Cara Lembut Rasulullah SAW Hadapi Istri yang Sedang Marah

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 23 Nov 2020

Cara Lembut Rasulullah SAW Hadapi Istri yang Sedang Marah

Ilustrasi suami dan istri - Image from www.dream.co.id

Patut jadi contoh para suami

Saat istri marah, Rasulullah SAW bukan memarahi balik. Beliau dengan akhlaknya yang mulia mampu menghadapi istri yang marah dan menenangkannya dengan baik. Begini kisahnya. 

Emosi marah adalah hal yang wajar dirasakan oleh setiap manusia. Untuk sebab itu, Allah SWT tidak melarang emosi marah melainkan meminta manusia untuk mengendalikan amarahnya. 

Hal ini agar tidak menimbulkan dampak negatif termasuk merenggangkan hubungan dengan manusia atau bahkan memutus tali silahturahim. 

Tak hanya dampak tersebut, dalam hubungan rumah tangga marah juga bisa merusak keharmonisan antar suami istri. 

Oleh sebab itu, setiap pasangan harus punya cara untuk menghadapi kemarahan suami atau istrinya demi menjaga kelanggengan rumah tangga. 

Rasulullah SAW yang merupakan teladan Umat Islam memberikan contoh mengenai cara untuk meredam kemarahan istrinya. 

Mulanya Rasulullah SAW memiliki sebuah pemahaman mendalam tentang seorang wanita, sebagaimana yang tertulis dalam hadist berikut ini: 

“Wanita tidak akan mampu lurus selamanya. Jika kamu merelakannya meski ada kebengkokan itu, kamu akan bahagia bersamanya. Tetapi jika kamu memaksa meluruskan kebengkokannya, kamu akan membuatnya patah, yaitu perceraian.” (H.R. Muslim).

Dalam hadist tersebut dijelaskan secara tersirat bahwa sifat wanita itu lebih condong pada perasaan dan lebih emosional, hal ini membuat seorang wanita diibaratkan seperti tulang rusuk yang bengkok. 

Oleh sebab itu sebagai suami tidak perlu berusaha memaksa meluruskannya, sebab jika melakukannya bukan hal baik yang didapatkan malah bisa berimbas rusuk patah dan menyebabkan perpisahan dalam pernikahan anda.

Kisah Nabi Muhammad Hadapi Aisyah yang Marah

Diriwayatkan dari Nu’man ibnu Basyir, ia bercerita, “Abu Bakar tengah meminta izin untuk menemui Nabi, namun tiba-tiba ia mendengar ‘Aisyah (dari dalam rumah) bersuara lantang kepada Nabi. 

Abu Bakar pun kemudian langsung berseru, ‘Hai anak perempuan Fulanah!’

Ungkapan tersebut merupakan pendekatan yang sangat mengagumkan dalam berinteraksi. 

Aisyah merupakan putrinya sendiri namun ia tidak suka dengan tindakan putrinya ini, maka ia pun tidak menisbatkannya kepada dirinya saat ia melakukan perbuatan yang tidak disukainya, melainkan menisbatkannya pada sang ibu. 

Ia pun kemudian berseru, ‘Lancang sekali kau berteriak di hadapan Rasulullah!’

Dengan sabar dan sigap, Nabi Muhammad SAW menengahi keduanya ketika Abu Bakar bergerak menuju Aisyah dan hendak memukulnya. 

Abu Bakar kemudian keluar, sementara Nabi sibuk menenangkan kemarahan Aisyah. Dengan sikap lembutnya, beliau mencoba meluluhkan hati Aisyah.

Nabi kemudian berkata, ‘Bukankah kau lihat aku telah menengahi antara dia dan kamu?’

Beberapa saat kemudian Abu Bakar lalu meminta izin untuk menemui Nabi Muhammad SAW. 

Namun kali ini ia mendengar canda dan tawa antara Nabi dan Aisyah. Melihat hal tersebut, Abu Bakar pun berkata, ‘Sertakanlah aku dalam perdamaian kalian, sebagaimana kalian sertakan aku dalam pertengkaran kalian.’”

Masyaallah, begitu lembut dan sabarnya Nabi Muhammad SAW saat menenangkan kemarahan istrinya. Alih-alih memarahi istrinya, Nabi Muhammad SAW lebih memilih mengucapkan perkataan yang lembut dan mendamaikan. 

Hal ini merupakan salah satu wujud sikap Nabi Muhammad SAW yang berbuat baik terhadap istrinya, sebagaimana hadist Rasulullah berikut ini:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR. Tirmidzi)

Semoga para suami bisa meneladani sikap Rasulullah SAW dan menerapkannya saat menghadapi istri yang sedang marah. 

Bukan dengan memarahinya balik, tetapi mencoba untuk menengahi, menenangkan dan juga mendamaikannya. Bahkan semakin lebih baik jika bisa membuat sang istri jadi tersenyum dan tertawa. 

SHARE ARTIKEL