Ternyata ini Penyebabnya, Manajer Bergaji 100 juta per Bulan Terpaksa Jadi Penjual Cincau
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 01 Jun 2020Potret Bapak Hasanudin - image from youtube.com
Hidup bagai roda berputar
Terkadang kita diatas, namun adakalanya kita di bawah. Setiap perjalanan hidup baik suka dan duka selalu ada pembelajaran dibaliknya, seperti halnya kisah ini.
Pak Hasanudin yang seorang muallaf ungkapkan penyebab ia jatuh miskin dan berpesan kepada kita semua.
Hidup tidak selalu menyenangkan dan tak selalu berjalan mulus. Itulah yang dirasakan Hasanudin yang dulu hidupnya berkecukupan, kini ia terpaksa harus berjuang mencari uang dengan berjualan cincau.
Hasanudin menjadi pedagang cincau keliling di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di usia 65 tahun, ia masih harus bekerja keras menghidupi istri dan dua anaknya yang baru berusia 5 dan 9 tahun.
Baca juga : Jangan Titipkan Anakmu pada Orang Tua, Inilah Alasan Islam Melarangnya
"Saya hidup sekarang umur 65 tahun baru merasa pusing," ujarnya dikutip dari YouTube Gavy Story pada Senin (1/6/2020).
Padahal, dulu Hasanudin hidup serba enak dan berkecukupan lho, Bunda. Ia bahkan memiliki rumah bertingkat dan mobil di Jakarta. Ia berkisah, dulu bekerja sebagai general manager.
"Kalau dulu gajinya tetap, di tempat hiburan, jadi general manager," kata Hasanudin.
Pria kelahiran Palembang ini mengaku, penghasilannya dulu bahkan bisa mencapai Rp100 juta per bulan. Tapi, sekarang untuk mendapatkan Rp100 ribu saja sangat sulit.
Sudah 8 tahun Hasanudin menjalani hidup yang sulit ini. Sebelum berjualan cincau selama satu tahun, Hasanudin sempat bekerja serabutan sebagai tukang angkut di pasar.
"Sebelumnya kerja di pasar, angkut-angkut," ujarnya.
Ia mengatakan, perekonomiannya bisa anjlok karena boros dan sering mengeluarkan uang.
Misalnya, istrinya yang dulu minta uang belasan juta, langsung ia berikan. Begitu pula dengan teman-temannya yang meminjam uang kepadanya, kemudian tidak dikembalikan hingga saat ini.
Hasanudin mengakhiri ceritanya dengan sebuah pesan penting. Ia mengatakan, jangan terlalu percaya pada orang lain. Apalagi jika masalah keuntungan, harus ada perjanjian hitam di atas putih.