihat aja dulu. Saya belum dapat laporan,” ujar Ahok di Balaikota DKI.
Anggota Komisi B DPRD DKI, Endah Parjoko, akan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI mengaudit PD Dharma Jaya. “Saya minta juga agar jajaran direksi jangan semena-mena menerapkan kebijakan yang justru merugikan karyawan,” pungkasnya.
Ia mencontohkan untuk bagian perparkiran misalnya saat waktu salat Jumat, petugas digantikan dengan karyawan perempuan. “Mereka sudah biasa dan mengetahui mekanismenya,” ucapnya.
Selama ini, kata Marina, pihaknya memberlakukan sistem shift untuk karyawannya untuk menjalankan ibadahnya. “Untuk yang muslim saat salat Jumat diganti dengan karyawan non muslim,” ungkapnya.
Nah, mulutmu harimaumu. Bila tak ada muaranya, bagaimana hal itu tersebar dari mulut seorang Ketua Serikat Pekerja, yang dipercaya sebagai pemimpin penyampai aspirasi para pekerja.
Selengkapnya bisa anda baca disini :
- Dirut PD Dharma Jaya Keluarkan Kebijakan Aneh Shalat Jumat 2 Shift, KONYOL
- Minta Karyawanya Shalat Jum'at 2 Shift, ini Profil Marina Ratna Dwi Kusuma Jati Dirut PD Dharma Jaya
Amrun, Ketua Serikat Pekerja PD Dharma Jaya, mengungkapkan unjuk rasa akan berlangsung di kantor Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut di Jalan Raya Penggilingan, Jaktim. Salah satu yang bakal mereka suarakan adalah tenaga kontrak yang sudah bekerja lebih dari tiga tahun agar diangkat menjadi pegawai tetap.
“Kami juga meminta perusahaan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti pegawai terdaftar dalam BPJS Kesehatan, pembayaran sesuai dengan UMP dan lainnya,” tegas Amrun.
Mereka juga akan mempertanyakan soal kebijakan sistem shift untuk karyawan dalam menjalankan ibadah salat Jumat.
Saat dikonfirmasi hal ini, Gubernur Ahok mengaku belum mendapat laporan. “Nanti saya lihat aja dulu. Saya belum dapat laporan,” ujar Ahok di Balaikota DKI.
Anggota Komisi B DPRD DKI, Endah Parjoko, akan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI mengaudit PD Dharma Jaya. “Saya minta juga agar jajaran direksi jangan semena-mena menerapkan kebijakan yang justru merugikan karyawan,” pungkasnya.
Namun Saat Dikonfirmasi Ratna Menampik
Saat dikonfirmasi Direktur Utama (Dirut) PD Dharma Jaya, Marina Ratna Dwi Kusuma Jati menampik adanya pembatasan beribadah untuk karyawannya. “Kalau salat Jumat silakan saja. Kami perbolehkan karena wajib hukumnya,” ujarnya.Ia mencontohkan untuk bagian perparkiran misalnya saat waktu salat Jumat, petugas digantikan dengan karyawan perempuan. “Mereka sudah biasa dan mengetahui mekanismenya,” ucapnya.
Selama ini, kata Marina, pihaknya memberlakukan sistem shift untuk karyawannya untuk menjalankan ibadahnya. “Untuk yang muslim saat salat Jumat diganti dengan karyawan non muslim,” ungkapnya.
Nah, mulutmu harimaumu. Bila tak ada muaranya, bagaimana hal itu tersebar dari mulut seorang Ketua Serikat Pekerja, yang dipercaya sebagai pemimpin penyampai aspirasi para pekerja.