Kisah Pilu Tenaga Medis, Dianggap Pembawa Virus Hingga Diusir dari Kos

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 26 Mar 2020

Kisah Pilu Tenaga Medis, Dianggap Pembawa Virus Hingga Diusir dari Kos

Ilustrasi tenaga medis - Image from star.grid.id

Malang nian nasib para tenaga medis.

Bertaruh menyelamatkan banyak nyawa dengan mengorbankan kerinduan pada keluarga, waktu istirahat, hingga jiwa dan raga. Namun masih saja ada yang memperlakukan pahlawan kemanusiaan itu dengan sinis. 

Mulai dari dianggap pembawa virus hingga diusir dari tempat kosnya. Sungguh tidak berperikemanusiaan.

Tenaga medis seperti dokter, perawat dan staf-staf lainnya di rumah sakit sering disebut sebagai pahlawan kemanusiaan.

Karena mereka rela mengorbankan kenyamanan dan segala hal yang dipunya untuk keselamatan banyak jiwa. 

Apalagi mereka juga disebut-sebut sebagai garda terdepan dalam peperangan melawan virus corona. 

Jasanya yang begitu besar dan penting, namun nyatanya tidak sepenuhnya mendapatkan balasan yang setimpal. 

Meski akhir-akhir ini banyak yang bersimpati dengan memberikan dukungan, doa, serta bantuan berupa APD (Alat Perlindungan Diri), masih ada saja orang-orang yang sinis dan memberikan perlakuan diskriminatif pada tenaga medis. 

Baca juga : Virus Corona Belum Usai, Muncul Lagi Hantavirus yang Lebih Mematikan

Diantaranya adalah memberikan stigma negatif 'pembawa virus' bahkan hingga tega mengusir mereka dari tempat kos.

Tenaga Medis Dianggap Pembawa Virus 

Para tenaga medis rupanya mendapatkan stigma negatif, terutama dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. 

Kisah tersebut ramai menjadi perbincangan di media sosial. Informasi itu didapatkan dari salah satu unggahan Sofie Syarief dalam akun Twitter pribadinya, @sofiesyarief.

"Tadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Pak Harif Fadhillah bilang perawat (dan sejumlah dokter) mulai jadi sasaran stigmatisasi warga. Beberapa cerita masuk soal upaya pengusiran oleh tetangga karena dianggap jadi pembawa virus. Bahkan anak-anaknya jadi sasaran," bunyi cuitan dalam unggahan tersebut.

Unggahan @sofiesyarief pun menuai komentar beragam dari netizen. 

Ada sejumlah netizen yang berprofesi sebagai perawat dan dokter yang turut menceritakan pengalamannya ketika mendapat stigma negatif dari lingkungannya.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih, angkat bicara dan menanggapi hal tersebut. 

Ia membenarkan informasi adanya dokter yang mendapatkan stigma negatif masyarakat karena merawat pasien terinfeksi covid-19. 

"Iya saya dapat laporan seperti itu (tenaga medis mendapat stigma negatif dari masyarakat), rupanya masyarakat takut petugas kesehatan tertular," kata Daeng pada Selasa (24/3/2020). 

Daeng meminta masyarakat tak perlu khawatir tertular virus Corona karena tenaga medis sudah dilengkapi alat pelindung diri (APD) seperti baju pelindung, masker, sarung tangan dan lainnya, selama merawat pasien covid-19.

Baca juga: Perawat ini Bunuh Diri Karena Khawatir Tularkan Virus Corona ke Orang Lain

Menurut Daeng, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan tenaga medis untuk meyakinkan masyarakat mengenai SOP keselamatan dan keamanan dokter atau perawat selama merawat pasien covid-19. 

"Pemerintah harus meyakinkan masyarakat bahwa petugas kesehatan sudah dilindungi APD dengan benar dan berstandar sehingga masyarakat tidak was-was," ungkap Daeng.

Tenaga Medis Diusir dari Kos 

Selain menuai berbagai stigma negatif, para staf medis, termasuk perawat dan dokter RSUP Persahabatan bahkan sempat mendapat perlakuan diskriminatif dari masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. 

Yakni, mereka pernah diusir tetangga di sebuah indekos dekat Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur. 

Dari tenaga medis yang diusir tersebut, ada yang memilih menginap sementara waktu di rumah sakit karena tak punya tempat pulang. 

Namun, mereka yang mendapat perlakuan diskriminatif saat ini bisa bernapas lega. 

Selepas tiga hari menginap di rumah sakit, mereka kini mendapatkan tempat baru.

Kini, Tenaga Medis Dapat Tunjangan untuk Tempat Tinggal 

"Memang saat itu ada yang diminta keluar dari kost-nya. Pagi ini saya sudah dapat informasi valid bahwa mereka sudah dicarikan tempat oleh direktur rumah sakit," jelas Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah, Rabu (25/3/2020).

"Karena mereka 3 hari sudah menginap di rumah sakit," ia menambahkan. Di samping itu, Harif menyampaikan bahwa RSUP Persahabatan turut memfasilitasi mereka dengan tunjangan akomodasi di tempat tinggal barunya. 

"Pagi ini sudah dapat informasi, selama masa wabah ini ada pula fasilitas antar-jemput untuk mereka," kata dia. 

Harif juga sudah memastikan bahwa kejadian pengusiran itu hanya terjadi pada sejumlah perawat dan dokter yang sebelumnya tinggal di sekitar rumah sakit. 

Harif menyampaikan dirinya tidak mendapatkan laporan ada peristiwa sejenis bagi perawat dan dokter dari rumah sakit lain yang juga turut menangani pasien Covid-19. 

"Hanya (perawat dan dokter) di rumah sakit satu itu saja, Rumah Sakit Persahabatan. Saya kira ini hanya penyimpangan saja, kecil," tutup Harif.

SHARE ARTIKEL