Beberapa Pantangan Ibu Hamil ini, Mitos atau Fakta? 

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 09 Mar 2020

Beberapa Pantangan Ibu Hamil ini, Mitos atau Fakta? 

Pisang siam untuk ibu hamil - Image from wajibbaca.com/2018

Banyak berbagai macam pantangan yang seharusnya tidak dilakukan seorang calon ibu yang sedang hamil....

Dengan beredarnya pantangan bagi ibu hamil, tak jarang justru membuat stress dan bingung. Boleh-boleh saja sih mengikuti budaya setempat, tapi jangan sampai mengorbankan kenyamanan, kesehatan serta keselamatan ibu dan janinnya ya bu! 

Berikut adalah deretan pantangan ibu hamil, serta analisis kebenarannya dari sisi medis.

Adat jawa memberikan beragam aturan dan pantangan bagi ibu hamil. Hal ini seringkali akan diinformasikan pada para ibu-ibu yang bersuku jawa atau yang bersuamikan orang jawa. 

Mereka pasti akan diwanti-wanti baik oleh ibu mertua maupun ibu kandung agar tidak melakukan hal-hal tertentu serta menganjurkan kegiatan-kegiatan tertentu. Dengan dalih demi keselamatan ibu dan bayinya. 

Sebenarnya sah-sah saja mengikuti budaya jawa, karena budaya jawa adalah salah satu kekayaan Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan. Selain itu dalam pantangan yang diberikan biasanya memiliki pesan-pesan filosofis dan memberikan manfaat pada ibu hamil.

Namun yang perlu menjadi catatan adalah jangan sampai dengan mengikuti budaya jawa, ibu hamil dan bayinya harus mendapatkan kerugian atau justru membahayakan bagi keselamatan keduanya. 

Sebab keselamatan ibu dan bayi adalah hal prioritas dibandingkan mengikuti budaya. Toh pada dasarnya budaya jawa juga menginginkan hal yang sama. 

Nah berikut ini adalah sederet pantangan pada ibu hamil baik yang sering berkembang di adat jawa ataupun masyarakat secara umum. 

Lantas bagaimanakah kebenarannya? Apakah pantangan tersebut adalah sekedar mitos belaka ataukah fakta yang harus diikuti? 

1. Duduk di Lantai 

Beredar larangan, ibu hamil tidak boleh duduk di lantai, sebab bisa menyebabkan plasenta lengket. Plasenta lengket biasanya disebut juga plasenta akreta. 

Kondisi ini merupakan komplikasi pada kehamilan yang dapat mengancam nyawa. Plasenta akreta terjadi karena kondisi plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim. 

Jika kondisi plasenta normal, maka plasenta akan lepas dari dinding rahim dan terbawa keluar tidak berapa lama setelah bayi lahir. 

Namun jika plasenta akreta terjadi, dapat menyebabkan perdarahan berat pada sang ibu dan bisa menyebabkan kematian. 

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor yang bisa mempengaruhinya, diantaranya adalah : 

  • Kontraksi rahim yang buruk​Posisi perlekatan yang tidak baik
  • Ukuran plasenta terlalu kecil
  • Perlekatan plasenta yang terlalu dalam, misalnya sampai mencapai dasar endometrium (akreta), jaringan otot (inkreta), atau selaput luar rahim (perkreta)
  • Tekanan darah tinggi dalam kehamilan
  • Riwayat kuret dan caesar
  • Usia lanjut dan kehamilan kembar 
  • Riwayat infeksi rahim
  • Pernah mengalami plasenta lengket di kelahiran sebelumnya

Dari informasi diatas, telah diketahui hal-hal yang bisa menyebabkan plasenta lengket. Dan duduk di lantai tidak termasuk sebagai salah satu penyebabnya. Oleh sebab itu pantangan ibu hamil duduk di lantai adalah MITOS belaka. 

