Ciri ciri Anak Autis dan Penanganannya

Penulis Putri Alh | Ditayangkan 29 May 2019

Ciri ciri Anak Autis dan Penanganannya

ciri ciri anak autis images unsplash.com / michael parzuchowski 

Mengenali ciri ciri anak autis serta penanganannya.

Apa sih sebenarnya autis itu? Apa penyebab autis? dan Bagaimana cara penanganannya? Mari simak artikel berikut ini.

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. 

ASD tak hanya mencakup autisme, tapi juga melingkupi sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).

Autisme merupakan kumpulan kelainan yang beragam dari segi penyebab dan manifestasi klinisnya. 

Dengan diagnosis berdasarkan manifestasi perilaku yang kompleks 

(gangguan bersosialisasi, gangguan berkomunikasi, serta perilaku yang terbatas berulang dan stereotipe). 

Untuk mendiagnosis autisme tidaklah mudah karena tidak ada pemeriksaan penunjang seperti darah untuk membantu diagnosis autisme.

Diagnosis autisme sendiri dibuat berdasarkan observasi terhadap perilaku dan tumbuh kembang anak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, diperkirakan ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010.

Jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,5 juta jiwa, berarti ada sekitar satu penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir.

Anak dengan autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. 

Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk mengekspresikan diri baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan. 

Selain itu, anak dengan autisme juga cenderung melakukan hal yang diulang-ulang dan memiliki ketertarikan yang sempit dan obsesif.

Sudah menjadi kewajiban setiap orangtua untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak. 

Untuk itu ada baiknya, bila Anda mengenali ciri-ciri anak autis yang pada umumnya terjadi. 

Sehingga apabila anak Anda memiliki gejala autis, Anda tetap bisa memaksimalkan pertumbuhannya.

Seberapa Umumkah Autisme?

Autisme menjadi lebih sering terjadi, dilihat dari bertambah banyaknya anak yang terdiagnosis. 

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), studi melaporkan prevalensi autisme di dunia sebanyak 1%. 

Ini artinya, 1 dari 100 anak menderita autisme. 

Autisme adalah penyakit yang lebih sering terjadi laki-laki dibanding wanita.

Laki-laki lebih 5 kali lebih mungkin terkena autisme daripada wanita.

Penyebab Anak Autis 

Sebagian besar terjadi karena faktor keturunan. 

Selain itu, faktor lainnya seperti stress, diet, infeksi, usia ibu, dan obat-obatan saat kehamilan juga dapat mempengaruhi anak. 

Gejala autisme mulai berkembang saat si Kecil berusia di bawah 3 tahun.

Vaksin MMR diberikan pertama pada usia 1-2 tahun, sehingga sebagian besar orang tua mengaitkan vaksin ini merupakan penyebab autisme yang dialami si Kecil. 

Ibu biasanya memperhatikan kalau si Kecil belum mulai bicara atau tidak melakukan kontak dengan lingkungan sekitar seperti anak seusianya. 

Bisa juga penderita autisme mulai bicara di usia seharusnya, namun kemudian kehilangan kemampuan bicaranya.

Studi menyatakan bahwa autisme dapat merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan otak normal di awal. 

Gangguan ini dapat merupakan hasil defek gen yang mengontrol perkembangan otak dan pengaturan bagaimana sel otak berhubungan satu sama lain. 

Autisme lebih sering terjadi pada anak yang lahir prematur.

Faktor lingkungan juga berperan dalam fungsi dan perkembangan gen, namun faktor lingkungan tersebut belum diketahui secara spesifik.

Kenali Ciri-Ciri Anak Autisme Sejak Dini

Tingkat keparahan autisme bervariasi dan terkadang gejala awal tidak dikenali. 

Padahal, diagnosa sedini mungkin akan sangat membantu penanganannya. 

Beberapa petunjuk awal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut adalah

1. Gejala autisme pada anak usia kurang dari 12 Bulan 

Belum mulai mengoceh (walaupun belum berupa kata dan tidak dapat dimengerti) pada usia 1 tahun.

Belum melakukan gerakan tangan seperti menunjuk, melambai, atau menggenggam pada usia 1 tahun.

Tidak bisa mengucapkan satu kata (misal: mama, papa) pada usia 16 bulan atau frase 2 kata (misal: mimik susu, bobo dulu) pada usia 2 tahun.

Tidak merespons panggilan nama.

Menghindari kontak mata.

Kecenderungan berlebihan menyusun mainan atau benda dalam garis lurus.

Si Kecil tidak menunjuk bila ingin sesuatu atau tidak menarik tangan orang lain untuk keinginannya.

Kehilangan kemampuan bicara atau interaksi sosial yang sebelumnya dimiliki pada usia berapapun.

2. Gejala autisme pada anak usia 12 sampai 24 bulan

Tidak dapat menggunakan peralatan sehari-hari seperti sikat gigi, sisir atau mainan.

Tidak mengeluarkan kata-kata untuk mulai berbicara. 

Pada usia 16 bulan, biasa nya anak dapat mulai berbicara satu kata dan pada usia 24 bulan, anak dapat berbicara dua kata.

