Viral, Curhatan Medsos : Suami Jangan Pernah Bantuin Istri ya!, Begini Kata Psikolog

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 09 Jun 2020

Viral, Curhatan Medsos : Suami Jangan Pernah Bantuin Istri ya!, Begini Kata Psikolog

Fahri dan keluarganya serta unggahannya - Image from instagram.com

Curhatan Fahri jadi viral 

Banyak waganet yang menanggapi positif mengenai unggahannya. Fahri juga memberikan pesan menohok bagi para suami. Begini penjelasan psikolog mengenai unggahan tentang kewenangan suami-istri itu. 

Unggahan seorang pria bernama Fahri Amirullah melalui Instagram pribadinya menjadi viral dan menuai banyak respon positif dari warganet. 

Fahri menyampaikan pendapatnya tentang peran seorang suami dalam membantu pekerjaan istri di rumah.

Hingga artikel ini dimuat, unggahan Fahri telah disukai 132 ribu pengguna, dan mendapatkan 8 ribu lebih komentar. Lalu apa yang menarik? 

Fahri memberi pesan khusus kepada para suami yang selama ini beranggapan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tugas istri.

Sehingga ketika suami membantu pekerjaan di rumah hanyalah bonus atau tambahan saja. Akhirnya, seringkali disebut 'membantu istri'. 

Kutipan Unggahan Fahri 

Berikut pesan menohok dari Fahri untuk para suami, yang di kutip dari slide unggahannya : 

SUAMI, JANGAN PERNAH BANTUIN ISTRI YA!

Kemarin malam, saya update stories cerita pengalaman #dirumahaja 2 bulan ini.

Saya cerita, kalau anak perempuan saya yg berusia 1,5 thn ini, selalu minta diebokin ee nya saya saya, bukan sama ibunya.

Lalu saya bilang ke istri, kalau 2x sehari ee nya, berarti saya sudah ebokin 60 kali dong dalam 2 bulan ini.

Beberapa teman merespon, wah hebat ni bantu istri.

Kebanyakan komentar tersebut datang dari teman perempuan yang sudah menikah, dan punya anak.

Saya jadi berpikir, kenapa komentarnya suami bantu istri ya.

Tunggu, kayaknya saya ga ngerasa sedang bantu istri.

Maksud saya gini,

Kalau ada cerita, kakak membantu adik mengerjakan PR. yg punya PR siapa? pasti adik, kan.

Saya bantu nenek menyebrang, yang mau nyebrang siapa? nenek.

Saya bantu cariin temen pekerjaan, yg nganggur siapa? yaa teman saya

Jadi kalau saya ebokin anak? emang itu bayi bukan anak saya juga ya?

Menurut saya, itu bukan bantu istri. karena itu anak kami. itu anak saya dan istri.

Kalau saya ikut cuci piring? itu bukan bantu istri karena itu piring kotor kami

Kalau saya punya hobi ngepel rumah tiap pagi? itu bukan bantu istri, karena itu rumah kami.

Kalau saya jagain anak dan biarin istri me time sambil nonton the world of marriage?

Itu bukan bantu istri, karena itu anak kami. karena dia, ya istri saya.

Nulis gini, saya bukan mau gombalin istri. udah nikah loh saya bukan masih pedekate. udah berhasil gitu dapetinnya.

Saya cuma ingat dulu, waktu 1-2 thn pertama nikah. saya sering egois sama istri. sedih kalau inget.

Ko saya bantu istri? loh kalau pake kata bantu. dia yang udah super duper bantuin saya.

Teman-teman Iaki2, para suami yang balk, terutama yang istrinya memilih dirumah jaga anak seperti saya.

Jangan lagi bilang bantu istri ya. ga sebanding.

Dibahagian anak orang itu, ninggalin orangtua adik kakak terus tinggal sama kita, bukan untuk cuci piring.

Nah itu dia pesan penting dari Fahri untuk para suami. Bukan bantuin istri ya, tapi memang melakukan pekerjaan dan tanggung jawab sebagai seorang suami. 


Penjelasan Psikolog

Psikolog Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan SPsi MPsi, memberikan pandangannya mengapa unggahan tersebut bisa viral. 

Menurutnya, postingan milik Fahri bisa menggambarkan kondisi rumah tangga yang saat ini banyak dialami oleh pasangan menikah. 

Yakni, seorang istri tidak dihargai oleh suaminya dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga secara mandiri. 

Mungkin istilah yang cocok untuk saat ini adalah relate, sangat berhubungan dan sesuai dengan kondisi saat ini. 

“Kenapa tulisan ini bisa viral, mungkin banyak sekali seorang suami tidak menghargai istrinya.”

“Karena fenomena ini sangat banyak, sehingga berpengaruh kepada apa yang dirasakan oleh kebanyakan istri yang ada di Instagram, merasa senasib,” ujarnya dilansir dari Tribunnews, Jumat (5/6/2020).

Bagi Adib, rasa saling menghargai adalah hal yang perlu digarisbawahi dalam unggahan tersebut. 

“Persepsi seseorang berbeda-beda, ada yang bilang itu membantu istri, atau ingin membantu anak dan lain sebagainya.”

“Tapi juga bukan untuk mencari siapa yang benar atau salah. Poin sebenarnya adalah perasaaan kesetaraan dan rasa dihargai seorang suami kepada istrinya,” imbuhnya.

Adib mengakui konsep menghargai dalam rumah tangga memang mudah diucapkan. Namun, dalam praktiknya sangat sulit untuk dilakukan.

Oleh karena itu, Adib menyarankan rasa saling menghargai harus ditopang dengan jalinan komunikasi yang baik.

Sehingga potensi kesalahpahaman atau konflik antar pasangan bisa diminimalisir. 

“Kalau itu tidak dikomunikasikan bisa akhirnya mengarah pada konflik rumah tangga,” ucapnya.

Terakhir, Adib menyinggung soal pembagian hak dan kewajiban dalam rumah tangga. Ia menjelaskan konsep pembagian hak dan kewajiban tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

Mulai dari pemahaman agama hingga budaya yang dianut oleh masing-masing pasangan. 

“Atau dari nilai-nilai orang tua mereka sebelumnya. Bisa juga dari cara pandang dari mereka sendiri (pasangan itu, red).”

“Namun cara terbaik pembagian hak dan kewajiban dalam rumah tangga adalah dengan kesepakatan antara suami dan istri,” tandasnya.

SHARE ARTIKEL