Survei, Pelajar China adalah Pelajar Terbaik di Dunia

Penulis Penulis Wajibbaca | Ditayangkan 25 Dec 2019

Sebanding dengan pintarnya menciptakan produk-produk unggulan, ternyata negara China juga memiliki pelajar yang sangat pintar lho!

Hal ini terbukti pada hasil survei PISA 2018 yang diumumkan pada hari Selasa 3/12/2019 kemarin yang melibatkan pelajar di seluruh dunia. Pelajar China memiliki skor luar biasa.

Pelajar berusia 15 tahun yang berasal dari empat kota di China yaitu Beijing, Shanghai, Jiangsu dan Zhejiang, berhasil mengungguli pelajar yang berasal dari 78 sistem pendidikan lainnya.

Menurut hasil survei PISA, pelajar dari China itu berhasil menyabet posisi teratas dalam tes perbandingan global, yang sebelumnya ditempati oleh Singapura.

Survei, Pelajar China adalah Pelajar Terbaik di Dunia

Pelajar Cina terbaik di dunia - Image from wajibbaca.com

Sebelumnya, apakah kamu tahu apa itu PISA?

PISA adalah kependekan dari Program for International Student Assessment. Ini adalah program yang dilakukan untuk menilai kinerja pelajar berusia 15 tahun, yang berasal dari 79 sistem pendidikan di seluruh dunia. Penyelenggaraan PISA dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD).

Tujuan dari diadakannya studi PISA adalah untuk menguji serta membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, guna meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya.

Adapun sub penilaian yang dilakukan PISA pada tahun ini meliputi sains, matematika, dan literasi.

Tahun ini, pelajar yang berasal dari empat kota di China, yaitu Beijing, Shanghai, Jiangsu dan Zhejiang berhasil menduduki peringkat pertama dalam tiga kategori diatas. Dengan perolehan 590 poin dalam kategori sains, 591 poin dalam kategori matematika, dan 555 poin dalam kategori literasi.

Sementara itu, pelajar dari Singapura yang sebelumnya pada survei terakhir tahun 2015 menempati posisi pertama, harus rela turun peringkat menjadi runner-up dengan perolehan poin masing-masing kategori 551, 569, dan 549.

Adapun nilai rata-rata bagi pelajar yang berpartisipasi dalam penilaian tiga tahunan tersebut, adalah :

- 489 poin untuk kategori sains
- 489 poin untuk kategori matematika
- 487 poin untuk kategori literasi


Dari setiap sistem pendidikan yang dinilai, diikuti antara 4.000 hingga 8.000 siswa.

Dalam survei tahun ini, 6.037 siswa dari 152 sekolah di Hongkong yang dipilih secara acak untuk mengikuti penilaian ini, justru turun peringkat. Yaitu menempati peringkat ke-empat dalam kategori matematika dan literasi, serta peringkat ke-sembilan dalam kategori sains.

Sementara itu, pelajar dari negara adidaya Amerika, menempati posisi ke-13 dalam kategori literasi, posisi ke-37 dalam kategori matematika, dan posisi ke-18 dalam kategori sains.

Wah, salut deh China bisa mengalahkan Amerika!

Dalam sambutan pembukaannya, Angel Gurria selaku sekretaris jenderal OECD menulis, bahwa pelajar dari Cina telah mengungguli secara garis besar pelajar-pelajar dari negara lain, terutama dalam kategori matematika dan sains.

Dia juga mencatat, meskipun murid tersebut berasal dari empat kota yang dinilai tidak mewakili Cina secara keseluruhan, akan tetapi mereka mempunyai ukuran dan kemampuan yang setara dengan negara OECD pada umumnya.

“Hal yang membuat prestasi mereka terbilang luar biasa adalah tingkat pendapatan keempat wilayah Cina tersebut jauh di bawah rata-rata OECD. Kualitas sekolah mereka hari ini pasti akan memberi kekuatan ekonomi bagi mereka kelak,” ungkapnya.

Jason Tan, seorang profesor dari National Institute of Education Singapura mengatakan, bahwa ia tidak heran melihat hasil survei PISA ini. Mengingat betapa berkembangnya empat kota di dataran Tiongkok tersebut. Ia juga mengatakan bahwa keempat kota itu memiliki persamaan dengan Singapura.

