Bagaimana Hukumnya Jika Al Qur`an Dijadikan Sebagai Jimat?
Penulis Alif Hamdan | Ditayangkan 23 Oct 2018
Image from Muslimah.or.id
Sudah jelas jika menggunakan jimat adalah kesyirikan dan siksaannya pun sangat pedih bagi yang melakukannya.
Namun, bagaimana jika yang digunakan jimat adalah al qur'an?
Ini pendapat ulama' mengenai hal itu..
Jimat adalah kesyirikan, tidak diperbolehkan seorang muslim menggunakannya atau meyakini jimat bisa membawa keberuntungan dan menjauhkan dari bahaya.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
Bagaimana apabila jimatnya menggunakan Al-Qur’an? Ada dua pendapat ulama:
Pertama: membolehkan jimat menggunakan Al-QuranKedua: melarang jimat dengan Al-Qur’an dan inilah pendapat yang TERKUAT
Baca Juga :
- Menguak Tabir Manusia Zaman Sekarang Bisa Bertemu Dengan Rasulullah, Benarkah?
- Perjalanan Ruh Manusia Saat Tidur, Bukan Malah Bergentayangan Ini yang Sebenarnya Terjadi
Berikut penjelasannya :
1. Pendapat yang membolehkanSeperti yang dikuti dari muslim.or.id, alasan ulama yang membolehkan karena ini dalam rangka tabarruk yang syar’i dengan kalamullah dan asma’ (nama) Allah yang ada di dalamnya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,
هذا كله في تعليق التمائم وغيرها مما ليس فيه قرآن ونحوه، فأما ما فيه ذكر الله فلا نـهي فيه؛ فإنه إنـما يجعل للتبرك به والتعوذ بأسـمائه وذكره
Demikian juga Al-Qurthubi menukilkan perkataan imam Malik, beliau berkata:
وقال الإمام مالك: لا بأس بتعليق الكتب التي فيها أسماء الله عز وجل على أعناق المرضى على وجه التبرك
2. Melarang jimat dengan Al-Qur’an
Inilah pendapat yang TERKUAT dengan berbagai pertimbangan ulama dan lebih menenangkan hati. Dijelaskan dalam kitab “Al-Mausu’ah Al-Kuwaitiyyah” tentang 3 alasan tidak bolehnya jimat menggunakan Al-Quran:
واحتج هؤلاء لما ذهبوا إليه بما يأتي
عموم النهي في الأحاديث ولا مخصص للعموم
سد الذريعة، فإنه يفضي إلى تعليق ما اتفق على تحريمه
أنه إذا علق فلا بد أن يمتهنه المعلق بحمله معه في حال قضاء الحاجة
“Para ulama berhujjah atas pendapat mereka dengan alasan sebagai berikut:
1. Keumuman larangan dalam hadits (larangan jimat) dan tidak ada yang mengkhususkan
2. Dalam rangka menutup jalan menuju ke arah kesyirikan karena hal ini bisa mengantarkan kepada apa yang telah disepakati keharamannya
3. Apabila digantungkan/dipakai, pasti yang memakai akan membawanya akan ikut masuk ketika buang hajat (ke kamar mandi tidak boleh membawa AL-Quran dan lafadz nama Allah). (AL-Muasu’ah Al-Kuwaitiyyah 14/31)
Demikian juga syaikh Abdul Aziz Bin Baz menjelaskan bahwa telah ma’ruf bahwa sahabat dan salaf dahulunya tidak membolehkan hal ini. Beliau berkata,
أنها لا تجوز وهذا هو المعروف عن عبدالله بن مسعود وحذيفة رضي الله عنهما وجماعة من السلف والخلف قالوا: لا يجوز تعليقها ولو كانت من القرآن سدًا للذريعة وحسمًا لمادة الشرك
Kesimpulan: tidak boleh mengunakan jimat secara mutlah meskipun dari Al-Quran
Wallahu a'lam.