Suka, Duka Curhatan Imam Masjid North Carolina Saat Ramadhan di Amerika
Penulis Penulis | Ditayangkan 06 Jun 2016Seperti rekan jamaah Muslim di seluruh dunia, Muslim di Amerika Serikat mencari tanda hilal dan mempersiapkan kehadiran bulan paling suci.
Juru bicara Islamic Center Charlotte, North Carolina, Jibril Hough mengatakan Ramadhan adalah waktu untuk berkumpul di masjid dengan sesama Muslim, bukan di rumah yang mungkin dilakukan sebagian umat beriman lainnya.
"Pengalaman Ramadhan lebih kolektif," katanya seperti diberitakan Voice of America, Ahad (5/6).
Islam adalah agama minoritas di Amerika sehingga saat Ramadhan terutama menjelang akhir Ramadhan, Muslim di sana membawa makanan ke masjid.
"Jadi lebih seperti reuni keluarga. Anda akan banyak melihat saudara-saudara (seiman) yang belum pernah anda temui selama setahun ini," Hough menambahkan.
Baca Juga : Heboh , Kedok Baru Khatib yang Menipu Jamaah dari Atas Mimbar Masjid
Seperti kebanyakan Muslim, Hough terus bekerja selama bulan Ramadhan. Bekerja saat Ramadhan menantang karena tuntutan fisik bertambah. Belum lagi saat ini sedang musim panas di North Carolina.
Hal ini juga tidak mudah untuk menjelaskan kepada rekan kerja non-Muslim mengapa ia tidak bisa minum air saat haus. Namun Hough mengatakan, komitmen agamanya membuat pengorbanan tersebut layak.
"Anda tahu yang harus anda lakukan. Allah telah memerintahkan Anda untuk melakukannya," ujarnya. Dalam puasa, kata dia, ada setengah pertempuran yang kebanyakan adalah mental.
Pada waktu berbuka (iftar) setelah matahari terbenam, beberapa masjid membuka pintu mereka untuk non-Muslim yang diundang untuk datang dan makan. Mereka untuk mengamati atau berpartisipasi dalam doa dan terlibat dalam percakapan.
Gagasan open house adalah salah satu cara membantu menghilangkan ketakutan masyarakat tentang ekstremisme Islam. Masjid Prancis membuka pintu mereka pada Januari untuk acara akhir pekan panjang setelah serangan 13 November di Paris.
Baca Juga : Shalat Menggunakan Bahasa Jawa, Aliran Ini Menyesatkan Pengikutnya
Beberapa mungkin berharap Ramadhan, bulan puasa dan disiplin, berlalu. Namun Hough mengatakan itu adalah hal yang sedikit pahit.
"Meskipun anda senang dapat makan dan menjadi lebih santai, untuk akhir bulan (Ramadhan) itu seperti anggota keluarga telah mengunjungi anda dan anda sedih kunjungan berakhir," katanya.
Tapi Hough mengatakan, ia mencoba tidak membiarkan segala sesuatunya menyelinap pergi. "Kepergian Ramadhan, anda mencoba berpegang pada apa yang telah anda berikan. Berpegang pada kebiasaan yang baik," ujarnya.