Seorang Kuli Panggul Air, Rela Banting Tulang Demi Biayai Anak dan Istrinya

Penulis Alif Hamdan | Ditayangkan 13 Aug 2018
Tak ada uang, anak dan istriku makan apa ??

Menjadi tulang punggung keluarga memanglah berat. walaupun pekerjaannya hanya kuli panggul air, semua itu harus ia jalani untuk menafkahi keluarga.

Seorang Kuli Panggul Air, Rela Banting Tulang Demi Biayai Anak dan Istrinya
Image from merdeka.com

Dalam riuh suara nelayan menanti perahu datang di dermaga Pantai Kedonganan, Badung, Bali, terlihat pria dengan gerobak kayunya yang berisi empat drum air ukuran sedang. Pria ini digadang gadang bernama Sumano.

"Saya sudah 17 tahun menjadi Panol (Kuli Panggul Air Laut)," ucap Sumano (36) saat membuka perbincangan, Sabtu (11/8).

Seperti yang dikutip dari merdeka.com, Sumano saban hari beraktivitas sebagai panol untuk mengambil air laut. Dengan gerobak rapuhnya dan empat drum air, berjalan menuju dermaga. Setibanya di sana, ia menuruni tangga dengan memikul dua drum air di atas punggungnya dan kemudian mengisi penuh dua drumnya dengan air laut.

Setelah terisi penuh, ia kembali meniti tangga dermaga dengan memikul dua druma air laut beratnya sekitar 30 kilo gram. Walaupun, langkahnya sempat terhuyung karena berat beban yang dipikul, Sumano dengan tenang menyeimbangkan langkah kakinya.

Sesudah empat drum terisi air laut, ia menarik gerobaknya dan berjalan sekitar 100 meter untuk menuju pasar ikan Kedonganan. Kemudian diberikan ke para pedagang yang memesannya untuk disiramkan ke tumpukan ikan yang dijajakan di atas lapak para pedagang.

"Kalau disiram air laut ikan yang dijual jadi segar. Kalau dikasih air tawar cepat bau dan busuk," kata Sumano, yang berasal dari Desa Pakis, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini.

Setiap satu drum air laut yang dipesan oleh para pedagang ikan, Sumano mendapat imbalan Rp 5 ribu rupiah. Dalam sehari, dirinya sekitar 6 atau 7 kali bolak-balik dari pasar ke dermaga.

"Kalau dalam sehari iya bisa dapat Rp 40 sampai Rp 60 ribu, tergantung pesanan para pedagang ikan. Iya kalau ramai pesanan air saya bisa bolak-balik 10 kali," ungkapnya.

Pria dua anak ini bekerja dari pagi hingga petang tanpa letih. Walaupun bekerja dengan upaya yang cukup keras, dalam sebulan dia hany mendapatkan Rp 600 ribu.

Sementara, untuk menghemat biyaya hidupnya, Sumano sengaja tidak menyewa tempat indekos. Jika waktunya istirahat atau tidur, dirinya menempati tempat pos para nelayan bersantai.

"Iya kadang saya juga menginap di rumah teman, tapi kebanyakan tidur di pos-pos nelayan," tutur pria yang sudah merantau 17 tahun di Bali ini.

Terkadang, dia juga bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan. Dia tak masalah selama itu halal asalkanbisa mengirimkan uang pada istri dan dua anaknya, ia mengaku sudah sangat bersyukur.

"Anaknya saya dua-duanya cowok, satu sudah kuliah dan satunya masih kelas 3 SMP. Iya kalau uang terkumpul banyak, tiga bulan sekali saya pulang ke desa buat ngasih uang sama istri dan biaya sekolah anak," ungkapnya.

"Istrinya saya kadang disuruh buat kue sama orang. Kalau tidak cukup ya berdoa saja minta cukup," ucapnya sambil tertawa.

Setiap hari selalu ada pesanan dari pedagang ikan yang meminta mengambilkan air laut. Sehingga, rezeki untuk anak dan istrinya di desa terus ada dan ia kirimkan setiap bulannya.

Meski begitu, dia tetap menginginkan pekerja lain yang lebih layak nampun tetap halal.

