5 Fakta Dibalik Merpati Airlines, Kembali Mengudara di 2019 Setelah Ngangkrak 4 Tahun

Penulis Alif Hamdan | Ditayangkan 14 Nov 2018

5 Fakta Dibalik Merpati Airlines, Kembali Mengudara di 2019 Setelah Ngangkrak 4 Tahun
Maskapai merpati airlines kembali mengudara di tahun 2019 (sumber via merdeka.com)

Ngangkrak lama 4 tahun, akhirnya Merpati Airlines kembali mengudara.

Jika mengulas penyebab utama maskapai ini dulu ngangrak, diduga karena biaya bahan bahar.
Namun akhirnya setelah mengevaluasi dan mengalami perbaikan, akhirnya kembali beroprasi.

Berikut 5 fakta maskapai milik BUMN ini kembali beroperasi lagi di 2019...

PT Merpati Nusantara Airline (Persero) merupakan salah satu maskapai penerbangan nasional yang berada di bawah naungan Kementerian BUMN. Meski menjadi salah satu perusahaan pelat merah, Merpati Airlines tidak bisa bersaing dengan maskapai lainnya, sehingga harus berhenti beroperasi sejak 2014 lalu.

Merpati tercatat menghentikan operasi seluruh rute penerbangannya sejak Kamis (30/1/2014). Langkah itu diambil lantaran maskapai itu tidak mampu membeli bahan bakar secara tunai kepada PT Pertamina (Persero).

"Untuk kemarin dan hari ini sudah tidak ada penerbangan karena tidak pasokan avtur. Beli fuel (bahan bakar) di Pertamina bayarnya harus cash (tunai)," ungkap Ketua Umum Forum Pegawai Merpati Sudiryarto di Jakarta, Jumat (31/1/2014) lalu.

Meski sudah menghentikan penerbangannya selama dua hari, Merpati belum resmi ditutup saat itu. Sudiryarto hingga belum mendapat keterangan resmi dari pihak direksi. "Berita resmi belum dengar, yang saya dapat dari teman-teman operasi tidak ada penerbangan, belum ada pernyataan resmi," tutupnya.

Pada 18 September 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa pemulihan maskapai ini membutuhkan biaya Rp 15 triliun untuk menutup pembayaran gaji, berbagai kerugian yang diderita perusahaan dan utang pada sekitar 2.000 pihak.

Dahlan Iskan kala itu mengatakan bahwa rencana untuk menghidupkan kembali maskapai ini sudah menemui jalan buntu karena restrukturisasi aset dan rencana penjualan tidak menguntungkan lagi. Rencana penjualan fasilitas pemeliharaan Merpati di nilai berkisar pada harga Rp 300 juta

Namun demikian, Merpati Airlines berencana kembali mengudara di 2019 mendatang. Maskapai ini mendapat suntikan modal triliunan Rupiah.

Berikut fakta di balik kembali mengudaranya Merpati Airlines:

1. Dapat Suntikan Modal Rp 6,4 Triliun

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akan benar-benar siap kembali mengudara pada 2019. Ini mengingat maskapai yang telah sekian lama mati suri tersebut telah mendapatkan investor.

Intra Asia Corpora menjadi investor yang menyatakan siap dengan suntikan dananya. Intra Asia Corpora adalah investor dalam negeri ini terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia dan PT Cipendawa yang sempat terdaftar di Bursa dengan kode emiten CPDX.

Presiden Direktur Merpati Nusantara Airline, Asep Ekanugraha, menyatakan investor tersebut siap menyuntikkan dana hingga Rp 6,4 triliun demi melihat Merpati Airlines kembali mengudara.

"Kami berkeyakinan dan optimis bakal kembali terbang di tahun depan. Semua persiapan, terutama dana operasional, sudah kami dapatkan komitmennya," kata Asep di Jakarta, Senin (12/11/2018).

Kucuran dana untuk mengoperasikan Merpati, disebutkan tidak sepenuhnya berupa dana segar seutuhnya. Selain itu tidak akan turun sekaligus. Namun, akan turun bertahap sesuai kebutuhan operasional dalam jangka dua tahun.

Dengan ada dana tersebut, Merpati Airlines setidaknya bisa kembali memiliki pesawat dan mulai mengurus izin rute terbang dan investasi operasional lainnya.

Namun demikian, Asep menambahkan, keputusan Merpati terbang kembali itu, akan sangat tergantung dari proses sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dijadwalkan pada Rabu, 14 November 2018.

"Memang, titik krusialnya, yang di putusan pengadilan terkait kasus utang kami yang akan diputuskan pada Rabu 14 November nanti. Ya, tentu saja kami berharap, Merpati diberi kesempatan untuk beroperasi lagi. Jika demikian, maka kami akan tancap gas, melaksanakan langkah strategis operasional, yang telah kami siapkan, " pungkas Asep.

