Pak Kurir Juga Manusia, Nggak Boleh Marah Jika Baca Tulisan Ini!

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 06 Nov 2018

Pak Kurir Juga Manusia, Nggak Boleh Marah Jika Baca Tulisan Ini!
Gambar ilustrasi (facebook.com)

Budayakan membaca ya...

Anda suka belanja online? So jangan berat kalo belanja online ada ongkir ya, berbagi rizki dengan yang lain.

Buat Anda yang kirimannya suka telat, cobalah bersabar dan jangan suka marah-marah seperti orang yang viral kemarin.

Karena seperti inilah suka dan duka bekerja sebagai kurir pengiriman barang, tak seindah yang Anda bayangkan!

Kisah ini dibagikan oleh akun Facebook @sofiyah NU Amoorea Sidoarjo, semoga membuka mata kita semua bahwa menjadi kurir pengiriman barang itu tak semudah yang kita bayangkan.

Apalagi mendapati konsumen yang judes dan suka marah-marah nggak karuan jika barangnya telat datang.

Pak Kurir Juga Manusia

Kami bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

Berangkat pagi dengan keranjang kosong ke kantor pengiriman,bawa barang untuk di kirim sesuai area.

Masih di tambah ambil barang ke rumah customer, lalu kirim barang ke penerima.

Diawali do'a, kami taruh seaman mungkin barang-barang tersebut di keranjang motor, kami pelajari masing-masing rute yang harus kami tempuh.

Beruntung bagi kami ketika paket di terima pemesan langsung, tapi tak jarang setibanya ditempat penerima rumah kosong. Kami kontak penerima lagi ada acara keluar kota, terpaksa kami bawa barang kembali.

Mau kondisi hujan,panas harus kami jalani.

Terkadang sampai malam hujan,petir juga kami harus kirim hari itu juga. Jika tidak barang di gudang akan semakin menumpuk.

Resiko lagi jika kami sampai di tegur atasan,belum lagi resiko di begal di area yang rawan.

Seperti jum'at lalu,saat kawan kami harus kirim barang ke area kabupaten yang jalannya masih tanah, berbatu menanjak bingung cari alamat karena masih pedesaan. Di tunjukkan orang ternyata kawanan begal....motor dan beberapa barang paketan customer melayang....masih untung kawan saya hanya terkena sedikit sabetan parang di tangan.

Lalu bagaimana jika kemungkinan terburuk yang terjadi, apakah customer yang marah-marah itu kah yang akan menanggung kebutuhan istri dan anaknya?

Perusahaan tempat kami bekerjakah yang akan menggantikan kasih sayang seorang ayah kepada anak teman saya itu?

Karena itulah...

Mohon hargai sedikit usaha kami ini.

Walaupun pekerjaan kami ini di bilang kerja kasaran, tapi setidaknya kami mencari rezeki halal untuk keluarga.

Kami tidak mengemis, tidak menipu...

Kami bekerja sekuat tenaga... Apakah masih kurang rasa bersyukur kita?

Sumber:

SHARE ARTIKEL