Sering Terpengaruh Berita Hoax? Makanya Kurangi Bergosip

Penulis Nadiah Ratna | Ditayangkan 10 Oct 2018
Sering Terpengaruh Berita Hoax? Makanya Kurangi Bergosip
berita hoax via medium.com

Diantara banyak macam penyebaran hoax selain dari media sosial, tempat ngerumpi dan bergosip juga jadi sarangnya.

Orang percaya karena itu temannya yang bilang. Katanya, katanya dan katanya. Makanya biar nggak sering terpengaruh biar hoax kurangi bergosip ya...

Perkembangan teknologi dan komunikasi harusnya menjadi batu loncatan bagi masyarakat. Namun, bukannya semakin maju, pengguna Internet justru semakin dibuat resah karena munculnya isu-isu yang ternyata hanya kebohongan belaka (hoax, dibaca hoks).

Hoax berarti berita bohong yang sengaja dibuat untuk menutupi berita sebenarnya, atau cuma buat seru-seruan, bahkan buat kepentingan tertentu.

Yang menarik, berita hoax ini selalu mencantumkan sumber, foto, komentar ahli dan lain-lain. Kalau orang nggak jeli dan teliti, maka bisa jadi percaya banget. Trus ngeshare dengan penuh semangat, kadang-kadang pake kata “subhanallah”, atau “Alhamdulillah”, atau apa aja lah.

Baiknya lakukan cek dan ricek lebih dulu sebelum membagikan berita kepada orang lain, seperti yang diajarkan oleh Al-Quran:

“Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu orang fasik membawa suatu berita, maka selidikilah, agar kamu tidak menimpakan (musibah) kepada suatu kaum tanpa mengetahui, maka jadilah kamu menyesal atas perbuatan kamu itu.” (QS Al-Hujurat 49:6).

Apa penyebab berita hoax? Dikutip dari Antaranews, penyebab berita hoax menurut ketua APPRI Suharjo ada dua. Pertama data dari Unesco menyebutkan minat baca di Indonesia itu 0,001 artinya satu orang dari 1.000 orang yang baca buku, sedikit banget.

Alasan yang kedua lanjutnya, pengguna gawai (gadged) di Indonesia mencapai 60 juta, urutan kelima di dunia terbesar. Tahun depan jumlahnya diperkirakan akan naik menjadi 100 juta, dan akan menjadi rangking keempat di dunia.

Hasil studi lainnya juga menyebutkan masyarakaf Indonesia paling cerewet di dunia maya. Urutan kelima dalam meng-twet pesan di media sosial. Indonesia urutan kelima paling banyak ngetwet, diperparah lagi kebiasaan curhat di media sosial.

Sering Terpengaruh Berita Hoax? Makanya Kurangi Bergosip
ilustrasi penyebab berita hoax via kompasiana.com

Mengapa berita hoax digolongkan sebagai masalah sosial? Berita hoax yang menyebar di tengah tengah masyarakat lewat media sosial atau portal portal berita, menimbulkan keresahan dan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap beberapa pihak termasuk pemerintah.

Kemunculan hoax ini mengundang berbagai kontroversi di berbagai kalangan netizen sehingga menimbulkan keributan di dunia maya. Selain itu, hal ini bisa berdampak sangat fatal terhadap kehidupan sehari hari di masyarakat jika mengandung Sara dan Politik.

Gempuran berita hoax mengalir semakin deras di temlen media sosial kita. Salah satunya adalah berita hoax Islam yang dapat mengakibatkan keadaan makin riweh dan tidak ada sumber yang jelas.

Apa saja yang termasuk berita hoax? Dikutip dari pwmu.com, berikut beberapa berita hoax tentang kehebatan agama Islam yang laris manis beredar di dunia maya.

1. UNESCO Keluarkan Sertifikasi Islam sebagai Agama Damai
Dalam berbagai broadcast BBM maupun WA disebutkan Badan PBB UNESCO memberikan sertifikat Perdamaian pada agama Islam. Dalam foto sertifikat yang diteken Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, itu disebutkan Islam sebagai agama paling damai di dunia.

Disebutkan, pemberitan sertifikat itu adalah hasil kerjasama antara UNESCO dengan organisasi Peace Foundation International. “Setelah enam bulan analisis dan studi ketat, kami telah menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang paling damai,” ungkap Robert McGee, kepala studi banding Peace Foundation International dalam konferensi pers yang juga dihadiri oleh para pejabat UNESCO.

Namun, kabar yang menyebutkan Islam mendapatkan sertifikat dari UNESCO sebagai agama paling damai adalah hoax alias kabar bohong atau informasi palsu. Sebab, berita itu merujuk pada situs di India, Junta Ka Reporter. Junta Ka Reporter tidak lain adalah situs berita satire atau parodi. Meski ditulis dengan gaya jurnalistik, namun semua tulisan di situs tersebut adalah bikinan pengelolanya alias rekayasa.

Dalam berita di Junta Ka yang dirilis 4 Juli 2016, memang dikabarkan Badan PBB itu mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Islam adalah agama paling damai di dunia. Namun, Unesco tidak mengeluarkan pernyataan apa pun soal ini, demikian juga Peace Foundation International.

2. Pakar Genetika Yahudi Masuk Islam karena Iddah
Di jagad media sosial dan maya juga muncul informasi tentang kabar masuk Islam-nya sosok bernama Robert Guilhem.  Dikabarkan, ia adalah seorang tokoh Yahudi yang juga ahli genetika di Albert Einstein College, New York. Dalam informasi itu disebutkan bahwa Robert Guilhem mantap menjadi seorang Muslim setelah meneliti misteri iddah untuk Muslimah.

