Tak Hanya Orang Kafir, Hamba Shalih pun Menyesal Saat Datangnya Ajal

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 11 Nov 2020

Tak Hanya Orang Kafir, Hamba Shalih pun Menyesal Saat Datangnya Ajal

Ilustrasi meninggal saat sedang sholat - Image from ekstranews.com

Setiap kematian selalu diikuti penyesalan. 

Orang kafir sudah jelas akan menyesali perbuatan maksiat yang dilakukannya selama di dunia. Lantas mengapa hamba shalih pun juga menyesal, bukankah hidupnya sudah diisi dengan amalan baik dan shalih? Lantas apa yang disesalinya?

Khalifah sekaligus sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. telah menggambarkan bahwa kematian adalah perkara yang sangat dekat dengan manusia. Perkara yang tak seorangpun dari kita mampu untuk lari dan menghentikan kedatangannya.

Abu Bakar ra pernah berkata:

“Dan setiap masing-masing kita berkumpul di tengah keluarganya… padahal kematian lebih dekat kepadanya daripada tali sandalnya.” (Musnad Al Imam Ahmad, juz 40, hal 419)

Allah SWT juga berfirman dalam firman-Nya di Al Quran:

أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ

Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS an-Nisa: 78)

Saking begitu dekatnya kematian dan juga kepastian akan kedatangannya, Allah SWT sampai mengumpamakan kita tak mampu lari meski berada dalam benteng tinggi lagi kokoh. 

Tidak ada satu manusiapun yang bisa lepas dan lari dari kematian. Lantas menjadi pertanyaan bagi kita yang masih hidup, pelajaran seperti apakah yang mampu kita ambil dari nasihat 'kematian itu dekat'?

Sesungguhnya mereka yang telah meninggal memilki harapan yang sangat besar, baik yang menghabiskan kehidupan dunianya dalam ketaatan kepada Allah, atau yang menghabiskannya di atas jalan kekufuran atau kemaksiatan. 

Disebutkan dalam sebuah riwayat, dari sahabat Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,:

“Tiada seorangpun yang meninggal kecuali ia pasti menyesal. Para sahabat bertanya, apa penyesalannya wahai Rasulullah? Beliau menjawab,: Jika ia adalah hamba yang gemar berbuat baik maka ia menyesal kenapa ia tidak menambah (kebaikannya), dan jika ia hamba yang gemar berbuat keburukan, maka ia menyesal kenapa tidak mencabut (berhenti dari keburukannya).” (HR.Tirmidzi, No. 2403)

Jadi tak hanya orang kafir atau pembangkang saja yang menyesali datangnya kematian. Bahkan hamba shalih yang senantiasa menjaga ibadah wajibnya, menambah dengan ibadah sunnah, dan menghindari maksiat ternyata juga mengalami penyesalan saat kematian datang. 

Apa yang Disesalkan Hamba Shalih?

Hamba yang shalih akan menyesali amalan-amalan shalih yang tak sempat dilakukannya. 

Hamba shalih yang setiap bulannya mengkhatamkan al qur’an menyesal, kenapa tidak ia khatamkan tiga kali dalam sebulan. 

Hamba shalih rajin puasa senin-kamis juga menyesal, kenapa ia tidak menambah dengan puasa ayyam al bidh dan puasa-puasa sunnah lainnya.

Jika yang shalih saja menyesal, lalu bagaimana keadaan mereka yang kafir atau pembangkang terhadap segala perintah Allah SWT. 

Sudah tentu penyesalan mereka jauh lebih besar, karena mereka begitu khawatir akan pembalasan yang Allah SWT janjikan. 

Jangan biarkan diri kita lalai akan kematian yang pasti mendatangi kita, yang datang tanpa harus menunggu izin dari kita. Ajal bisa datang kapan saja, baik dalam keadaan terjaga, tidur, sibuk dengan urusan dunia, bahkan saat seseorang mengerjakan maksiat.

Ali ra dalam sebuah khutbahnya berkata:

“Wahai manusia! Sesungguhnya hal yang sangat aku khawatirkan terhadap kalian adalah memilki sifat berangan panjang serta mengikuti hawa nafsu. Adapun sifat panjang-angan membuat lupa akan akhirat, sedangkan mengikuti hawa nafsu menghalangi dari kebenaran, dunia berjalan meninggalkan kita, sedangkan akhirat berjalan menghampiri kita. Dan setiap dari keduanya (dunia dan akhirat) memilki anak-anak (pengikut). Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, dan janganlah menjadi anak-anak dunia. Karena sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal tanpa hisab pembalasan, sedangkan besok adalah hari pembalasan dan tiada kesempatan untuk beramal.” (Al Zuhd al kabir, karya Imam al Baihaqi, juz 1, hal 192)

Sesungguhnya mengingat kematian adalah cara penting untuk membuat kita tersadar akan kelalaian yang dilakukan. Membuat seseorang terbangun dari kesibukan dunianya yang membuatnya lupa dengan akhiratnya. 

Dengan pelajaran ini semoga semakin memberikan motivasi bagi kita untuk sering mengingat kematian. Selain itu mendorong kita untuk menyegerakan perbuatan baik dan menghindari segala perbuatan buruk. 

Sebab sejatinya, tak ada satupun orang di dunia ini yang tahu kapan datangnya ajal. Oleh sebab itu mari persiapkan diri, agar kapanpun ajal tiba kita sudah siap melaluinya. 

Wallahu a’lam. 

SHARE ARTIKEL