Tidak mampu untuk mengikuti perintah.

3. Gejala autisme pada anak usia 2 tahun ke atas

Menghindari kontak mata.

Kemampuan berbahasa yang terlambat. Anak sulit untuk memberi tahu apa yang ia butuhkan. Beberapa anak bahkan tidak mampu berbicara sama sekali.

Memiliki pola berbicara yang aneh. Intonasi berbicara anak tidak sesuai atau terdengar datar. Anak sering mengulang kata yang sama.

Tidak memiliki ketertarikan untuk bermain dengan orang lain.

Tidak bisa meniru bentuk suatu benda misalnya menggambar bentuk bola.

Mengalami masalah dalam tingkah laku. Anak menjadi hiperaktif, impulsif atau agresif.

Faktor-faktor Risiko

Apa yang meningkatkan risiko autisme?

Beberapa hal yang bisa meningkatkan faktor risiko seseorang mengalami autisme adalah:

1. Jenis kelamin

Autisme terjadi 5 kali lebih sering pada laki-laki dibanding wanita.

2. Riwayat keluarga

Keluarga yang memiliki anak autis mungkin akan memiliki anak autis lain.

3. Penyakit lain

Autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu, seperti sindrom fragile X atau sclerosis tuberous.

4. Bayi prematur

Autisme lebih tering terjadi pada bayi prematur. Biasanya bayi lebih berisiko jika lahir sebelum 26 minggu

5. Usia orangtua

Peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia orangtua dengan anak autisme. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.

Penanganan

1. Terapi perilaku

Tujuan terapi ini untuk mengoptimalkan kemampuan anak dalam berkomunikasi supaya lebih berkembang. 

Terapi ini dilakukan oleh ahlinya namun bukan berarti saat dirumah orangtua tidak perlu melakukan apa-apa. 

Orangtua harus menerapkan terapi dirumah sesuai dengan anjuran dokter/psikolog.

2. Terapi keluarga

Penanganan anak autis ialah dengan menjalani terapi bagi keluarga. 

Orangtua, saudara dan orang-orang terdekat juga harus menjalani terapi untuk mempelajari bagaimana cara berkomunikasi dengan anak penderita autisme. 

Kita tidak bisa memaksakan anak autis untuk melakukan seperti apa yang kita mau. 

Maka, penting untuk mempelajari cara berinteraksi dengan anak autis untuk bisa berkomunikasi secara efektif. 

Ini akan bermanfaat tidak hanya bagi orangtua atau orang terdekat saja tapi juga untuk anak itu sendiri.

Baca Juga :

3. Memantau kondisi perkembangan anak secara rutin

Rutin memeriksakan anak ke dokter juga bisa membantu memantau kondisi anak yang sebenarnya. 

Dokter juga bisa memberikan arahan mengenai penanganan yang harus dilakukan sesuai kondisi. 

Termasuk, jika pada kondisi tertentu misalnya anak membutuhkan terapi obat-obatan. 

Maka dokter akan memutuskan penanganan seperti apa yang terbaik untuk dilakukan.

Autisme memang tidak bisa disembuhkan namun anak penyandang autisme bisa ditangani dengan penanganan yang tepat khususnya dari orangtua dan dokter. 

Obat & Pengobatan

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk autisme?

Tidak ada yang bisa menyembuhkan autisme. 

Meski begitu, peneliti menunjukkan bahwa terapi intervensi dini dapat memperbaiki perkembangan anak. 

Terapi intervensi yang bisa dilakukan sebagai pengobatan autisme adalah:

1. Terapi bicara dan bahasa

Metode untuk memperbaiki perkembangan komunikasi pada anak autis, melalui latihan bicara dan dukungan interaktif audio-visual.

2. Terapi okupasional 

Terapi yang membantu anak berkembang dan meningkatkan kemampuan untuk hidup dan bekerja normal setiap hari.

3. Terapi fisik

Terapi yang meningkatkan perkembangan fisik dengan metode fisik seperti pijat dan latihan.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk autisme

Diagnosis autisme dilakukan melalui 2 langkah proses, yaitu:

1. Langkah pertama melibatkan skrining perkembangan umum selama anak periksa dengan dokter anak saat masa kanak-kanak. 

Anak yang menunjukan beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.

2. Langkah kedua melibatkan evaluasi dari tim dokter dan dokter spesialis lain. 

Pada tahap ini, anak dapat didiagnosis menderita autisme atau gangguan perkembangan lain.

Pengobatan di Rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi autisme?

Beberapa gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda menangani anak autisme adalah:

  • Lakukan rutinitas teratur di rumah Anda untuk membantu mengurangi perilaku yang diulang-ulang.
  • Selalu libatkan anak Anda dalam program terapi yang diadakan tim dokter dan konselor.
  • Carilah layanan dukungan dan kelompok dukungan lokal untuk oran tua atau anak autis.
  • Ikuti instruksi dokter setelah terapi.

Demikian artikel tentang mengenali ciri-ciri anak autis serta penanganannya. Semoga bermanfaat.

SHARE ARTIKEL