Panen Pahala Berlimpah Saat Ramadhan, Cukup dengan Amalan ini

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 27 Apr 2020

Panen Pahala Berlimpah Saat Ramadhan, Cukup dengan Amalan ini

Ilustrasi - Image from www.islamkafah.com

Siapa sih yang mau menyia-nyiakan amalan berpahala melimpah ini?

Apalagi belum tentu kita bisa ketemu ramadhan lagi di tahun depan. Namun sudahkah kalian tahu amalan apa yang bisa membuat kita panen pahala di bulan suci ini? Langsung saja simak penjelasannya dibawah

Bulan Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh dengan ampunan. Setiap muslim pasti sering mendengar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan turunnya Al-Quran pertama kali. Karena memang sangat banyak sekali dalil yang menunjukkan hal ini. 

Salah satunya yang termaktub dalam firman Allah, Surat Al Baqarah ayat 185 berikut ini : 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185)

Baca juga : Suami Harus Paham ini, agar Tidak Mudah Menyerah Hadapi Istri

Pahala Membaca Al Quran Sangat Berlimpah 

Keutamaan membaca Al-Quran banyak dijelaskan di berbagai dalil, salah satunya adalah Sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam,

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” ( HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

Begitu juga Sabda beliau,

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam” ( HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468)

Keutamaan Mengkhatamkan Al-Quran di Bulan Ramadhan

Hal Ini dicontohkan langsung oleh Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

“Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam setiap tahun sekali (pada bulan ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alayi wasallam Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau sebanyak dua kali (untuk mengokohkan dan memantapkannya)” ( HR. Bukhari no. 4614)

Ibnu Atsir rahimahullah menjelaskan,

“yaitu mempelajari (mudarasah) semua ayat Al-Quran yang turun” ( Al-Jami’ fi Gharib Hadits, 4/64).

Hendaknya disamping menjalankan shalat Tarawih, kita juga dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan. 

Bahkan, praktek shalat tawarih dengan target mengkhatamkan Al-Quran selama bulan Ramadhan disebut sebagai perbuatan yang sangat baik. Sehingga setiap malam shalat tarawih membaca satu juz. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

“dipahami dari (hadits) tersebut, bahwa Imam membaca Al-Quran seluruhnya (sampai khatam) bersama jamaah pada Bulan Ramadhan termasuk dalam mudarasah ini (yaitu mudarasah Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam bersama malaikat Jibril alaihissalam). 

Oleh karena itu Imam Ahmad rahimahullah suka terhadap Imam yang mengkhatamkan Al-Quran. Ini merupakan amal para salaf yaitu mendengarkan Al-Quran seluruhnya.

Namun kedua anjuran tersebut, bukanlah hal yang wajib melainkan supaya bersegera dan tidak membaca secara perlahan-lahan. Ia tidak mencari kekhusyu’an dan tuma’ninah. 

Bahkan mencari hal ini (khusyu’ dan tuma’ninah) lebih utama daripada perhatian terhadap mengkhatamkan” (Majmu’ Fatawa bin Baz 15/324, Asy Syamilah.

Dan mengkhatamkan Al-Quran selama bulan Ramadhan bukanlah sebuah keharusan, sebagaimana kata syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah,

“Mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan bagi orang yang berpuasa bukanlah perkara yang wajib. Akan tetapi sebaiknya seseorang memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadhan” (Majmu’ Fatawa wa Rasail 20/516)

Jangan Hanya Membaca, Pahami dan Amalkan 

Membaca Al Quran bukan sekedar dibaca, namun yang terpenting adalah merenungkan serta mengamalkan isinya. 

Banyak membaca saja dibanding dengan membaca Al Qur’an dengan penuh perenungan (tadabbur), tentu dengan penuh tadabbur itu lebih utama (afdhol).

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan perihal shalat malam dalam Zaadul Ma’ad membawakan bahasan berikut ini:

Para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih utama, membaca Al Qur’an dengan tartil sehingga sedikit bacaan yang dihasilkan ataukah membaca Al Qur’an dengan cepat sehingga banyak yang dibaca. Ada dua pendapat dalam masalah ini.

Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, membaca Al Qur’an dengan tartil dan penuh tadabbur (perenungan) itu lebih utama daripada membaca Al Qur’an dengan cepat meskipun membaca lebih banyak ayat. 

Karena memang maksud membaca Al Qur’an adalah memahami dan merenungkan dan mengamalkan isinya. Sedangkan membaca dan menghafal Al Qur’an hanyalah jalan / media untuk bisa memahami maknanya.

Sebagian salaf (ulama terdahulu) pun mengatakan,

“Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Oleh karenanya, bacalah Al Qur’an untuk diamalkan.”

Oleh sebab itu, sejak dulu yang namanya ahli Al Qur’an adalah yang paham dan mengamalkan isi Al Qur’an. Bukan hanya yang khatam berkali-kali atau sekedar hafal. Meskipun ahli Al Qur’an, tidaklah hafal Al Qur’an. 

Sehingga jika ada orang yang hafal Al Qur’an namun tidak paham dan tidak mengamalkannya, maka tidak bisa disebut ahli Al Qur’an. 

Para ulama yang berpendapat pentingnya tadabbur dibanding banyak qiro’ah (baca) juga memberikan alasan lain bahwa iman digambarkan dengan sebaik-baiknya amalan.

Memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. 

Adapun jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa pula dilakukan oleh orang ahli maksiat dan orang munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman. 

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

“Permisalan orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah seperti buah rayhanah. Bau buah tersebut enak, namun rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian faedah dari Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Zaadul Ma’ad (1: 327).

Semoga Allah menganugerahkan kita menjadi ahli Al Qur’an, yang tak hanya rajin membaca, menghafal, namun juga merenungkan serta mengamalkan isinya.

SHARE ARTIKEL