Hasil penelitian dalam kabar itu disebutkan jika seorang perempuan melakukan hubungan seks, ia akan meninggalkan bekas (sidik) yang berangsur hilang selama 3 bulan. Hasil ini disebutkan memiliki kolerasi dengan massa Iddah dalam pandangan Islam. Korelasi inilah yang kemudian disebut sebagai pemicu utama Robert Guilhem pindah agama ke Islam.

Ternyata nama Robert Guilhem tidak masuk dalam pemberitaan media dan website jurnal internasional untuk temuan besar ini. Bahkan ketika mencari di Google, tidak satupun situs berbahasa asing muncul di halaman hasil pencarian Google, kecuali situs-situs yang memberitakan berita yang belum jelas kebenarannya itu.

Kalaupun ada nama Robert Guilhem untuk pencarian direktori jurnal online milik Google, memang ada 1 nama yang muncul. Namun, tokoh ini lebih banyak berbicara tentang teknologi Radio dan Gelombang Radio (radiowave). Bahkan untuk melacak ke direktori Albert Einstein College pun, nama Robert Guilhem si ahli genetika ini ternyata tetap tidak ada.

Simpulannya, tokoh Yahudi ahli genetika Robert Guilhem itu merupakan tokoh fiktif yang dibuat oleh oknum tidak bertanggung jawab. Artinya, tulisan ini menggunakan sample tokoh rekaan yang berupa ahli genetik dan pemimpin Yahudi.

3. Shalat Pengaruhi Rotasi Bumi
Kabar hoax tentang kehebatan agama Islam selanjutnya adalah tentang “hajar aswad” sebagai konduktor rotasi bumi dan shalat-thawaf sebagai penyeimbangnya. Disebutkan Prof Lawrence E Yoseph menulis dalam “Encyclopedia Americana” tentang hutang besar kepada umat Islam: “…Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik” .

Masih menurut tulisan itu, berdasarkan penelitian dari 15 Universitas menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada. Dikabarkan pula bahwa Hajar Aswad (batu hitam yang ada di dekat Ka’bah) merupakan superkonduktor dan menjadi penentu rotasi bumi.

Sayangnya, setelah diselidiki secara seksama, ternyata berbagai kutipan itu tidak ada dalam berbagai referensi yang “mutawatir”. Misalnya tidak pernah ditemukan di halaman, edisi tahun berapa kutipan itu tertulis dalam “Encyclopedia Americana”. Kemudian juga tidak jelas ke-15 Universitas mana saja yang telah melakukan penelitian tersebut dan siapa penelitinya.

Yang lebih fiktif, nama Prof Lawrence E Yoseph, ternyata tidak bisa ditemukan dalam dunia Google, tentu saja selain dari blog-blog yang menyebarluaskan info itu. Jika pun ada yang mirip namanya adalah Lawrence Joseph (Profesor Hukum) dan Lawrence E. Joseph (penulis di berbagai media). Dengan demikian, berita tentang shalat dan thawaf yang mempengaruhi rotasi bumi ini adalah hoax alias tidak berdasar.

Sering Terpengaruh Berita Hoax? Makanya Kurangi Bergosip
ilustrasi efek berita hoax via kabarmedan.com

Efek berita hoax yang tersebar secara luas patut kita waspadai. Biar kalian makin berhati-hati lagi dalam membagikan berita, berikut beberapa dampak dari berita hoax:

1. Merugikan suatu pihak
Judul yang provokatif dan isi berita yang tidak akurat dapat menuai berbagai opini negatif, tentu opini negatif ini dapat merugikan pihak yang bersangkutan.

2. Memberikan reputasi buruk akan seseorang/sesuatu
Apabila berita tersebut tidak Anda teliti dan langsung Anda share dan seantero temanmu juga jadi ikut percaya, itu bisa jadi bahaya loh! Sebab isi berita hoax yang merugikan tersebut bisa membuat image seseorang menjadi jelek dan ketika sudah viral tidak akan ada yang mau bertanggung jawab.

3. Menyebarkan fitnah
Selain reputasi buruk yang terbentuk, fitnah pun bisa tercipta melalui berita hoax yang tersebar.

4. Menyebarkan informasi yang salah
Eits jangan langsung percaya dari judul yang terkesan ilmiah juga ya! Coba kalian cek dulu sumber dan keaslian sumber daripada berita tersebut. Jangan sampai kalian malah jadi gagal informatif.

Lantas, mengapa orang mudah terpedaya berita hoax? Dikutip dari Kompas, berdasarkan sisi psikologi ada empat alasan orang lebih mudah percaya berita hoax. Berikut alasannya.

1. Keterbatasan informasi
Kita percaya berita hoax bukan karena kita mudah dibohongi tapi karena keterbatasan arus informasi yang datang.

2. Tingkat popularitas informasi
Ternyata, pemberitaan yang terus menerus dapat membuat manusia jadi tertutup pada kebenaran, lho!

3. Ketertarikan
Kita lebih tertarik dengan berita hoax karena topiknya yang menarik dan unik. Makanya dengan mudah langsung percaya dengan hoax.

4. Confirmation bias
Kalau berita hoax tersebut berkaitan dengan hal yang dipercaya, maka kebohongan akan lebih mudah diterima.

Sering Terpengaruh Berita Hoax? Makanya Kurangi Bergosip
ilustrasi menanggapi berita hoax via hipwee.com

Lantas, bagaimana cara menanggapi berita hoax? Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:

1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.

Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

Baca Juga : Miris! Sebanyak 46 Gedung Sekolah di Pamekasan Disegel Serentak, Berikut Fakta-Faktanya

Demikian informasi mengenai berita hoax yang dapat kami sampaikan. Intinya tetap bijak dalam mengonsumsi informasi di dunia maya agar tidak menjadi obyek permainan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan.
SHARE ARTIKEL