Jangan Menertawakan Orang Kentut, Rasulullah Sampai Menyebut Seperti ini

Penulis Alif Hamdan | Ditayangkan 15 Nov 2018

Jangan Menertawakan Orang Kentut, Rasulullah Sampai Menyebut Seperti iniRasulullah melarang menertawakan orang yang kentut (sumber via ciricara.com)

Kentut sudah hal yang wajar bagi setiap orang, karena semua pasti mengalaminya.

Namun beda lagi kalau yang menertawakan orang kentut, sampai Rasulullah pun menyebutnya seperti ini...

Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah. Beliau menceritakan tentang kisah unta Nabi Sholeh yang disembelih kaumnya yang membangkang. Beliau menafsirkan firman Allah di surat as-Syams.

Kemudian beliau menasihati agar bersikap lembut dengan wanita, dan tidak boleh memukulnya. Kemudian beliau menasihati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.

“Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR. Bukhari 4942 dan Muslim 2855).

Baca Juga :


Ternyata menertawakan orang yang kentut merupakan tindakan jahiliyah. Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan, bahwa ketika zaman Jahiliyah, jika dalam suatu majelis ada yang kentut, maka mereka beramai-ramai menertawakannya. Namun kemudian Rasulullah melarangnya.

Seperti yang dilansir oleh inspirasidata.com, Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan : Umumnya orang akan menertawakan dan terheran dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi pada dirinya. Sementara sesuatu yang juga dialami dirinya, tidak selayaknya dia menertawakannya. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang menertawakan kentut. Karena kentut juga mereka alami. Dan semacam ini (menertawakan kentut) termasuk adat banyak masyarakat. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah : Ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya. Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120)
SHARE ARTIKEL