Jangan Panik karena Isu Tsunami, BMKG Minta Fokus Pada Upaya Penyelamatan

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 26 Sep 2020

Jangan Panik karena Isu Tsunami, BMKG Minta Fokus Pada Upaya Penyelamatan

Ilustrasi pantai - Image from www.tribunnewswiki.com

Isu tsunami 20 meter adalah skenario terburuk 

BMKG minta agar masyarakat tak perlu cemas dan khawatir akan prediksi tersebut, melainkan fokus pada upaya-upaya penyelematan diri. Sehingga bisa menjadi persiapan jika bencana itu benar terjadi. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengklarifikasi riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebutkan adanya kemungkinan potensi tsunami. 

Bahkan riset tersebut juga menyebutkan potensi tsunami bisa mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Klarifikasi diberikan sebab riset terkait potensi gempa kuat di zona megathrust yang sejatinya membahas mitigasi itu malah memicu keresahan karena kesalahpahaman. 

"Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (25/9).

Hasil riset tersebut, jelas Daryono, seharusnya mendorong seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah bisa lebih memperhatikan upaya mitigasi (upaya mengurangi dampak bencana) gempa bumi dan tsunami.

Upaya serius dari berbagai pihak terkait diperlukan guna memperkuat penerapan infrastruktur bangunan anti gempa.

Masyarakat juga diharapkan bisa meningkatkan kemampuan memahami metode keselamatan saat terjadi gampa bumi dan juga tsunami di daerahnya. 

Tak hanya itu, Daryono juga menjelaskan riset ITB dilakukan dengan skenario gambaran terburuk dari potensi-potensi bencana alam.

Ia menegaskan hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat mengenai waktu dan tempat dimana bencana akan terjadi. 

"BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami," ucapnya.

Untuk itu, ia sekali lagi menekankan mengenai upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkret untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan juga korban jiwa. 

Masyarakat juga diharapkan perlu khawatir dan cemas berlebihan dalam menyikapi riset ITB.

"Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami," Daryono menegaskan.

Jadi masyarakat tak perlu panik atau khawatir terkait isu tsunami yang dijelaskan peneliti ITB. Sebab hal yang paling penting adalah upaya konkret dari masyarakat untuk fokus pada upaya penyelamatan diri jika bencana tersebut benar terjadi. 

SHARE ARTIKEL