Naudzubillah... Ini 3 Golongan Orang yang Amal Ibadahnya Tak Diterima Allah Swt

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 27 Nov 2018
Naudzubillah... Ini 3 Golongan Orang yang Amal Ibadahnya Tak Diterima Allah Swt
Gambar ilustrasi dilansir dari itsallaboutlife2018.com
Wallahu A'lam...

Namun dalam hadist dikatakan, ada 3 golongan orang yang Allah SWT tidak terima amal ibadahnya. Baik yang wajib maupun yang sunnah.

Berikut ketiga golongan orang tersebut...

Tiga golongan orang yang tidak diterima ibadahnya oleh Allah SWT.

ثلاثة لا يقبل اللّٰه منهم صئرفا ولا عدلا : عاق ،ومنان ومكذب بالقدر

Nabi saw bersabda, “Tiga golongan yang Allah tidak terima amal ibadahnya, yang wajib dan yang sunnah: anak yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang mengungkit ungkit pemberiannya dan orang yang mendustakan taqdir.” (Hadist Hasan Riwayat Thabrani)

Meski tingkatan hadits diatas adalah hasan, namun kita harus bisa mengambil hikmahnya.

1. Anak yang durhaka kepada orang tua

Dilansir dari Rumaysho.com, Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,

Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)

2. Mengungkit-ungkit pemberian

Sebaik baik pemberian adalah yang paling ikhlas, biarlah pemberianmu berada dalam catatan Allah, usah lagi kau menyebut nyebutnya dan kecewa karena kebaikanmu tidak berbalas kebajikan.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264)

Jika engkau memberi sesuatu, maka niatkanlah ikhlas karena Allah, bila itu adalah sedekah. Jika itu hadiah, niatkanlah sebagai bentuk pendekatan diri antara engkau dan orang yang diberi.

3. Mendustakan taqdir

Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu.

Satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim adalah beriman kepada takdir baik maupun buruk.

Mendustakan takdir merupakan dosa yang besar, karena sama saja tak mempercayai Allah SWT.

Allah Swt berfirman:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21)

Jika seseorang telah mencurahkan seluruh usaha untuk melakukan suatu amalan, namun hasil yang diperoleh tidak sesuai keinginan, maka pada saat ini hendaklah ia menyandarkan segala urusannya pada Allah karena hanya Dia-lah yang menakdirkan segalanya.

Percaya kepada taqdir bukan berarti tidak usaha, karena Allah menakdirkan sesuatu berikut dengan sebab sebab dan usaha yang kita ciptakan.

Demikian, Wallahu A'lam.
SHARE ARTIKEL