Syirik Kecil, Perilaku Syirik yang Tanpa Sadar Dilakukan Manusia Sehari-hari

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 20 Nov 2020

Syirik Kecil, Perilaku Syirik yang Tanpa Sadar Dilakukan Manusia Sehari-hari

Ilustrasi riya - Image from www.elshinta.com

Syirik adalah salah satu dosa besar 

Bukan hanya menyembah selain Allah, syirik juga bisa ditunjukkan dengan perilaku remeh seperti ini. Bahkan syirik kecil ini jadi salah satu hal yang dikhawatirkan Rasulullah SAW terjadi pada umatnya.

Rasulullah SAW adalah potret pemimpin yang sangat peduli dengan kondisi rakyatnya. Tidak hanya menyangkut kesejahteraannya saja melainkan yang terpenting adalah keimanan dan ketaqwaanya. 

Tak jarang, banyak hadist yang menyebutkan kekhawatiran Rasulullah SAW terhadap nasib umatnya sepeninggal dirinya kelak. 

Salah satu kekhawatiran Rasulullah SAW adalah perilaku umatnya yang mengerjakan ibadah bukan karena Allah tapi ingin dipuji orang alias riya. Hal ini dikarenakan amal ibadah yang dikerjakan dengan riya akan hangus tak berbekas. 

Dan hal itu tergolong pada perbuatan syirik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini: 

Suatu ketika, Rasulullah SAW pernah mengingatkan para sahabat akan hal yang paling beliau khawatirkan terjadi pada umatnya. 

''Sesungguhnya hal yang paling aku takutkan atas diri kalian adalah syirik kecil.''

Para sahabat langsung bertanya, ''Apakah yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?'' Rasulullah SAW menjawab, ''Riya.''

Riya adalah harapan untuk mendapatkan pujian, kemuliaan, atau kedudukan di hati manusia dengan memperlihatkan tindakan yang baik seperti ibadah ataupun amalan sosial lainnya. 

Seseorang yang memperturutkan riya dalam ibadah mahdhah, seperti halnya shalat maka tidak ada sedikitpun pahala yang diterima. 

"Maka celakalah orang yang shalat, yang (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat ria." (QS al-Ma'un [107]: 4-6)

Dalam ibadah ghairu mahdhah pun juga begitu. Berinfak dengan maksud agar dipuji sebagai seorang dermawan atau menuntut ilmu dengan niat mendapat gelar orang yang alim, maka segala amalan tersebut akan sia-sia. 

Selain itu, pelaku riya juga akan mendapat laknat dari Allah SWT karena ia telah menyandingkan Sang Pencipta dengan mahkluk ciptaan-Nya. 

Dalam Hadis qudsi disebutkan bahwa Allah SWT menantang di saat perhitungan kepada manusia. 

"Pergilah kalian kepada orang-orang yang kala di dunia kalian mengedepankan riya atas mereka dan lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari sisi mereka." (HR Ahmad dan Baihaqi).

Hal itu menunjukkan bahwa betapa besarnya laknat Allah terhadap pelaku riya. Sehingga riya nilai hukumnya menjadi haram. 

Riya merupakan penyakit hati yang bersumber dari sifat rububiyyah dalam diri manusia, yakni sifat yang menganggap diri lebih baik dibandingkan dengan orang lain. 

Sehingga senantiasa ingin mendapatkan pujian dan menunjukkan perilaku baik dalam tutur kata dan juga perbuatan. 

Sifat ini sejatinya ada di dalam hati setiap pribadi manusia, meski takarannya berbeda-beda, bergantung iman dan juga ketaatan kepada Allah SWT. 

Barang siapa yang imannya kuat maka ia akan mampu menahan sikap riya agar tidak sampai tampak ke permukaan. Namun sebaliknya, saat imannya lemah maka ia akan terseret oleh arus penyakit ini.

Upaya untuk Menghindari Syirik Kecil 

Lantas, bagaimana usaha kita untuk menghindari syirik kecil ini? 

1. Mengetahui penyebab munculnya riya

Penyakit akan tumbuh kembali saat penderita sekadar mengobati titik sakitnya bukan pada akar masalahnya. Untuk itu penting untuk membasmi riya dari akar-akarnya langsung.

Akar atau penyebab riya ada tiga, diantaranya ialah perasaan senang saat mendapatkan pujian, takut terhadap hinaan dan celaan, serta serakah atas harta yang dimiliki orang lain. 

Ketiga penyebab tersebut akan dicabut dari dalam hati kita dengan mengingat bahwa keagungan hanya mutlak milik Allah SWT dan tidak ada kemuliaan yang kekal di dunia ini. 

2. Mengucapkan taawuz dan istighfar 

Namun, apabila riya masih juga muncul dari hati kita meski telah berusaha untuk menghindari segala penyebabnya. Maka cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan mengucap taawuz dan terus beristighfar kepada Allah SWT. 

Hal ini perlu dilakukan agar setan yang kala itu membuhulkan bisikan dapat menjauh dari kita karena sejatinya setan menjauh dari orang-orang yang hatinya ikhlas dan bersih. 

Dari itu semua, apalah arti sebuah pujian jika akhirnya terputus karena kematian. Sebab, pujian yang abadi dan paling tinggi nilainya adalah pujian dari Allah SWT.

Daripada berlomba-lomba mendapatkan pujian manusia, yuk kita berlomba-lomba untuk mendapatkan pujian dari Allah SWT.

SHARE ARTIKEL