Gempar, Sudah Positif Corona, Imam Tarawih Tetap Pimpin Jamaah Shalat

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 14 May 2020

Gempar, Sudah Positif Corona, Imam Tarawih Tetap Pimpin Jamaah Shalat

Tak percaya hasil tes... 

Pria usia lanjut itu merasa sehat dan tetap nekat pimpin shalat jamaah di mushola lingkungannya. Tindakan nekat ini berdampak negatif pada jamaah yang dipimpinnya. 

Pria berinisial O (82), di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes swab. Namun, ia tetap nekad menjadi imam salat tarawih di musala daerahnya. 

Baca juga : Keajaiban Doa Ibu dalam Kisah Hijrah Anak Punk Bertato Neraka di Wajah

Tertular dari Sang Anak 

Awalnya putra dari O lebih dulu dinyatakan positif Corona setelah tes swab. Namun, pada Kamis (7/5/2020), dia dinyatakan negatif dan sudah bisa pulang dari rumah sakit.

Sesuai prosedur penanganan Corona, O dan istri menjalani tes swab. Dan hasilnya, O dinyatakan positif pada Jumat (8/5).

"Dari pihak puskesmas akan mengambil tindakan (tes swab) dicoba orang tuanya kan usianya sudah tua berusia 80-an dan 70-an. Pada saat anaknya positif kan pasti kontak langsung, kemudian dilakukan swab dan akhirnya positif," jelas Camat Tambora Bambang Sutama dilansir dari detikcom, Rabu (13/5/2020).

Tak Percaya dengan Hasil Tes

O menyangkal bahwa dirinya positif Covid-19. Tak hanya itu, dia pun menolak saat akan diisolasi oleh pihak Puskesmas Jembatan Besi menju ke rumah sakit pada Sabtu (9/5).

"Karena dirinya (merasa) sehat (tidak bergejala) dan akhirnya dia bilang, 'Saya ini gejala tifus,' jadi dia itu nggak yakin apa yang disampaikan oleh dokter," ucap Bambang.

Tak berhenti di situ, O yang merupakan Ketua RW, dan juga tokoh masyarakat, tetap menjalankan salat Tarawih berjamaah di musala. Ia sering didaulat jadi imam di Musala Baitul Muslimin.

"Imam aslinya mah sebenarnya ada juga, cuma bergantian saja sama Pak RW (O) ini, kadang-kadang salat Tarawih-nya (dipimpin) imam aslinya, terus (salat) witir-nya gantian, mungkin salat Isya-nya dia (O), terus Tarawih-nya ganti (imam)," kata Bambang.

28 Jamaah Jadi ODP

Alhasil, sebanyak 28 jemaah yang menjadi makmum-nya dinyatakan sebagai orang dalam pemantauan (ODP). Lurah Jembatan Besi Tarcius Iwan mengatakan 28 ODP itu akan menjalani isolasi mandiri.

"Di rumah (masing-masing), isolasi mandiri," ujar Tarcius. 

Diketahui, 28 jemaah tersebut sudah menjalani tes swab pada Minggu (10/5). Namun Kristiani tidak mau berkomentar banyak mengenai hasil tes swab. "Mohon maaf, kalau ketemu langsung saja, besok," tuturnya.

Pemprof DKI : Patuhi Fatwa MUI 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyayangkan kejadian tersebut. Pihaknya meminta agar masyarakat taat dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia soal ibadah di rumah saat wabah virus Corona.

"Masyarakat seharusnya mematuhi fatwa MUI 14 tahun 2020 yang pada intinya agar masyarakat tidak melaksanakan ibadah berjamaah di mesjid atau tempat umum lainnya, selama pandemi COVID-19 masih terus berlangsung," ucap Kepala II Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Catur Laswanto. 

Fatwa MUI yang dimaksud berisi peringatan bahwa umat muslim wajib berikhtiar untuk menghindari mudharat, termasuk penularan penyakit covid-19. 

Selain itu, sudah ada penjelasan hukumnya, haram bagi orang yang terjangkit Corona ikut salat tarawih berjamaah di masjid. Fatwa ini sudah ditetapkan dan berlaku sejak 16 Maret 2020 lalu.

"Kan sudah ada fatwa Nomor 14 Fatwa Tahun 2020. Bisa kulik di situ. Kan sudah ada diingatkan," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Anwar Abbas.

Anwar menjelaskan, fatwa MUI itu sifatnya tuntunan dan pedoman bagi umat Islam Indonesia. Dia mengimbau masyarakat tidak salat berjamaah di wilayah yang kondisi wabahnya tak terkendali. 

"Kan MUI sifatnya memberikan tuntunan dan pedoman kan ya. Kalau penyebaran virusnya tidak terkendali, jangan menyelenggarakan salat berjamaah. Salat Jumat. Tapi kalau terkendali ya silakan," ungkapnya.

Meskipun begitu ia mempersoalkan soal fokus pemberitaan yang lebih menyoroti penyebaran wabah Corona di masjid. Padahal menurutnya, orang-orang tidak hanya berkumpul di masjid saja.

"Ini ada ketidakfairan ya. Ini kan yang disorot hanya masjid. Pabrik tetap kan. Kenapa hanya masjid saja yang disorot? Pasar juga masih ramai. Kendaraan umum juga ramai," ujar Abbas.

SHARE ARTIKEL