Wanita yang Sudah Menikah, 100% Pasti Hidupnya Bahagia?
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 22 Apr 2020Ilustrasi istri menderita - Image from humairoh.com
Perempuan belum menikah dianggap tak bahagia, anda setuju?
Siapa yang bilang? Buktinya, yang sudah menikah malah banyak yang tak bahagia. Ingat, bahagia itu tidak bisa diukur hanya dari sudah atau belumnya seorang wanita menikah. Setiap orang memiliki kebahagiannya tersendiri.
Menikah merupakan impian semua orang saat menjalin hubungan lama dan telah menemukan pendamping yang tepat. Kadang itu juga impian orangtua yang berharap anaknya menikah lantas mereka cepat-cepat menimang cucu.
Namun ada kalanya juga menikah menjadi tuntutan sosial. Seorang wanita misalnya, sudah berumur cukup untuk menikah, dan ia memiliki pendidikan yang layak. Orang-orang pun mencibirnya "perempuan mau sesukses apapun juga kalau belum belum menikah itu bukan siapa-siapa"
Padahal kita semua tidak tahu apa yang sesungguhnya dialami oleh wanita itu, sehingga ia menunda untuk melaksanakan pernikahan, mungkin karena dia belum ditemukan dengan lelaki yang cocok, mungkin dia sedang melakukan suatu hal yang belum memperbolehkannya menikah, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Persis seperti yang dikeluhkan oleh seorang warganet yang menyayangkan sikap masyarakat Indonesia, yang menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah pencapaian seseorang. Belum menikah maka belum sempurna hidupnya.
Curhatan di media sosial Twitter itupun memperoleh 28 ribu retweets serta lebih dari 47 ribu likes.
Akun itu membagikan kisah salah satu kerabatnya, seorang wanita yang sukses dalam pendidikan dan karier. Namun karena usianya sudah menginjak 30 tahun, perempuan itu kerap menjadi omongan warga sekitarnya.
Kenapa ya mindset orang indo tuh merasa nikah tuh achievement bgt?
— Ditta A Sarasvati (@dittameliaa) April 12, 2020
Ada temen S2 lulusan universitas luar negeri, karirnya bagus, dan dia hepi dgn kehidupannya. Dijulitin soal belum nikah mulu sama orang gara2 usianya 30an.
Ya lu pada maksain standar lu buat org lain sih.
Tak butuh waktu lama pengguna Twitter lainnya pun turut memberikan komentar, cuitan itu memperoleh 1.200 tanggapan warganet.
Mereka mengaku tidak setuju dengan pemikiran bahwa pernikahan itu adalah sebuah kewajiban. Bahkan menganggap pernikahan sebuah solusi untuk segala permasalahan kehidupan, merupakan pemikiran yang keliru.
Dan banyak juga yang merasa nikah itu bisa menyelesaikan masalah. Dengan entengnya bilang 'udah nikah aja entar juga masalah yang kamu alamin bisa selesai dan ada pasangan kamu yang bisa bantuin'.
— Desi Y R (@deyeer29) April 12, 2020
Seorang warganet mengatakan sependapat dengan akun tersebut bahwa setiap manusia mempunyai sumber kebahagiaannya masing-masing. Ia juga prihatin terhadap masyarakat Indonesia yang selalu menyamakan standar perempuan dengan menikah.
Standar kebahagiaan org beda2 padahal, kl kalian bahagianya menikah yaa menikahlah. Kalo bahagianya dg karir, pendidikan tinggi/ pencapaian2 lain jg yaa silahkan.
— yourbae (@kartikaaar) April 12, 2020
Aku hampir muak dgn org2 yg menyamaratakan standar perempuan dgn "menikah". Gak semua yg suda menikah bahagia jg kan?
Ada pula warganet yang menyatakan bahwa tuntutan setelah menikah akan lebih besar, khususnya terhadap perempuan karena mereka akan dicibir jika tidak segera memiliki momongan.
bahkan sudah menikah dan belum dikaruniai momongan tetap menjadi konsumsi tetangga “padahal hidupnya sukses ya tapi kasian belum punya anak” “jangan2 man**l” jahatnya lagi, sesama kaum wanitalah yang mencibir, merasa dirinya cukup sempurna dengan menjadi istri dan ibu yang baik.
— 🍃🌺sasha (@blzglr) April 12, 2020
Baca Juga:
1. Jangan Khawatir Jika Merasa Tak Dianugerahi Paras Cantik
2. Buat Apa Punya Suami Tampan Tapi Miskin Kesetiaan dan Tanggung Jawab
Ini kata pakar
Berdasarkan studi dari Pew Research, mereka menemukan bahwa sedikitnya ada 26 persen kaum milenial yang menunda pernikahannya. Studi juga mengatakan bahwa hampir 70 persen milenial masih lajang atau tidak terlalu memikirkan kisah percintaan hidupnya.
Terdapat banyak faktor pertimbangan yang menjadi dasar mengapa kaum milenial memilih tidak segera menikah, faktornya mulai dari karier, ekonomi, menghindari perceraian, hingga memilih hidup dalam kebebasan sebelum benar-benar membina rumah tangga.
Alasan lainnya, menurut studi Gallup, adalah mereka menunggu bertemu dengan seseorang yang benar-benar tepat, mereka hanya menikah apabila secara fisik, psikis, serta finansial sudah stabil.
Lalu, bagaimana dengan kalian? Apa kalian juga ingin menunda pernikahan hingga benar-benar siap?