"Dulu ke Bali saya ikut Kakak dan saat ini saya sudah bekerja sendiri. Kalau kata saya kerja ini sudah enak, karena setiap hari jualan air. Saya tidak merasa berat karena setiap hari ada saja yang pesan," ucap Sumano dengan tersenyum, menutup obrolan dan kembali menarik gerobak airnya.

5 Cara Berbakti Kepada Orang Tua dan Membahagiakan Hati Keduanya

1. Senantiasa Menyenangkan Hati Kedua Orang Tua

Bagi kedua orang tua anak adalah teman terbaik dan obat rindu bagi mereka, oleh karenanya bergaulah dengan keduanya dengan cara yang baik.

Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi jika memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.

Dalam nasihat perkawinan juga dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena orang tua adalah yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

“Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i)

Dalam riwayat lain dikatakan :

“Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

2. Berkata dengan Perkataan yang Lemah Lembut

Dalam berucap dan berkomunikasi dengan kedua orang tua adalah dengan perkataan yang lemah lembut, yang santun dan menyejukkan hati mereka.

Ucapan yang paling santun, penuh hormat dan terbaik hanyalah untuk kedua orang tua, dan hendaknya dibedakan cara berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain.

Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh samapai menyeakiti hati mereka berdua, bahkan mengucap kata ‘ah’ pun tidak boleh.

Sungguh suatu dosa besar jika sampai kata-kata sang anak menyakiti hati kedua orang tua, perkataan yang sifatnya mencemooh, mencaci atau melaknat keduanya merupakan dosa besar dan termasuk bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, sungguh Allah sangat membenci hal tersebut, na ‘udzubillah.

Kita tidak boleh sampai berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.

3. Merendahkan Diri di Hadapan Mereka

Di hadapan kedua orang tua, seorang anak haruslah senantiasa merendahkan diri (tawadlu) dan tidak boleh sombong (kibir) meskipun seorang anak sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia.

Ingatlah sewaktu kita baru terlahir ke dunia. kita berada dalam keadaan lemah dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong, mencintai kita dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.

Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan sesuatu yang mungkin merendahkan karena tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita hal itu bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat dan patuh kepada keduanya.

Lakukan dengan senang hati dan penuh semangat karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, bahkan hal tersebut adalah sebuah kebaikan besar karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri.

Sungguh pahala yang besar jika kita berbakti dan selalu menyenangkan hati keduanya. Suatu karunia yang indah jika seseorang masih mendapat kesempatan untuk berbuat baik kepada keduanya selagi mereka masih hidup.

4. Memberikan Shadaqah Kepada Kedua Orang Tua

Memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua adalah sedekah yang paling utama dan diutamakan, semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui” (Q.S Al Baqarah : 215 )

Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkan yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas.

Jika untuk kedua orang tua sudah terpenuhi, kemudian bersedekah kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan.

Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.

أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبَاكّ، ثُمَّ الأَقْرَبِ فَاْلأَقْرَبِ

“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat”

(Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu’awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, “Hadits Hasan”)

Sebagian orang yang telah menikah tidak memberikan nafkah lagi dari hartanya kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan.

Dalam keluarga yang mempunyai hak untuk mengatur harta ialah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.

Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah bakti kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya ialah bakti kepada suaminya.

Ketaatan istri kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian, suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik sebagai bentuk bakti istri kepada kedua orang tuanya.

5. Mendoakan Kedua Orang Tua

Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat,

رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro”

yang artinya: Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil. (Al-Isra : 24)

Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih melakukan bid’ah yang sangat bertentangan dengan syariat bahkan berbuat syirik.

Sebagai seorang anak tetap diharuskan untuk senantiasa bersikap lemah dan lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan ucapanan yang tetap santun, lemah lembut dan senantiasa doakan kebaikan untuk keduanya.

Berdoalah di malam hari, ketika sedang puasa, di hari Jum’at dan di waktu-waktu dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar di bukakannya pintu rahmat dan hidayah untuk mereka kembali ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga bermanfaat
SHARE ARTIKEL