Kriteria Laki-laki Ideal bagi Hindun binti Atabah, Wanita 'Pemakan Hati' yang Bertobat

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 05 Nov 2020

Kriteria Laki-laki Ideal bagi Hindun binti Atabah, Wanita 'Pemakan Hati' yang Bertobat

Hindun binti Atabah - Image from iqra.id

Hindun dikenal sebagai sosok wanita yang tegas dan pemberani 

Suatu ketika ia dilamar oleh dua orang lelaki. Keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang. Lantas inilah pilihan Hindun Binti Atabah dan juga alasannya memilih pria tersebut. 

Sebelum kebenaran Islam menyinari kalbunya, wanita Quraisy itu digelari ''Akilatul Kibdah'' (Pemakan Hati). 

Hal ini dikarenakan saat Perang Uhud berkecamuk, ia sempat memperlakukan jenazah Hamzah di luar batas kemanusiaan, yakni memakan hati Hamzah. 

Namun, sejarah kelam yang pernah dilakukannya di masa Jahiliyah, ditebusnya dengan menjadi salah satu pembela agama Allah SWT yang pemberani dan kuat.

Islam telah mengajarkan pada kita, bahwa kriteria utama pasangan yang paling penting adalah agamanya. Namun tahukah kamu bagaimana kriteria ideal seorang pria?

Terkait kriteria pria ideal, coba cek di masanya Umar bin Khattab. Untuk mengetahuinya, maka kita perlu bertanya kepada wanita pada masanya, dan tidak menanyakannya kepada wanita yang bukan pada masa itu. 

Jawabannya akan didapat dari Hindun binti Atabah, istri Abu Sufyan dan ibu Mu’awiyah. Ialah wanita yang mampu dan lantang dalam menjawab pertanyaan tersebut. 

2 Lelaki yang Melamar Hindun 

Suatu hari orang tuanya berkata pada Hindun binti Atabah, 

“Sesungguhnya ada dua orang laki-laki dari kaummu sendiri yang datang melamarmu, aku tidak akan menyebutkan nama salah satu di antara mereka sebelum aku sebutkan ciri-ciri mereka kepadamu.

Satu diantaranya adalah seorang yang terhormat, terpandang kemuliaannya, engkau dapat mempengaruhinya karena kebodohannya. 

Ia juga berperangai halus, pandai bergaul, penurut, jika kamu mengikutinya, maka dia akan mengikutimu, jika kamu menyimpang maka dia tetap bersama kamu, kamu dapat mengurus hartanya dan cukuplah kekurangannya engkau tutup dengan kecerdasanmu.

Sementara itu, satu yang lainnya adalah memiliki kehormatan, nasab dan kecerdasan yang tulen, gesit geraknya, berwibawa keluarganya, dia dapat mengatur keluarganya sedangkan keluarganya tunduk kepadanya. 

Ia juga akan memberi kemudahan bagi mereka untuk mengikutinya, jika mereka menjauhinya itu adalah aib bagi mereka. 

Tak hanya itu, ia juga memiliki semangat yang tinggi dan lincah, kecil perutnya, jika lapar itu sudah biasa, jika berdebat tak dapat dikalahkan.

Kemudian sang ayah berkata, “Telah aku jelaskan kepadamu perihal mereka berdua,”

Jawaban Hindun terhadap Tawaran Sang Ayah

Kemudian, Hindun melanjutkan: 

“Untuk laki-laki yang pertama, dia adalah tuan yang akan lenyap kemuliaannya, akan membinasakan istri jika kelak dia tak dapat menjaga untuk senantiasa berlemah lembut dengannya setelah tadinya menolaknya. Dia akan merendahkan diri dibawah lambung istrinya. Jika menghasilkan keturunan menjadi anak yang bodoh, jika melahirkan maka menjadi salah karenanya."

Kemudian Hindun melanjutkan, “Urungkanlah laki-laki tersebut dariku dan tidak perlu engkau sebut namanya"

"Sedangkan yang satunya lagi, kelak akan menjadi suami yang memiliki kemerdekaan yang sebenarnya, sesungguhnya aku tertarik dengan kepribadiaannya. Dan aku ingin menjadi istrinya. Sebab aku akan dapat bergaul dengannya dengan kesetiaanku dan sedikit kekuranganku."

"Sesungguhnya dilihat dari segi nasab antara aku dengannya maka alangkah pantasnya dan tiada penghalang bagi kami untuk berumah tangga, melindungi hakikat kecantikan yang sebenarnya tanpa perwakilan dan perantara tatkala berbincang-bincang, siapakahnama laki-laki tersebut, Ayah?"

Kemudian sang ayah menjawab, “Dia adalah Abu Sufyan bin Harb.”

Kemudian Hindun membalas, "Nikahkanlah aku dengannya, namun jangan tergesa-gesa seperti orang yang beser jangan pula mendiktenya seperti api di tungku dan memintalah pilihan kepada Allah di langit agar memilihkan untukmu dengan ilmu-Nya terhadap qadha.”

Itulah ketegasan dan kejernihan berpikir seorang Hindun dalam menghadapi pilihan, dia angkat kepalanya ke atas puncak. Dia tidak mau menikah dengan pria baik-baik, tetapi nantinya suaminya hanya menjadi boneka yang bisa dipermainkansesuka hati.

Akan tetapi dia menghendaki seorang suami yang memiliki kepribadian, mulia dan kuat, sehingga suami tersebut dapat menjadi pendamping dirinya, bukan dirinya yang menjadi pendamping suaminya.

Nah itulah kriteria lelaki ideal dan juga alasan Hindun memilih Abu Sufyan, bagaimana menurutmu? Apakah di masa ini kriteria itu masih relevan ataukah sudah berubah seiring perubahan zaman?

SHARE ARTIKEL