“Saya Melihat perkembangan kota yang sangat pesat, selain itu dorongan dari sekolah dan guru membuat siswa berprestasi dalam ujian. Mereka juga memiliki orang tua yang sangat membantu dan mendukung anak-anaknya agar bisa berprestasi di sekolah. Mereka punya faktor-faktor yang sangat mirip." ungkapnya.

Tan juga menambahkan bahwa masih ada kota-kota lain di China yang kekurangan sumber daya dan memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam hal kekayaan, kinerja pendidikan, dan dorongan orang tua.

“Saya mengatakan bahwa masih ada kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan di negara sebesar itu. Ada beberapa daerah, misalnya seperti empat kota tadi, yang berjalan sangat baik, akan tetapi pada saat yang sama, ada daerah lain di negara China yang masih tertinggal.” Ungkap Tan.

Laporan ini juga menyoroti permasalahan dalam sistem pendidikan di Singapura, misalnya seperti bagaimana siswa yang berprestasi rendah dikelompokkan dalam sekolah-sekolah tertentu, dan bagaimana siswa yang beruntung secara sosial dan ekonomi dapat 'mengungguli' siswa yang kurang beruntung.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada hari Selasa, Kementerian Pendidikan Singapura mengatakan bahwa ia sedang melakukan upaya untuk membantu keluarga yang berpenghasilan rendah, akan tetapi ia lebih fokus kepada sumber daya di sekolah-sekolah yang mempunyai kebutuhan lebih besar, misalnya seperti melayani siswa yang kurang mampu secara finansial.

Dalam sebuah postingan di Facebook, Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung menambahkan, bahwa ia sangat senang melihat ada siswa yang tergolong kurang mampu, namun terus berprestasi.

Ia juga menulis, bahwa nilai tertinggi dalam peringkat Internasional bukanlah tujuan akhir, tolok ukur semacam itu berguna untuk mengukur posisi Singapura ketika berhadapan dengan negara lain.

Serta untuk merenungkan agar Singapura dapat meningkatkan kualitas, misalnya seperti membuat pendidikan lebih maju, menanamkan semangat yang lebih besar untuk belajar, dan menciptakan lingkungan di mana kegagalan bisa lebih diterima.

Sementara itu di Hong Kong, Hau Kit-tai seorang profesor psikologi pendidikan di Chinese University of Hong Kong mengatakan, "Skor PISA untuk kategori sains adalah bukti nyata perlunya meningkatkan program pendidikan sains kami di sekolah menengah, terutama di zaman STEM ini," Kata sains yang dimaksud, merujuk pada bidang teknologi, teknik dan matematika.

Hau juga menerangkan bahwa jumlah siswa yang memilih untuk belajar sains telah menurun, sejak kurikulum Hong Kong untuk Pendidikan Menengah baru diperkenalkan pada tahun 2012.

Hau menyarankan untuk mempromosikan sains kepada siswa yang lebih muda, serta menjadikan sains sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah menengah, untuk meningkatkan penyerapan.

Namun, pernyataan agar lebih berhati-hati pada skor PISA diungkapkan oleh Nutsa Kobakhidze, seorang asisten profesor pendidikan komparatif dan internasional di Universitas Hong Kong.

Ia berkata "Pemerintah seharusnya tidak melihat peringkat sebagai rapor sistem pendidikan mereka, karena sistem pendidikan jauh lebih kompleks daripada yang bisa diukur oleh PISA,"

Ia juga menambahkan, “Mereka harus menahan tekanan dari peringkat dan berlomba satu sama lain untuk menduduki peringkat teratas.”

Nah, kalau menurut kamu gimana? Apakah PISA cukup worth it sebagai tolak ukur bagus tidaknya pendidikan di suatu negara, atau bahkan seperti yang dikatakan oleh Nutsa, bahwa PISA tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur?

Sebagai bocoran, survei PISA terbaru akan diadakan dengan latar belakang pergeseran keterampilan, termasuk perubahan cara orang membaca dan bertukar informasi di era digital.

Pihak PISA juga mengatakan bahwa mereka akan lebih memperluas jangkauan survei untuk memasukkan bidang-bidang seperti pemikiran kreatif dalam edisi berikutnya pada tahun 2021, serta "mempelajari dunia digital" pada tahun 2024.

Wah, jadi nggak sabar kan nunggu survei PISA selanjutnya?

Survei, Pelajar China adalah yang Terbaik

SHARE ARTIKEL