Dampak Setiap Hari Hirup Asap Pabrik Briket, Balita ini Alami Sesak Nafas
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 29 Jul 2020Kondisi kaki balita karena injak lantai rumah penuh debu - Image from today.line.me
Kasihan, balita ini sehari-hari menghirup asap pabrik
Kakinya jadi hitam karena menginjak lantai yang penuh debu hasil dari limbah pabrik. Selain itu, rongga hidungnya juga muncul flek hitam. Ibu sang balita khawatir, paru-paru anaknya akan bermasalah gara-gara udara kotor di sekitar rumahnya.
Intan, bayi berusia 2 tahun 5 bulan dan hingga kini belum bisa bicara. Wajahnya tampak lusuh dan sangat kotor.
Ibundanya Zumrotun (35), menunjukkan kaki sang anak jadi menghitam karena debu di lantai rumahnya. Rumahnya berlokasi di Desa Tempellemahbang RT 03 RW 01, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Sang Ibu mengaku kalau debu di rumah tersebut membuatnya resah. Anak dan keluarganya setiap hari harus bernafas di lingkungan yang tidak sehat.
"Sangat terganggu. Ambekan (pernafasan) ya sesak terutama anakku yang kecil ini. Upilnya sampai ada flek hitam dan jadi sesak nafas," kata Zumrotun, Selasa (28/7).
Ibu dari 2 anak itu sempat mengira, debu yang bermunculan tersebut disebabkan karena memasuki musim kemarau. Dia baru sadar ternyata debu itu berasal dari sebuah cerobong arang dari pabrik pembuatan briket.
"Satu bulanan kayaknya, saya menyadarinya baru dua mingguan ini," ungkapnya.
Hidup di lingkungan yang tercemar udaranya, Zumrotun khawatir terhadap kesehatan anak-anaknya apabila terus menghirup udara kotor. Ia mengkhawatirkan kondisi paru-paru anaknya tidak kuat lantaran usianya masih sangat dini.
Keluh Kesah Tetangga
Senada dengan keluh kesah Zumrotun, tetangganya yang bernama Hery Firmansyah (39) juga mengaku terganggu dengan keberadaan pabrik briket tersebut.
Hal senada di sampaikan Hery Firmansyah (39) warga lainnya, dia juga merasa terganggu terkait keberadaan pabrik briket yang terletak di daerah pemukiman penduduk.
"Terus terang saya keberatan dan terdampak adanya pabrik briket di desa kami," katanya.
Pihak Pabrik Sudah Ditegur
Menurutnya, pihak karyawan pabrik sudah diberitahunya beberapa waktu lalu agar cerobong asap pabrik briket lebih ditinggikan lagi. Namun, kata dia, pemberitahuannya tidak dilakukan hingga saat ini.
"Sudah saya kasih tahu karyawannya agar di sampaikan ke pemilik pabrik briket, tapi belum ada respons penanganan," katanya.
Dia berharap adanya peristiwa ini pihak pengelola perusahaan briket tersebut akan melakukan pemberitahuan dan izin yang meluas. Seperti halnya meminta persetujuan warga kanan kiri dan sekitar pabrik tersebut
Konfirmasi Kepala Desa
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Tempellemahbang, Kasbi saat di konfirmasi mengaku, belum mengetahui adanya peristiwa itu di wilayahnya. Dia bilang, akan segera mengecek kondisi lokasi pabrik.
"Nanti setelah acara saya tak ngecek kesana. Ini masih acara di Seloparang," kata Kasbi saat dihubungi melalui telepon.
Saat disinggung lebih lanjut terkait keberadaan pabrik briket tersebut, Kasbi mengaku selama ini aktivitas mereka belum laporan ke pihaknya dan sosialisasi di sekitar lokasi.
"Kalau di zaman saya belum pernah, tapi kalau ke kepala desa yang dulu saya belum tahu," ucapnya.
Penjelasan Pihak Pabrik
Secara terpisah, pihak Pabrik Briket saat ditemui menjelaskan, telah diberitahu tentang keluh kesah warga bahwa ada yang terganggu dengan aktivitas yang dilakukan.
Menurut dia, adanya laporan itu pihaknya telah bertindak dan menyiapkan solusi penanganan lebih lanjut dan sesegera mungkin. Pihaknya juga akan mensosialisasikan ke warga khususnya di sekitar lokasi pabrik yang terdampak polusi.
"Solusinya kita sudah berupaya beli blower penyedot, sama terpal untuk tutup," kata Teguh selaku Kepala Sumber Daya Manusia (SDM) di Pabrik Briket CV Krambil Jawadwipa Nusantara itu.
Diketahui, debu yang berasal dari arang dari batok kelapa beterbangan di sekitar pabrik di Desa Tempellemahbang. Karena di lokasi tersebut digunakan sebagai tempat proses mengayak dan menggiling.
Sedangkan yang proses nyetak briketnya bukan di lokasi tersebut, melainkan di Kalitengah, Kecamatan Jiken.
Teguh menyampaikan, pemilik usaha Pabrik Briket tersebut bernama Arif Budiono asal Cepu, Blora. Saat ini pihak yang bersangkutan tinggal di Jakarta.
Atas laporan yang terjadi, dia mengungkapkan, pemiliknya akan diberitahu lebih lanjut tentang teguran warga. Dia bilang, pihak pabrik akan melakukan upaya agar tidak merugikan masyarakat sekitar.
"Secara hukum atau secara apapun kita nggak boleh merugikan orang lain. Pabrik ya mendayagunakan masyarakat sekitar,"
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, meski pabrik belum mensosialisasikan ke warga. Namun warga Desa Tempellemahbang ada beberapa yang dipekerjaan di Pabrik Briket tersebut.
Berdasarkan informasi, aktivitasnya CV Krambil Jawadwipa Nusantara di Desa Tempellemahbang ini sebatas ngontrak. Sebagian adalah tanah aset desa yang dikontrakkan oleh pemilik bengkok.
Kasus ini jadi peringatan keras bagi pihak pbarik, agar jangan sampai keberadaan pabrik hanya menguntungkan diri sendiri. Sedangkan di sisi lain merugikan dan menzalimi orang lain.
Karena, masalah kesehatan tidak bisa dianggap sepele. Jika dibiarkan saja bisa berdampak fatal pada perkembangan dan pertumbuhan si bayi.