Lebih Mudah dan Praktis, Begini Para Petani Modern Dalam Mengolah Sawahnya
Penulis Anisa Nurfadila | Ditayangkan 16 Dec 2018petani modern via oknusantara.com
Petani modern membajak sawah dengan mesin ini. Berikut adalah cara petani modern yang sukses.
Anda akan tahu bagaimana menjadi petani modern.
Pertanian adalah bidang yang sangat krusial.
Sayangnya, menjadi petani bukanlah salah satu jawaban yang akan dikatakan oleh anak SD sekarang saat ditanya kalau sudah besar mau jadi apa.
Padahal tanpa petani dan pertanian, kita bisa makan apa?
Padahal di masa kini, pertanian tidak lagi identik dengan sawah dan ladang yang becek.
Lagi-lagi teknologi berhasil menciptakan bentuk baru dari pertanian, yang disebut dengan indoor farm.
Seperti istilahnya, pertanian di tempat tertutup tidak mengharuskan kamu turun ke sawah yang berlumpur.
Nggak perlu juga berkutat dengan sinar matahari dan kerbau untuk membajak, seperti yang sering digambarkan secara berlebihan di FTV ber-setting desa.
Pertanian yang sering dianggap kuno dan tradisional, kini menjadi sebuah pekerjaan yang begitu modern dan kaya akan sentuhan teknologi.
Pertanian modern mengubah destinasi petani yang dulunya tradisional dan menggunakan alat sederhana menjadi lebih canggih dengan alat alat yang lebih modern dan keren.
Yuk simak selengkaonya tentang petani modern ini.
Definisi Petani Modern
Pertanian modern adalah pola bertandi dengan menggunakan alat-alat cangih dan dengan skala besar.
Pertanian modern harus menggunakan peralatan modern.
Aplikasi pertanian modern yang telah terlaksana seperti pertanian gandum, pertanian padi, pertanian anggur.
Jadi itulah definisi petani modern itu apa. Lalu apa persamaan petani modern dan tradisional ? Berikut kamu jelaskan.
Persamaan Petani Modern dan Tradisional
petani tradisional via bppsdmp.pertanian.go.id
Persamaan petani modern dan tradisional adalah mereka sama sama mengerjakan uatu ladnag/kebun/dll.
Hanya saja teknik dan alat pengerjaannya yang berbeda.
Petani modern lebih unggul dalam segi alat mereka menggunakan alat ynag modern.
Petani modern membajak sawah dengan alat-alat modern seperti traktor, ratovaktor, garu sisir dan yang lainnya.
Setelah mengetahui apa persamaan petani modern dan tradisional yuk mengetahui cara petani modern bercocok tanam.
Bagaimana Menjadi Petani Modern
cara petani modern via hipwee.com
Berikut ini merupakan cara petani modern dalam pertanian. Indoor farming adalah salah satu jenis pertanian vertikal.
- Masih ingat materi tanam hidroponik saat SD? Indoor farming adalah salah satu medianya.
- Alih-alih di ladang yang luas dan becek, indoor farming bisa dilakukan di banyak tempat. Mulai dari basemen apartemen, truk kontainer, di atap rumah, sampai di luar angkasa.
- Model pertanian indoor farming ada macam-macam, mulai dari hidroponik (di atas air), aquaponic (di atas kolam ikan), ataupun aeroponic (di udara)
- Sementara tekniknya mengandalkan teknik controlled-environment agricultural (CEA). Mulai dari suhu, kelembaman, hingga cahaya harus dikontrol dengan ketatnya
- Dengan indoor farm, tak ada istilah gagal panen karena cuaca. Hujan terus-terusan tak masalah, dan climate change yang menyebabkan iklim tak karuan juga bukan ancaman.
- Di negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, dan Singapura, indoor farm sudah menjadi alternatif pertama. Produk yang dihasilkan pun tak kalah hebat dari pertanian biasa.
- Di Singapura, indoor farm menghasilkan 54 ton sayuran setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, meski sudah banyak indoor farm, tapi belum ada yang menjadi industri besar.
- Petani yang selalu dianggap mengandalkan intuisi dan membacai pertanda alam, kini kental sentuhan teknologi. Di Amerika, ada software khusus untuk menjalankan indoor farming.
