Alasan Kakek di Purbalingga yang Disunat di Usia 75 Tahun

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 10 Feb 2020

Alasan Kakek di Purbalingga yang Disunat di Usia 75 Tahun

Kisah Pria Disunat di Usia 75 Tahun, Sang Istri Menenangkan: Paling Cuma Sakit Sehari Dua Hari - Image from style.tribunnews.com

Awalnya takut, tapi istri menenangkan "Paling sakit cuma satu dua hari saja"

Jarang sekali terjadi, sudah menginjak usia kepala tujuh pria di Purbalingga ini baru saja melaksanakan pengalaman disunat di usia yang sudah kakek-kakek. Ada alasan mengapa pria tersebut baru disunat di usianya yang menginjak angka 75 tahun.

Heri Susanto alias Acun, baru merasakan pengalaman disunat atau khitan di usianya yang sudah menginjak angka 75 tahun.

Rabu 5 Februari 2020, Acun yang merupakan warga Dusun Batur, Desa Krangean, Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga itu memantapkan hati untuk disunat setelah menjadi mualaf.

Ia dikhitan di Klinik Kasih Medika Kecamatan Kertanegara. Wajah sang kakek terlihat sumringah setelah menjalani khitan selama kurang lebih 30 menit.

Acun tidak sendiri, ia ditemani istri beserta anak dan keluarganya saat datang ke klinik Kasih Medika itu.

Sebelum disunat, Acun melakukan prosesi membaca dua kalimat Syahadat yang disaksikan oleh pemilik klinik dan kiai setempat.

Meski usianya tak lagi muda, Acun mengaku tidak takut. Dirinya sudah berniat dikhitan karena ingin memeluk Agama Islam mengikuti keyakinan istri keduanya.

"Saya tidak takut disunat karena saya sudah niat masuk Agama Islam," kata Acun. Sebelum masuk Agama Islam, Acun belum kepikiran untuk khitan meski usianya sudah 74 tahun.

Acun mengaku memiliki tiga anak dan sembilan cucu dari istri pertamanya. Sedangkan dari istri kedua, baru memiliki satu anak.

"Saya asli dari Medan dan usia sudah 75 tahun," tuturnya.

Heri Susanto dan Misyati (40) sudah 11 tahun menikah dan hidup bersama.

Karena lama tinggal dengan Misyati, seorang muslimah, sang suami ingin mengikuti agama istrinya.

"Saya selalu memberi arahan agar menjadi orang yang lebih baik," kata Misyati saat mendampingi suaminya.

Baca Juga:

Acun dulu tinggal di Jakarta, kemudian pindah ke Purbalingga.

Dengan istri pertama, ia sudah lama bercerai.

Misyati menyarankan jika suaminya akan masuk Islam, maka harus disunat terlebih dahulu.

Namun ketika diminta untuk sunat, sang suami takut.

Keinginan Acun untuk memeluk Islam atas kemauan dia sendiri.

Namun istrinya sering mengingatkan, untuk menjadi muslim maka suaminya harus khitan.

Ternyata Acun menunda-nunda untuk menjalani khitan karena takut.

"Dulu pernah disuruh khitan bilangnya nanti-nanti. Dia kelihatannya takut."

"Saya bilang saja ke suami sakitnya paling sehari dua hari saja," terang Misyati.

Niatan suami, kata dia, tidak menjadi bahan perbincangan tetangga.

Justru, suaminya mendapat dukungan dari para tetangganya.

"Tetangga malah senang, malah kasih dukungan," ungkapnya.

Ia mengaku mengadakan syukuran kecil-kecilan setelah suaminya disunat.

Syukuran diadakan bersama keluarganya.

"Besok akan mengadakan syukuran kecil-kecilan. Ya bersama keluarga," terangnya.

Suardi, pemilik klinik Kasih Medika, mengaku bukan pertama kalinya mendapatkan pasien disunat di usia dewasa.

Kliniknya telah dua kali mendapatkan pasien dewasa hendak melakukan sunat.

"Pasien pertama orang Sumbawa yang menikah dengan warga Purbalingga."

"Kemudian orang Jepang bekerja dengan orang Desa Kramat yang minta disunatkan di sini (kliniknya), dan Pak Heri ini yang ketiga," beber Suardi.

Menurutnya, secara umum tidak ada perbedaan signifikan mengkhitan anak-anak maupun dewasa.

Yang membedakan khitan orang dewasa adalah pengecekan gula darah dan tekanan darah.

"Sebelum pemeriksaan dilakukan wawancara dulu terkait alergi obat maupun penyakit kronis."

"Untuk membedakan lagi ya cara pengerjaannya saja," jelasnya.

SHARE ARTIKEL