2. Tak Mau Jadi Maskapai LCC

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) siap mengudara kembali pada 2019. Hanya saja, ini sangat tergantung dari proses sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dijadwalkan pada Rabu, 14 November 2018.

Direktur Utama Merpati Airlines, Asep Ekanugraha, mengatakan pihaknya telah memiliki rencana bisnis yang telah diajukan ke pengadilan dan untuk disampaikan ke kurator.

Jika disetujui, maskapai Merpati siap mengudara kembali pada 2019. Dalam rencana bisnisnya, Asep menegaskan dirinya tak akan masuk di pasar yang saat ini sudah banyak maskapai menjalankannya.

"Dalam mengoperasikan MNA tahun depan tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC/low cast carrier)," kata Asep di Jakarta, Senin (12/11/2018).

Asep menjelaskan, Merpati Nusantara Airlines lebih memilih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, pihaknya juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial juga memungkinkan ke luar negeri.

Baca Juga:

3. Bidik 10 Destinasi Wisata

Direktur Merpati Nusantara Airline, Asep Ekanugraha menyebut bahwa pasar penerbangan di Indonesia masih sangat terbuka. Selain adanya destinasi wisata baru, pembangunan infrastruktur bandara, menunjukkan kebutuhan penerbangan meningkat.

Untuk itu, Asep mentargetkan merebut pasar di 10 destinasi wisata baru. Destinasi tersebut yakni Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).

Asep menilai potensi pasar penerbangan Indonesia, tidak cukup dilayani Garuda yang main di kelas atas dan beberapa maskapai swasta. Kehadiran Merpati nantinya akan bisa mengisi slot rute penerbangan ini sehingga tidak hanya didominasi maskapai swasta.

"Potensi pasar yang kami incar sangat besar. Seperti pemerintah membangun bandara itu untuk siapa, jika BUMN sendiri juga tidak memanfaatkan fasilitas tersebut. Ini akan menjadi cekungan potensi investasi baru yang tentu menjadi harapan revenew bagi Merpati," kata Asep.

4. Pakai Pesawat Buatan Rusia

Merdeka.com - Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha, mengatakan jika beroperasi nanti Merpati Airlines tak akan menggunakan pesawat buatan Boeing dan Airbus.

"Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. Tapi pesawat yang kita gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," kata Asep di Jakarta, Senin (12/11/2018).

Saat ini pun struktur organisasi baru PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) juga sudah selesai disusun dan pihak investor swasta menyatakan tidak minta jatah untuk duduk di struktur organisasi.

"Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan," ujar Asep yang dilansir merdeka.com

5. Tak Lagi Jadi BUMN?

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akhirnya menemukan investor yang siap mengucurkan modal untuk kembali terbang. Investor tersebut yaitu Intra Asia Corpora.

Investor dalam negeri ini terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia dan PT Cipendawa Tbk yang sempat terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten CPDX dan siap mengucurkan modal Rp 6,4 triliun untuk Merpati Airlines.

Dengan total kewajiban utang Merpati yang mencapai Rp 10 triliun, dan masuknya Intra Asia Corpora, akankah Merpati tak lagi jadi BUMN? Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha, belum bisa menjelaskan secara detail karena hal tersebut berkaitan dengan perjanjian kedua perusahaan.

"Hanya saja, pihak investor memang mengucurkan dana dengan soft lender, yang artinya pihak investor akan mendapatkan return dari Merpati setelah maskapai ini mapan mengudara," terang Asep di Jakarta, Senin (12/11/2018).

Asep menambahkan, kucuran dana untuk mengoperasikan Merpati Airlines, disebutkan tidak sepenuhnya berupa dana segar seutuhnya. Selain itu juga tidak akan turun sekaligus.

Namun, akan turun bertahap sesuai kebutuhan operasional dalam jangka dua tahun. Dengan adanya dana tersebut, Merpati Airlines setidaknya bisa kembali memiliki pesawat dan mulai mengurus izin rute terbang dan investasi operasional lainnya.

"Memang, titik krusialnya, yang di putusan pengadilan terkait kasus utang kami yang akan diputuskan pada Rabu 14 November nanti. Ya, tentu saja kami berharap, Merpati diberi kesempatan untuk beroperasi lagi. Jika demikian, maka kami akan tancap gas, melaksanakan langkah strategis operasional, yang telah kami siapkan, " ujar Asep.


Namun demikian, Asep menambahkan, keputusan Merpati Airlines terbang kembali itu, akan sangat tergantung dari proses sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dijadwalkan pada Rabu, 14 November 2018.
SHARE ARTIKEL