Data Pemerintah Disorot : "Apa Jokowi Sampaikan yang Sebenarnya Soal Corona?" 

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 03 Apr 2020

Data Pemerintah Disorot :

Masyarakat tak percaya data pemerintah - Image from wajibbaca.com

Masyarakat banyak yang tak percaya tentang kevalidan data kasus corona di Indonesia. 

Hal ini dibuktikan dari hasil polling yang dilakukan di salah satu media sosial yang menyebutkan sekitar 98% orang tidak percaya. Kecurigaan tersebut berdasar pada data yang disampaikan baru-baru ini. 

Diketahui keganjilan data yang diungkapkan oleh pemerintah. Mengapa ganjil? Sebab jumlah kasus baru positif virus Corona sama dengan jumlah orang yang dites per hari (jumlah spesimen baru). Keganjilan ini terjadi pada tanggal 24, 30, dan 31 Maret.

Apakah hal tersebut hanya kebetulan semata? Jika memang kebetulan, maka kebetulan tersebut terjadi sebanyak 3 kali. 

Baca juga : MUI Jelaskan Hukum Tinggalkan Sholat Jumat 3 Kali di Masa Pandemi

Data ini didapatkan dari berbagai situs resmi pemerintah, yakni situs Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan dan situs Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, yang diakses pada Rabu (1/3/2020).

Silakan simak perbandingan data berikut ini, persamaan jumlah ada pada tanggal 24, 30, dan 31 Maret 2020:

Kasus Baru Positif COVID-19

24 Maret 2020: 107 kasus baru/106 kasus baru*
25 Maret 2020: 105 kasus baru
26 Maret 2020: 103 kasus baru
27 Maret 2020: 153 kasus baru
28 Maret 2020: 109 kasus baru
29 Maret 2020: 130 kasus baru
30 Maret 2020: 129 kasus baru
31 Maret 2020: 114 kasus baru
1 April 2020: 149 kasus baru

Jumlah Spesimen Baru/Orang yang Dites COVID-19

24 Maret 2020: 107 spesimen baru/576 spesimen baru**
25 Maret 2020: 959 spesimen baru/510 spesimen baru**
26 Maret 2020: 514 spesimen baru
27 Maret 2020: 1.439 spesimen baru
28 Maret 2020: 491 spesimen baru
29 Maret 2020: 268 spesimen baru
30 Maret 2020: 129 spesimen baru
31 Maret 2020: 114 spesimen baru
1 April 2020: data belum disediakan Kemenkes

Bila melihat data yang diberi tanda bintang (*), maka itu akan terlihat membingungkan. Ini karena terjadi perubahan angka seiring waktu berjalan. 

Pertama, pada kasus baru positif COVID-19, tanda bintang terletak pada 24 Maret 2020. Pada tanggal itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (Yuri) mengumumkan ada 107 kasus baru positif Covid-19. 

Namun bila menilik ke situs Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, angkanya sudah berubah menjadi 106 kasus baru positif COVID-19 pada tanggal 24 Maret. Beda 1 kasus. Kok bisa?

Kedua, pada jumlah spesimen/orang yang dites COVID-19, tanda bintang yang terletak pada 24 Maret 2020. Penghitungan jumlah spesimen baru per hari perlu dilakukan mandiri karena Kementerian Kesehatan RI tidak menampilkan data tersebut baru per harinya. 

Situs Kemenkes hanya menampilkan jumlah total spesimen, yang akan diperbaharui per hari. Maka untuk mengetahui jumlah spesimen baru per hari, jumlah total hari terbaru dikurangi dengan jumlah total di hari sebelumnya. 

Pada 24 Maret 2020, Kemenkes sempat memunculkan jumlah orang yang diperiksa ialah sejumlah 2.863 orang. Namun baru-baru ini, angka 2.863 diubah menjadi 3.332 orang. Angka 2.863 masih ada di situs Dinas Kesehatan Kota Padang hingga saat ini. Adapun jumlah orang yang diperiksa pada 25 Maret adalah 3.822 orang.

Karena angka orang yang diperiksa pada tanggal 24 Maret ada dua versi, maka penulis mencantumkan dua versi juga. Versi awal jumlah spesimen baru tanggal 24 Maret sama persis dengan jumlah kasus baru positif COVID-19 tanggal 24 Maret, mungkinkah hal ini terjadi? 

Adanya kesamaan data tersebut sempat disorot oleh James Massola, salah satu jurnalis The Sydney Morning Herald yang membuat tulisan 'Indonesia cases surge as south-east Asia braces'. Melalui akun Twitter-nya pada 24 Maret, dia mempertanyakan kebenaran data yang disajikan pemerintahan Indonesia. 

"Apakah Jokowi menyampaikan yang sebenarnya tentang virus Corona? Pada Selasa (24/3), Kementerian Kesehatan melaporkan 2863 tes - naik 107 orang (yang dites). Angka positif (COVID-19) naik 107 juga. Ini mustahil secara statistik. Jumlah 4000 rapid tes nampak tidak dilaporkan," cuit James Massola. Pemerintah belum memberikan jawaban atas keganjilan data tersebut. 

Sebanyak 98% Menyatakan Tidak Percaya dengan Data yang Dikeluarkan Pemerintah

Di media sosial, sebuah polling dilakukan pada Kamis (2/4/2020). Polling tersebut menunjukkan sebanyak 98% orang menytakan tidak percaya dengan data resmi yang disampaikan oleh pihak pemerintah. Polling tersebut diikuti hingga 6.745 orang. 

"Andaikan di Indonesia ada test massal untuk seluruh rakyat, dengan alat yang bagus dan akurat, disampaikan dengan jujur dan tepat, saya yakin jumlah positif bahkan kematian akibat corona di Indo melampau negara asal #VirusChina," ujar @sarjoko_adi.

Data Pemerintah Disorot :

Screenshoot polling twitter Mas Piyu ORI - Image from www.portal-islam.id

Laporan Bloomberg (1/4/2020), Indonesia dicurigai seperti China yang menyembunyikan angka sebenarnya korban Covid19.

Detikcom juga melaporkan data ini dihimpun dari situs-situs resmi pemerintah, yakni situs Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan dan situs Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Polling Warganet: 98% Tidak Percaya Data Covid-19 yang Diumumkan Pemerintah

"Tiap hari Yuri (Jubir Covid-19) ngomong template aja. Update korban positif di kisaran 200an. Yaiyalah orang kapasitas labnya udeh mentok segitu doang. Gue mah percaya angka realnya udeh belasan bahkan puluhan ribu dites swab semua," timpal yang lain.

Berbagai Komentar Netizen

SHARE ARTIKEL