Allah SWT Membenci Hamba-Nya yang Mengatakan Apa-apa yang Tak Dikerjakan
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 24 Dec 2020Ilustrasi pendusta - Image from mim.or.id
Allah SWT mengecam orang-orang yang berdusta
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" Kutipan ayat ini menjadi bentuk pertanyaan tajam dari Allah SWT kepada orang yang mengaku beriman, tapi tak mengerjakan perintah-Nya.
Ada suatu istilah yang mengungkapkan lidah tak bertulang. Pepatah ini bermakna begitu mudahnya seseorang mengungkapkan kebohongan dan mengumbar janji padahal tak ditepati.
Bukan sekadar gibah tentang keburukan manusia atau berdusta, manusia pun kerap ingkar terhadap ucapan dirinya sendiri.
Larangan berkata bohong atau berucap sembarangan ini juga tertulis dalam firman Allah SWT pada ayat berikut ini:
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS ash-Shaff: 2-3).
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir turut menjelaskan, bahwa mayoritas ulama menyatakan ayat ini turun ketika kaum Muslimin mengharapkan diwajibkannya jihad atas mereka.
Namun, saat Allah mewajibkannya mereka justru tidak melaksanakan perintah tersebut.
Kecaman pada Kaum Munafik
Riwayat lain menjelaskan ayat tersebut turun sebagai bentuk kecaman terhadap orang-orang munafik yang mengucapkan syahadat dan mengaku Muslim, tapi tidak melaksanakan tuntunan agama Islam secara baik dan benar.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan ketika sahabat Nabi Muhammad SAW berbicara ada yang berkata:
"Seandainya kita mengetahui amalan yang paling dicintai Allah, niscaya kami mengamalkannya."
Maka turunlah fir man-Nya dalam QS ash-Shaff ayat 1-2, berikut ini:
"Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan."
Berdasarkan keterangan dari al-Hakim, Ibnu Ahmad, Ibnu Hatim, menjelaskan, Rasulullah SAW membacakan ayat di atas ke pada kami sampai pada akhirnya (akhir surah).
Ayat tersebut adalah pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan suatu janji atau mengatakan sesuatu tapi ia tak memenuhi ucapannya.
Oleh sebab itu ada sebagian ulama salaf yang berpendapat diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah dijanjikannya. Tanpa memandang apakah yang dijanjikannya itu berkaitan dengan kewajiban ataupun tidak.
Rasulullah SAW bersabda: "Pertanda orang munafik ada tiga. Apabila berjanji ingkar, apabila berbicara dusta, dan apabila dipercaya khianat."
Sungguh Keji Orang yang Beriman, Tapi Mundur dari Jihad
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah membeberkan bahwa ayat tersebut mengecam mereka yang saat dipanggil dengan panggilan keimanan tapi kemudian menolaknya.
Dan kemudian mereka berkata sambil menyindir bahwa keimanan tersebut tidak berlaku demikian.
Quraish Shihab pun menyematkan kata mengaku menjadi "wahai orang-orang yang (mengaku) beriman".
Sayid Quthb menulis, sangat keji jika seorang mukmin sudah menyatakan kesungguhannya untuk berjihad tapi kemudian dia mengundurkan diri darinya.
Sebagaimana apa yang terjadi pada sebagian kelompok orang Islam sebagaimana yang disinggung dalam beberapa hadist.
Kesesuaian antara perkataan dan perbuatan adalah salah satu hal yang mendapat perhatian besar oleh Islam.
Nabi Muhammad SAW bahkan mengajarkan kita agar menepati janji, meski kepada anak kecil.
Imam Ahmad meriwayatkan Rasulullah SAW datang kepada keluarganya yang memiliki anak-anak kecil.
Sang anak kemudian pergi untuk bermain-main, tetapi ibunya memanggilnya. "Hai Abdullah, kemarilah aku akan memberimu sesuatu."
Rasulullah SAW bertanya kepada sang Ibu, "Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya?" Ibunya menjawab "Kurma."
Rasulullah SAW bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya andai kata engkau tidak memberinya, tentulah akan dicatat atas dirimu sebagai suatu kedustaan."