"Siapapun Menterinya, Presidennya Tetap Bapak"

Penulis Satya Aqila P. | Ditayangkan 20 Oct 2018


Gambar wajibbaca.com

Karena sedang panas-panasnya pilpres 2019 jangan sensi ya yang sedang beda pendapat.

Ini kita bukan sedang kampanye. Kita juga tidak mengharuskan pilih 1 atau 2.

Ini bukan tentang politik. Tetapi ini membahas tentang birokrasi dalam rumah tangga. Tapi yang pasti seru, jadi jangan dilewatkan khususnya buat para suami.

Kenapa suami? Ada deh rahasianya.

Ngomong-ngomong saya mau nanya sama para suami. Selama ini istri kerja apa enggak? Atau cuma Anda yang menjadi tulang punggung keluarga?

Skip, dulu. Bisa dijawab nanti ya!

Bercerita tentang pengalaman penulis sendiri dalam rumah tangga.

Saya sendiri kebetulan isri yang tidak bekerja, jangan salah, saya adalah seorang pengusaha. Tapi jangan bayangin punya pabrik dengan ribuan karyawan, atau kantor mewah yang bisa menggaji karyawannya puluhan juta.

Tapi saya sendiri amat bersyukur, karena saya mengerjakan apa yang menjadi pashion saya. Belum menjadi bos, tapi kini masih merintis usaha konveksi sendiri, paling tidak sudah tidak beli baju lagi, bisa buat baju untuk diri sendiri dengan berbagai model dan modalnya murah.

Cukup asah ketrampilan menjahit.

Kalau ditanya penghasilan bisa dibilang minggu ini ada, minggu depan tidak. Tapi kalau sekedar buat makan kami itu cukuplah.

Lantas bagaimana dengan gaji suami saya?

Ya ini yang menjadi banyak pertanyaan teman saya. Apa kamu masih di beri uang bulanan sama suami?

Jangan salah, suami malah menyerahkan semua gajinya kepada saya. Dan, terheran-heranlah teman-teman saya, apalagi yang suaminya super pelit.

Karena faktanya tak banyak lelaki seperti suami saya, mempercayakan semua uangnya kepada istri mereka.

Entah karena istrinya ga bisa pegang uang, atau suami yang takut ga bisa pegang uang.

Malahan ada yang bilang, ngasih uang istri itu sama kaya asuransi, masuknya mudah, keluarnya susah. Baru bisa keluar kalo terjadi resiko.

Tapi apapun itu lah ya, setiap keluarga punya kebijakan masing masing, setiap negara punya menteri keuangan masing-masing. Yang ngatur perekonomian biar ga oleng.

Kalau dirumah, suami saya yang jadi presiden aja. Semua urusan perekonomian dipercayakan sama saya sebagai menteri keuangan.

Karena suami saya berpendapat saya lebih berkompeten.

Kalo saya semua yang suruh ngurus suami, waduh, udahnya jadi presiden, merangkap menteri keuangan pula. Punya rakyat 3 biji (yang insyaAllah bisa nambah lagi πŸ˜…πŸ˜…), dengan segala kebutuhan dan keluh kesah mereka.

Yang satu minta naikin anggaran untuk pengadaan mainan yang merata di setiap sudut ruangan.

Yang satu minta tunjangan untuk berdandan, sandang yang pantas untuk kunjungan kenegaraan seperti kondangan dan arisan.

Yang satu, belum bisa ngomong, nangis ajaπŸ˜… πŸ˜…. Nah kalo warga negara yang satu ini udah bisa ngomong, saya yakin permintaannya ga jauh beda sama warga negara pertama tadi πŸ˜…πŸ˜….

Kalau suami saya jadi presiden aja udah. Tugasnya cuma menentukan kebijakan kebijakan strategis agar cita cita luhur bangsa ini bisa senantiasa terwujud. Biar saya saja yang multi jabatan segala bidang kementrian.

Kalo perekonomian negara ini carut marut, ya dia tegur saya, kan saya menterinya yang ngatur.

Kalo rakyat butuh pengadaan fasilitas mainan baru karena mainan lama sudah tidak layak pakai, ya dia suruh rakyat mengajukan surat sama menteri keuangan, ya saya ini ibuknya.

Kalo APBN sudah mulai membengkak di akhir bulan, Pak Presiden tinggal terbitkan PERPRES untuk mengurangi impor pangan. Masak sendiri aja dirumah, efisiensi anggaranπŸ˜‚πŸ˜‚.

Negara saya insyaAllah punya cita cita yang sama dengan negara Anda semua.

Ga cuma berdaulat di bidang pangan, tapi juga menjamin kesehatan rakyatnya, pendidikan terbaik untuk generasi penerus bangsa, dan kesejahteraan TKA yang juga menjadi warga negara saya dari pagi hingga senja. Mbah Mis, Pakmin, dan Bulik Mur, yang bekerja penuh ikhlas untuk kestabilan negara, meringankan tugas menteri untuk urusan rumah tangga πŸ˜….

Tentu setiap negara punya kebijakan masing masing, yang intinya sama saja, suatu saat menjadi negara maju dan berdaulat. Dan insyaAllah tidak ada yang menginginkan rakyatnya teriak teriak ganti presiden. Waduh, Naudzubillah iniiiπŸ˜„πŸ˜„, jangan sampaai.

Entah siapa saja yang menjabat menteri keuangan, menteri sosial, menteri luar negeri yang menjaga hubungan baik dengan negara tetangga. Semua punya cita cita yang sama. Yang pasti, presidennya tetap njenengan pak.

Semoga kita semua menjadi presiden yang baik, punya menteri yang baik, dan punya rakyat yang sejahtera. Tercukupi kebutuhan pangan, sandang, papan, serta pendidikannya.

Salam hangat dari seluruh rakyat kami, mengutip tulisan Dwi J. Prasetyo, tapi ini semua sama dengan kondisi negara rumah tangga saya.

Semoga berguna ya...! Buat para suami, enaknya Presidennya tetap bapak, meski menterinya nambah. Wkwkwkw. Kalau saya menteri saya ajukan anggaran yang besar, biar nggak nambah menteri lagi. Tapi takut juga kalau diganti. Wwkwkw.

SHARE ARTIKEL