Pedihnya Sakaratul Maut, Ketika Orang Beriman Menghadapi Kematian
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 30 Jun 2020Ilustrasi kematian - Image from www.facta-news.com
Sudah siapkah Anda sekalian menghadapinya?
Barang siapa manusia yang telah menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Lantas bagaimanakah kematian orang beriman?
Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Sebaliknya orang kafir selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Ia bermimpi ingin hidup terus dan selama-lamanya.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)
Bahkan orang yang paling sering mengingat kematian mendapatkan predikat orang yang cerdas menurut Rasulullah SAW. Sebagaimana riwayat Ibnu Umar ra ini, beliau berkata.
"Aku datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama 10 orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah? Nabi menjawab, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan." (HR Ibnu Majah)
Kematian Orang yang Beriman
Lantas, bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad)
Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang menjadi imam shalat Shubuh.
Kemudian, Umar pun jatuh tersungkur dalam keadaan bersimbah darah. Pada saat itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara ataupun kekuasaannya.
Yang ia ingat hanyalah "Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: ”Siapakah yang telah menikamku?”
”Kau ditikam oleh Abu Lu’luah Al-Majusi.”
Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: "Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali.” Lalu, Umar pun mati syahid.
Ketika Rasulullah SAW menghadapi sakaratul maut beliau mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya sakit yang beliau alami. Lalu beliau berdoa:
“Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku.” (HR Bukhari-Muslim)
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:
”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.”
Oleh sebab itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja.
Setiap manusia pasti akan merasakan pedih dan sakitnya proses sakaratul maut. Bahkan, kekasih Allah SWT saja, yakni Rasulullah SAW berdoa agar Allah SWT ringankan sakaratul maut untuk dirinya.
Jadi, tidak ada seorangpun yang akan terhindar dari merasakan kepedihan sakratul maut. Meski begitu yang paling penting kita tidak perlu takut kematiannya, melainkan mengkhawatirkan masa setelah kematian.
Masa dimana amal perbuatan kita selama di dunia ditimbang dan diberikan balasan sebagaimana hasil timbangan tersebut. Bagi yang berat timbangan perbuatan baiknya akan dimasukkan ke surga.
Sebaliknya, akan dimasukkan ke neraka. Oleh sebab itu mari kita isi hari-hari kita di dunia dengan amal shaleh yang melimpah sebagai bekal di akhirat kelak.
Jangan sampai kita sama halnya dengan orang-orang kafir yang baru minta ampun kepada Allah SWT dan berjanji berbuat amal shaleh saat kematian sudah dihadapan mereka.
Namun pada saat itu tak lada lagi yang bisa menolongnya, termasuk Allah SWT.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)
Semoga kita semua meninggal dalam keadaan husnul khotimah, Aamiin.