2. Potong Rambut 

Biasanya, ibu hamil akan merasa rambutnya lebih tebal saat usia kehamilan mencapai 15 minggu. Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang meningkat saat kehamilan sehingga mengurangi kerontokan rambut. 

Apalagi jika memang sejak awal kondisi rambut ibu hamil sedang panjang. Maka hal tersebut tak jarang membuat ibu hamil kegerahan dan ingin memotong rambutnya. 

Namun adanya pantangan potong rambut membuat ibu hamil takut dan khawatir jika bersikeras memotong rambut akan membahayakan bayinya. 

Memotong rambut saat hamil dianggap bisa menghilangkan kekuatan dalam hidup dan mengurangi umur di dunia. Khususnya pada ibu hamil bisa menyebabkan keguguran, komplikasi kehamilan, hingga matinya janin di dalam rahim. Lalu benarkah hal tersebut?

Dalam medis, potong rambut saat hamil tidak dilarang. Terkadang, perubahan hormon yang terjadi saat wanita hamil akan membuat rambut terlihat seperti kusam dan rapuh. 

Tidak heran banyak wanita yang ingin potong rambut saat hamil, untuk menjaga kecantikan rambutnya.Selain itu, potong rambut juga bisa membuat rambut bumil terlihat lebih indah, karena mampu menghilangkan bagian rambut yang kusam dan rapuh tadi.

Jadi perlu dipahami bahwa potong rambut saat hamil tidak membahayakan kesehatan bayi yang ada di dalam rahim. 

Jika Anda tidak tahan dengan kondisi rambut yang panjang, rapuh dan kusam tersebut, Anda sangat diperbolehkan untuk memotongnya. Sehingga bisa disimpulkan pantangan ini adalah MITOS semata. 

3. Rontgen Gigi 

Beberapa dari Anda mungkin membutuhkan rontgen saat hamil, entah itu rontgen untuk gigi, tulang pada tangan, kaki, badan, dan lainnya. Namun, terkadang ada kekhawatiran karena adanya informasi yang berseliweran mengenai bahaya rontgen saat hamil. Lalu benarkah hal tersebut?

Menurut American Academy of Family Physicians, rontgen saat hamil biasanya aman dilakukan dan tidak meningkatkan risiko keguguran, cacat lahir, atau masalah perkembangan bayi lainnya. 

Namun, paparan radiasi dari rontgen yang berkali-kali memungkinkan bisa merusak sel-sel tubuh bayi serta meningkatkan risiko kanker. Sehingga, disarankan untuk tidak terlalu sering melakukan rontgen saat hamil dan pastikan radiasi rontgen rendah. 

Sebab semakin tinggi radiasi yang dihasilkan rontgen, maka akan semakin besar risiko yang diterima oleh bayi Anda.

Namun, sebagian besar rontgen pada umumnya tidak menyebabkan masalah pada bayi Anda seperti halnya rontgen gigi, yang hanya mempunyai kekuatan sinar X sebesar 0,01 milirad.(Rad merupakan unit yang menunjukkan berapa banyak radiasi dapat diserap oleh tubuh).

Selain itu Anda juga harus mempertimbangkan apakah paparan radiasi dari rontgen mengenai rahim Anda atau tidak. Rontgen yang dilakukan pada lengan, kaki, atau dada tidak terpapar ke rahim dan organ reproduksi Anda, sehingga lebih aman dilakukan. 

Namun, rontgen pada perut, panggul, dan punggung dapat memperbesar peluang paparan radiasi pada rahim, sehingga ini harus dihindari karena berpotensi membahayakan janin. 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa pantangan ini adalah FAKTA, namun potensi bahaya dari rontgen gigi sangat kecil. Jika rontgen gigi sangat dibutuhkan, pastikan Anda menggunakan pelindung perut dengan 2 apron x-ray untuk mencegah radiasi mengenai janin Anda. Jika rontgen gigi tidak mendesak, lebih baik lakukan setelah kelahiran.

