Apakah Dunia Islam Membutuhkan Ustadz Zakir Naik ?

Penulis Penulis | Ditayangkan 17 Jun 2016
Apakah Dunia Islam Membutuhkan Ustadz Zakir Naik ?

Pada tahun 2016 ini, Muslim Malaysia kedatangan tokoh perbandingan agama asal negeri India yang sangat masyhur dipanggil dengan nama Zakir Naik. Ya, Doktor Zakir, da’i Islam yang dikenal dengan dai dalam acara debat massal,  sudah banyak menjawab berbagai pertanyaan dari non Muslim, baik yang mencari kebenaran, atau yang hanya sekedar mengujinya.

Tidak sedikit akhirnya yang masuk Islam karena merasa tercerahkan atas jawaban pakar kristolog ini.

Dalam rangka milad ke-35 Universitas Muhamadiyyah Yogyakarta (UMY) akan mengundang Dr.Zakir Naik untuk menggelar talk show. namun saya tergelitik ketika membaca sebuah artikel sebuah situs yang dengan judul,  Butuhkah kita pada sosok (seperti) Zakir Naik?

Dalam tulisannya, si penulis menyamakan antara perbuatan Zakir Naik yang mengkritik kitab suci agama lain dengan tokoh orientalis seperti John Burton yang mengkritik Kitab Al-Qur’an menyangkut kaidah linguistik Arab. Ataupun dengan Abdullah Abdul Fadi yang mengaku menemukan 20 kesalahan Al-Qur’an dalam bukunya  Is the Quran Infallible.

Menyamakan seorang tokoh Muslim yang hafal Al-Qur’an dan beberapa kitab suci agama lain dengan 2 tokoh orientalis adalah sebuah opini yang sangat kontradiktif. Paling tidak, ada 2 hal yang menyebabkan keduanya berbeda.

Pertama, dipandang dari sudut historis, kemunculan kristolog seperti Zakir Naik tidak bisa lepas dari guru seniornya Ahmad Deedat. Dalam bukunya The Choice, Ahmad Deedat bercerita pada tahun 1936 sewaktu Ia bekerja pada toko Muslim di dekat sebuah sekolah menengah Kristen di pantai selatan Natal Afrika Selatan.

Ahmad Deedat muda mendapat penghinaan yang tak henti-hentinya dari siswa misionaris yang menentang Islam setiap kunjungan mereka ke toko. Bahkan para misionaris di negara itu  dalam menyebarkan propagandanya sudah sampai ke rumah-rumah umat Islam, mengetuk pintunya dan menawarkan agama kristen. Berangkat dari  kisah inilah Ahmad Deedat menanamkan keinginan yang membara pada diri sendiri  untuk melakukan aksi menghentikan propaganda mereka yang salah dan memproyeksikan kebenaran dan keindahan Islam.

BACA JUGA : Allahuakbar.. Terbukti Foto Kebesaran Nyata Surat Ar-Rahman, Mengagumkan ..

Maka dengan semangat itu pula Zakir Naik berdakwah menyampaikan kebenaran Islam dan menjawab syubhat-syubhat yang dihembuskan para penginjil dan orientalis Barat.

Kedua, dipandang dari sudut motif tujuan keduanya jauh berbeda, tokoh-tokoh orientalis seperti John Burton ataupun Abdullah abdul Fadi serta ratusan para orientalis Barat lainnya tidak perlu naif untuk mengakui bahwa mereka sengaja dibayar oleh negaranya untuk mempelajari Islam dan Al-Quran dengan tujuan menghujat Al-Qur’an dan menghancurkan citra Islam di dunia.

Sebab orientalisme itu sendiri muncul karena niat kebhatilan yang mereka canangkan, bahkan seorang orientalis yang memiliki jasa sekalipun untuk dunia Islam seperti A.J Wensick yang menyusun indeks hadits secara alfabet ( Al Mu’jam al Mufahrosy li Al Fadz al Hadits) memiliki niat jahat yang sama dengan orientalis lainnya.

Ia menyusun mu’jam tersebut yang tentu memiliki misi terselubung, yaitu memudahkan para orientalis lainnya dalam memecahkan masalah pelik mencari hadist-hadist yang ribuan jumlahnya untuk kemudian dikritisi secara subyektif.

Sementara Ahmad Deedat dan Zakir Naik muncul  dengan tujuan menegakkan yang haq,  meluruskan pandangan bathil para orientalis, bahkan kedua da’i  Muslim ini tidak di bayar  kecuali mengharapakan balasan di akhirat kelak dari tuhannya.

Apa yang dilakukan 2 tokoh Islam terkemuka tersebut  adalah counter atas pemikiran-pemikiran skeptik yang dilancarkan para orientalis barat secara masif terhadap Islam.

Zakir Naik dan Raja Salman
Raja Salman bin Abdul Aziz menganugerahkan King Faishal International Award kategori Service to Islam kepada Dr. Abdul Karim Dzakir Naik, di Riyadh. [dawn.com]

BACA JUGA : Mbak Sri Sang 'Utusan Tuhan' di Pekalongan Akhirnya Bertobat, Tapi ...

Orientalis dan Yahudi
Di akhir kesimpulannya, penulis memunculkan pertanyaan besar, butuhkah kita pada sosok (seperti ) Zakir Naik? Patut diketahui bahwa menyebarkan kebenaran Islam itu tidak dilarang jika dilakukan dengan cara-cara yang santun, apalagi yang dilakukan Zakir Naik selama ini sudah sesuai dengan rule of Islam yang mempuyai semangat berdakwah dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil)  ataupun pengajaran yang baik (disampaikan dengan penuh kelembutan yang dapat melunakkan hati serta mencerahkan hati), serta meluruskan kritik terhadap Islam dengan mendebat mereka (dialog tanpa tekanan dan  justifikasi salah ) dengan cara yang baik (Q.S. An-Nahl: 125).

Dalam sirah kenabian Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pun banyak ayat-ayat Al-Qur’an  yang turun disebabkan pertanyaan dari pihak non Muslim, baik yang hanya sekedar mencari kebenaran ataupun yang menguji Rasulullah ‘Alaihi Wassallam hingga yang ingin mendebatnya seperti kaum Yahudi yang bertanya tentang hakikat ruh (Q.S. Al-Isra : 85) dan cerita tentang Ashabul Kahfi (QS: Al-Kahfi :22-26), bahkan Allah Subhana Wa Ta’ala sendiri di dalam ayat Al-Qur’an yang langsung membantah doktrin trinitas ketuhanan umat kristiani (Q.S. Al-Maidah : 72-75).

Hemat saya, selama para orientalis penghujat Islam melancarkan syubhat (seperti contohnya pada kasus penghinaan Islam dan Nabi Muhammad ‘Alaihi Wassallam di majalah Charlie  Hebdo) kepada Islam serta selama dakwah diaplikasikan sesuai dengan koridor Islam, maka selama itu pula Zakir Naik di butuhkan dunia Islam.

Di masa sekarang,  keberadaan para orientalis tidak ada bedanya dengan  kaum Yahudi di jaman Kenabian Muhammad ‘Alaihi Wassallam yang terus-menerus menghujat Islam tanpa sikap obyektifitas, oleh karena itu dunia Islam harus berterima kasih atas kontribusi dai semisal Ahmad Deedat atupun terhadap penerusnya Dr. Zakir Naik. Wallahu A’lam bi shawab.
SHARE ARTIKEL