Malu, Rumah Ditempeli Stiker "Demi Allah, Kami Warga Miskin", Penerima PKH Mundur

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 14 May 2020

Malu, Rumah Ditempeli Stiker

Merasa sudah mampu dan malu rumah ditempeli stiker tersebut... 

Sebanyak 74 penerima PKH dan BNPT mengundurkan diri dan merelakan bantuan dialihkan pada orang yang lebih membutuhkan. Salah satu penerima yang mundur, menceritakan kondisi ekonominya. 

Ada 74 rumah penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) diberi stiker di depan rumah bertuliskan "Demi Allah, Kami Warga Miskin Penerima PKH–BPNT". 

Penempelan stiker ini diinisiasi oleh Pemerintah Desa Ketitang Lor, Bojong, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. 

Baca juga : Mulia, Seorang Mualaf Jual Semua Hartanya Hingga 12 M untuk Bantu Tangani Covid-19

Kepala Desa Ketitang Lor Sarwono mengatakan penempelan stiker ini sudah menjadi kesepakatan pihak warga agar transparan dan mengetahui siapa saja penerima bantuan. 

Usulan penempelan stiker sudah ada sejak tahun 2018, namun baru dipasang pada tahun 2020.

"Kita baru pasang ada sekitar satu minggu agar masyarakat tahu penerimanya. Sementara mereka yang ekonominya sudah membaik, rumah sudah bagus bisa sedikit malu dengan pemasangan stiker," kata Sarwono, Rabu (13/5/2020).

Sarwono menjelaskan, masyarakat yang mencopot tulisan tersebut berarti secara tidak langsung mengundurkan diri sebagai penerima bantuan PKH maupun BPNT. 

Pihaknya juga menyampaikan, pemberian tanda kepada penerima PKH atau BPNT dilakukan untuk mengedukasi warga desa agar mengalihkan bantuan kepada yang lebih berhak. 

Caranya ialah dengan mengajukan pengunduran diri melalui petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).

"Saat pemasangan, alhamdulillah tidak ada gejolak semua baik-baik saja," tambah dia.

Alasan Warga Penerima PKH Mundur 

Petugas TKSK Bojong Purwo Aji mengungkapkan baru seminggu setelah pemasangan stiker, sudah ada warga penerima bantuan PKH dan BPNT yang mengundurkan diri. 

Total ada 3 warga yang mengundurkan diri karena menganggap ekonominya sudah mapan dan merasa malu mendapat bantuan dari pemerintah.

"Kalau mengundurkan diri mekanismenya akan dimusyawarahkan di tingkat desa lalu kami laporkan ke Dinas Sosial. Setiap 6 bulan sekali juga kami melakukan verifikasi penerima bantuan," ujar Purwo Aji. 

Purwo melanjutkan, apabila ada warga yang mengundurkan diri yang bersangkutan akan dikeluarkan dari basis data terpadu kemiskinan. 

"Dari hasil verifikasi dan validasi data tersebut diinput dan datanya dikirim ke Kementerian Sosial," tambah dia. 

Salah seorang warga yang mengundurkan diri, Murdiyati (54) menyampaikan, ekonomi keluarganya dalam beberapa tahun terakhir sudah lebih baik. 

Hal itu disebabkan anaknya sudah bekerja dan sekarang bisa memperbaiki rumahnya yang dulu tidak layak. 

"Saya sudah ngomong kalau mundur mendapat bantuan BPNT dan bisa dialihkan ke warga yang lebih membutuhkan, stiker juga akan saya copot," ungkap Murdiyati.

SHARE ARTIKEL