4. Melilitkan Handuk 

Selain itu ada juga pantangan mengalungkan atau melilitkan handuk, headset, atau benda lainnya di leher hal ini menjaga agar bayi tidak terlilit tali pusar. Lalu benarkah hal tersebut? 

Terlilit tali pusar merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi saat persalinan. 

Tali pusar terhubung dari pusar di perut janin hingga ke plasenta. Selama di dalam kandungan, tali pusar menjadi penghubung antara janin dengan ibu yang berfungsi untuk membawa pasokan oksigen dan nutrisi dari plasenta ke aliran darah bayi. 

Selain itu berfungsi untuk membawa darah kotor dari tubuh bayi kembali ke plasenta.

Lilitan tali pusar terjadi ketika tali pusar melilit leher janin hingga 360 derajat. Penyebab utamanya adalah karena janin terlalu aktif bergerak atau ukuran bayi yang semakin besar. 

Oleh karena itu, lilitan tali pusar biasanya terjadi pada usia kehamilan yang lebih tua.

Selain itu, ada faktor lain yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kondisi tersebut yakni kehamilan kembar, cairan ketuban yang berlebihan, tali pusar yang terlalu panjang, atau kondisi tali pusar yang kurang baik.

Dari uraian penyebab tersebut, nyatanya tidak ada mengalungkan atau melilitkan handuk, sehingga bisa disimpulkan pantangan ini hanyalah MITOS

Sehingga ibu hamil bisa leluasa mau mengalungkan atau melilitkan handuk untuk kenyamanan dalam beraktivitas. 

5. Tidur Telentang 

Setiap orang pasti memiliki posisi tidur favorit, begitu pula dengan ibu hamil. Terkadang ada dilema juga, karena ibu hamil suka posisi tidur terlentang namun mengetahui ternyata ada pantangan tidak boleh tidur terlentang. Lalu benarkah hal tersebut?

Sebuah penelitian terbaru menyebut, tidur telentang berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya. Penelitian itu telah dipublikasikan akhir tahun 2017 oleh British Journal of Obstetrics and Gynecology dan melibatkan lebih dari 1000 ibu hamil di Inggris.

Peneliti mewawancarai 291 perempuan melahirkan bayi mati dan 733 perempuan yang melahirkan bayi hidup. Hasilnya, setelah kehamilan 28 minggu, ditemukan bahwa ibu hamil yang tidur telentang dengan bersandar pada punggungnya berpotensi 2,3 kali melahirkan bayi mati dibandingkan ibu hami yang tidur miring.

Apalagi jika ibu hamil sering mondar-mandir ke kamar mandi pada tengah malam, posisi tidur miring memudahkan ibu untuk bangun dan berdiri, sehingga mengurangi risiko kematian bayi. 

Sebab jika ibu hamil tidur telentang dan kebelet buang air kecil, kemudian bangun secara tiba-tiba pada posisi ini akan sangat membahayakan janin.

Selain itu, menurut penjelasan seorang bidan staf di Massachusetts General Hospital Boston, Amelia Henning, CNM bahwa saat kehamilan trimester dua, rahim juga sudah cukup besar jadi posisi tidur terlentang bisa menghambat aliran darah menuju janin.

Tidur terlentang juga menyebabkan pembuluh darah aorta sempit, sehingga menghalangi pasokan darah utama ke tubuh dan plasenta. Dampaknya bisa menurunkan kembalinya aliran darah ke jantung, dan menyebabkan sesak nafas.

Namun ibu hamil tidak perlu khawatir jika terbangun dalam kondisi terlentang, sebab pada saat tidur tubuh kita menyesuaikan diri dengan posisi yang nyaman, sehingga ibu tidak akan lama tertidur dalam posisi telentang. 

Kuncinya adalah saat sebelum tidur sudah memosisikan tidur miring. Jika tersadar sedang telentang, ibu hamil perlu mengondisikan seperti posisi tidur awal. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pantangan ini adalah FAKTA. 

SHARE ARTIKEL