- Beberapa pakar berpendapat, hasil dari indoor farming ini lebih baik dari pertanian organik. Terutama aquaponic, yang tidak bisa memakai bahan kimia tambahan kalau tak mau ikan di bawahnya mati
- Meski tidak perlu punya sawah ataupun pengairan, biaya untuk indoor farm ini sangatlah besar. Seperti indoor farming di Oakland, perbulannya listrik memakan biaya US$4000
- Selain itu, indoor farm juga dinilai menghasilkan lebih banyak gas CO2 daripada pertanian di sawah. Karena inilah, hingga sekarang indoor farm masih dalam perdebatan.
- Sisi negatif lainnya, indoor farm memberi kesempatan untuk penanaman diam-diam tumbuhan terlarang. Seperti beberapa kebun ganja di California.
- Populasi dunia diperkirakan mencapai 8,5 milyar per tahun 2030. Semakin banyak orang perlu makanan, semakin urgen pula soal pertanian.
- Menilik semakin banyaknya gedung bermunculan, bukan mustahil puluhan tahun ke depan kita tak punya lahan lagi. Kalau sudah begini, indoor farm jadi satu-satunya solusi
Petani modern yang sukses
Berikut ini merupakan petanimodern yang sukses dengan sukaponik.
Pembangunan industri yang tidak bisa dibendung membuat lahan pertanian menyusut.
Ini yang jadi alasan bagi Fariz Nugraha (26) warga Desa Sukamantri, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi ini mulai menekuni bidang pertanian modern melalui media tanam hidroponik.
"Investasi di bidang industri terus meningkat, tentu itu sulit untuk dicegah karena menambah pundi-pundi keuntungan yang berputar untuk pemerintah. Tinggal bagaimana saat ini kita mencoba sesuatu yang seperti sepele namun ternyata bernilai keuntungan," kata Fariz Nugraha, petani sayuran hidroponik di kediamannya Jalan Pajajaran No.1 Gg.Mesjid Nurul Huda RT 12 RW 5, Selasa (31/10/2017).
Berawal dari balkon rumahnya, saat ini pria berusia 26 tahun ini telah memiliki dua lokasi tanam hidroponik, lokasi pertama di bekas rumah tua milik keluarganya yang dia sulap menjadi 'Green House' dan kedua di Jalur Lingkar Selatan.
"Bekas rumah itu seizin keluarga saya bongkar ukurannya hanya 7 × 6 meter, dari lahan itu saya bisa menanam 3.000 populasi tanaman. Coba bayangkan berapa luas lahan yang harus disiapkan jika saya pakai sistem konvensional lewat media tanah," lanjutnya.
Dijelaskan Fariz, ada beberapa sistem yang diketahui sebagai proses tanam hidroponik, antara lain NFT (nutrient film teknik) sistem irigasi dengan cara mengalirkan air setipis Film (klise) airnya kurang lebih 3 milimiter.
Kedua, Rakit Apung, yaitu dengan 'Floating Raft' memberikan pelampung pada media tanam yang pengairannya menggenang.
"Dua lainnya yang masih saya kembangkan yaitu irigasi tetes 'Drift Irigation' meneteskan air dalam waktu tertentu kepada media tanam dan DFT (Deep flow Tekhnik) - aliran airnya tebal ini masih saya pelajari bersama Dinas Pertanian," kata pria yang kini sering dimintai untuk jadi pembicara di berbagai kegiatan pertanian tersebut.
Melalui kegiatan 'modern farming' tersebut, Fariz punya tujuan sendiri yaitu menumbuhkan generasi muda yang gemar bertani.
Dia ingin merubah pola pikir dari pertanian yang dianggap negatif, kumuh, kotor, ekonomi rendah, tidak keren menjadi sesuatu yang kekinian lewat hidroponik.
"Semua hal itu bisa kita bantah, tentunya dengan sentuhan teknologi, kreasi dan invosi kita bisa menjadi generasi muda petani harapan bangsa. Mencari penghasilan halal dengan cara kekinian," kelakar Fariz.
Jadi itulah artikel tentang peani modern semoga memberikan kita manfaat san inspirasi!