Kakakku Rajin Sholat, Pintar, Orangtuaku Lebih Sayang Padanya, Bagaimana?

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 13 Apr 2020

Kakakku Rajin Sholat, Pintar, Orangtuaku Lebih Sayang Padanya, Bagaimana?

Ilustrasi - Image from www.cerpen.co.id

Orang tua lebih sayang ke salah satu anak, bolehkah? 

Anak yang taat, rajin shalat, puasa sunnah dan berbakti, tentu lebih dicintai orang tuanya, sehingga menimbulkan perilaku orang tua yang pilih kasih. Anak kesayangan diberikan mainan yang canggih dan mahal, sedangkan anak lainnya tidak, bagaimana hal ini menurut akhi dan ukhti? Apakah juga memperlakukan seperti ini pada anak?

Kedua orang tua, baik ayah maupun ibu, tentu saja mencintai anak-anak mereka. Kecintaan orang tua terhadap anaknya merupakan sebuah hal yang alamiah dan naluri yang Allah Ta’ala tanamkan di hati mereka. 

Baca juga :  Dulunya Sering Maksiat, Apa Harus Diceritakan ke Calon Suami? 

Allah Ta’ala berfirman, 

 وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي 

“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari–Ku.” (QS. Thaha [20] : 39) 

 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

 إِنِّى قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا 

“Sesungguhnya aku telah diberikan anugerah cintanya (Khadijah).” (HR. Muslim no. 2435)

Intinya, cinta adalah anugerah yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Terkait kecintaan orang tua terhadap anaknya, terkadang orang tua lebih mencintai salah satu anaknya dibandingkan anak-anak yang lainnya. 

Pada dasarnya, kecintaan semacam ini tidaklah mengapa, sebab cinta merupakan suatu yang alamiah, natural, dan anugerah dari Allah Ta’ala. 

Namun, kecintaan tersebut tidak boleh menyebabkan kezaliman pada anak yang lainnya, atau mengurangi hak-hak anak-anak yang lainnya. 

Sebuah hal yang wajar bila kita lebih mencintai orang yang shalih dan berbakti jika dibandingkan yang kurang shalih.

Anak yang taat, rajin shalat, puasa sunnah dan berbakti, tentu wajar jika lebih dicintai orang tuanya dibandingkan saudaranya yang lain. 

Namun, meski begitu orang tua tetap tidak boleh berlebihan dalam mengekspresikan atau menunjukkan kecintaannya kepada sang anak yang spesial tersebut. 

Kisah Nabi Yaqub dan Putranya, Nabi Yusuf

Perasaan cinta dan sayang lebih besar pada salah satu anaknya ini juga dikisahkan dalam sejarah Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Beliau sangat menyayangi putranya, Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

Allah Ta’ala berfirman, 

 لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ ؛ إِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَأَخُوْهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِيْ ضَلَالٍ مُبِيْنٍ 

“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin –Tafsir Jalalain) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (banyak, –pen.). Sesungguhnya ayah kita di dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf [12] : 7-8)

Sesungguhnya, cinta Nabi Ya’qub kepada Yusuf ‘alaihimas salam merupakan kecintaan yang murni, tidak ada unsur kezaliman kepada anak yang lainnya. 

Namun, kecintaan yang demikian itu saja dapat melahirkan perasaan jengkel dan cemburu dari anak-anak yang lainnya. 

Perhatian orang tua yang berlebih terhadap salah satu anaknya akan membuat perasaan anak yang lain sedih, galau, dendam, bahkan melahirkan permusuhan. 

Hal tersebut bisa berujung pada keinginan untuk mencelakai anak yang “terlihat lebih disayangi” orang tua mereka. Lihatlah perbuatan saudara-saudaranya Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepada beliau. 

Allah Ta’ala berfirman, 

 اُقْتُلُوْا يُوْسُفَ أَوِ اطْرَحُوْهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِيْنَ 

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tidak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf [12] : 9)

Cermati, ucapan mereka terhadap ayahnya pada ayat sebelumnya, bagaimana mereka menyifati ayahnya dengan kesesatan. 

(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. (QS. Yusuf [12] : 8)

Atas kecintaan Nabi Yaqub terhadap Yusuf tersebut, melahirkan di pikiran anak-anaknya yang lain untuk melakukan konspirasi jahat untuk membunuh saudara mereka sendiri, yaitu Nabi Yusuf ‘alaihis salam. 

Sikap semacam ini muncul karena mereka melihat kecintaan sang ayah kepada salah satu anaknya. 

Padahal, kecintaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf ‘alaihimas salam adalah kecintaan yang murni, cinta yang tidak mengandung unsur zalim dan pengurangan hak terhadap anak-anaknya yang lain. 

Kecintaan beliau ini adalah kecintaan yang Allah Ta’ala anugerahkan di dalam hatinya, kecintaan tulus kepada anak yang memang memiliki tanda-tanda kemuliaan dan keshalihan.

Kita dapat melihat mengapa mereka berniat melakukan rencana pembunuhan terhadap Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Sebab mereka menginginkan agar ayah mereka hanya mencintai mereka semata dan berpaling dari Nabi Yusuf ‘alaihis salam. 

Lantas bagaimana lagi, bila kecintaan kepada salah seorang anak yang terekspresikan jelas dan disertai dengan kezaliman dan pengurangan hak-hak anak yang lainnya? 

Tentulah ini akan lebih menimbulkan kesedihan, kebencian, dan permusuhan di antara anak-anak kita. Bahkan, akan menimbulkan kebencian dan konflik antara anak dengan orang tuanya. 

Kesimpulan 

Kecintaan yang agak berlebih kepada salah seorang anak pada dasarnya tidak terlarang. 

Sebab, cinta itu murni anugerah Allah Ta’ala dan memang setiap anak memiliki kondisi keshalehah dan kadar berbakti yang berbeda-beda.

Dan juga orang tua harus tetap berupaya mendidik dan membimbing anak agar menjadi sholeh dan sholehah serta berbakti kepada kedua orang tuanya. 

Jika memang ada kadar kasih sayang berlebih pada salah satu anak, orang tua hendaknya berusaha seoptimal mungkin untuk tidak menampakkannya.

Hal ini agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di antara anak-anaknya. Seperti halnya konflik,  pertengkaran, dan lain sebagainya.

Selain itu, orang tua juga jangan sampai membuat orang tua bersikap tidak adil dan mengurangi hak anak yang lainnya. 

Wallahu Ta’ala a’lam.

loading...