Masya Allah! Penuh Haru, Beginilah Potret Salat Idul Adha Pertama di Pedalaman Papua Barat

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 23 Aug 2018
Masya Allah! Penuh Haru, Beginilah Potret Salat Idul Adha Pertama di Pedalaman Papua Barat
Suasana haru usai sholat id pertama di pedalaman papua barat, diolah dari detik.com

Tangis pecah usai melaksanakan salat Idul Adha di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.

Rasa haru menyelimuti para jemaah yang baru pertama kali merasakan adanya salat id di kabupaten itu.

Ini adalah potret salat id pertama yang diadakan di sana. Masya Allah.

Tak ada suara takbir berkumandang, senyap. Hanya angin berdesir perlahan, turun dari Pegunungan Arfak ke Lembah Anggi di Papua Barat, pada ketinggian 1800 mdpl.

Seperti di wilayah lain, salat Idul Adha dimulai pada pukul 07.00 WIT, Rabu (22/8/2018). Hawa dingin masih menyelimuti jemaah yang hadir dan bahkan banyak yang menggigil.

Sebanyak 29 jemaah laki-laki dan 16 jemaah perempuan mengikuti salat id secara khusyuk di musala Polsek Pegaf.

Masya Allah! Penuh Haru, Beginilah Potret Salat Idul Adha Pertama di Pedalaman Papua Barat
Selama ini, warga muslim di Lembah Anggi, Papua Barat, turun ke Manokwari, untuk mengikuti salat Idul Fitri dan Idul Adha. (dok. Tim Mapala UI/Dinny Mutiah)

Memang tak banyak jumlah jemaahnya karena Kabupaten Pegaf mayoritas non muslim dan yang muslim adalah pendatang.

Adalah Nurmayanti (30), salah satu jemaah yang menangis seusai salat. Ia merupakan pendatang dari Makassar mengikuti suaminya.

"Keinget mama dan keluarga di rumah. Saya sendiri baru 2 tahun di sini. Rasanya tidak karuan. Keinget semua orang di rumah," ucap Nurmayanti, seperti dikutip dari detik.com

Walau jauh dari rumah, salat id di Pegaf dianggapnya berlangsung dengan baik walau dengan suasana berbeda. Contohnya, saat malam takbiran tiba tak ada suara takbir berkumandang saat maghrib tiba.

Masya Allah! Penuh Haru, Beginilah Potret Salat Idul Adha Pertama di Pedalaman Papua Barat
Suasana sholat Id pertama di Kabupaten Pegungan Arfak, Papua Barat (Masaul/detikTravel)

Faiq Iman Amrullah (19) ditunjuk sebagai imam salat id, sedangkan khatibnya Rifat Aqil Al Farrah (21).

Keduanya menilai bahwa masyarakat mendukung kegiatan keagamaan walau berbeda dengan keyakinan mayoritas di sana.

"Antusias masyarakat masya Allah baik sekali. Kalau Idul Fitri kemarin memang pada turun jamaahnya, jadi ini yang pertama. Jamaah kita itu dari karyawan PT Pulau Lemon (Pulmon) dan perusahaan itulah yang mengirim kita setiap Jumat juga di hari besar ini," kata Rifat juga Faiq saling menambahkan.

"Selain itu kami juga mengajari bacaan salat dan Quran. Melihat semangat kita malah mendapat respon bagus, itu mungkin karena pergaulan kita yang baik pula," ucap mereka.

Dalam khotbah salat ini disebutkan bahwa melalui ibadah haji kita bisa meningkatkan ketaatan. Tidak memandang pangkat, suku, maka kita bisa mensyukuri nikmat Islam kepada manusia.

Masya Allah, Umat Islam di Papua Berkembang Pesat

Masya Allah! Penuh Haru, Beginilah Potret Salat Idul Adha Pertama di Pedalaman Papua Barat

Berikut fakta islam di Papua yang tidak diketahui masyarakat luas:

1. Jumlah umat Islam di Papua sampai saat ini mencapai 40% dari total jumlah penduduknya.

Bukan hanya mayoritas non-Muslim saja tetapi ada juga banyak warga Muslim di Papua.

Banyak orang bertanya-tanya apakah ada umat Islam di Papua? Hal itu sebenarnya adalah pertanyaan yang salah karena seolah-olah membenarkan bahwa penduduk di Papua identik dengan Kristen.


Saat ini saja jumlah komunitas Muslim di Papua sudah mencapai 900.000 jiwa dari total 2,4 juta jiwa, 60% sisanya terdiri dari penganut agama Katolik, Kristen, Hindhu, Budha, dan Animisme.

2. Beberapa kampung di Papua terdapat perkampungan Muslim yang menjadi kelanjutan dari kampung Muslim masa lalu.

Perkampungan Muslim bisa dijumpai di Kokas, Patipi, Semenanjung Onin, Rumbati, Sorong, waigeo, Doom, Salawati, Misool, Teminabuan, Manikwari, Baboo, dan Teluk Arguni.

Di daerah Manokwari sendiri ditemukan kampung Muslim yakn di Hitigima dan Kurima, seperti dikutip dari nahimungkar.com

Selain itu perkampungan Muslim juga tersebar di daerah Kaimana, Teluk Bintui, Raja Ampat, Fatagar, Mamote, dan lainnya.

Di daerah tersebut terdapat Masjid dan warga Irian asli yang mengenakan busana Muslim. Di daerah Fakfak sendiri terdapat satu Masjid Tua yaitu Masjid Patemburak yang didirikan pada tahun 1870.

3. Jejak Islam di Papua ternyata sudah ada sejak zaman dulu terbukti dengan adanya peninggalan dari Islam.

Contohnya Masjid Tunasgain yang terletak di daerah Fakfak Timur, serta adanya Masjid Tubirseram yang terletak di daerah Kabupaten Fakfak.

Ada lagi masjid terkenal yaitu Patimburak di daerah Kampung Patimburak merupakan masjid yang telah berusia sampai ratusan tahun.

Selain itu terdapat juga peninggalan arkeologi berupa tiang kayu dengan cat. Jika dilihat dari ukirannya tiang ini sepertinya adalah soko guru dari sebuah Masjid.

4. Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa masyarakat Muslim di Papua masuk di Irian Barat pertama kalinya di tahun 1360 M.

Satu tokoh Islam yang tiba di tanah Papua adalah Abdul Ghaffar yang berasal dari Aceh. Abdul Ghaffar pertama kali sampai di Fatagar Lama dan kampung Rumbati, Fakfak.

Penetapan masuknya Islam pertama kali di Papua berdasarkan atas tradisi lisan yang diucapkan oleh putra bungsu Rumbati XVI dan Raja Rumbati XVII.

Selain mencari rempah-rempah, ajaran islam juga diajarkan Abdul Ghafar di tanah Papua selama kurang lebih 14 tahun. Setelah itu Abdul Ghafar wafat dan disemayamkan di belakang Masjid Rumbati pada tahun 1374 M.

Ajaran utama dari Abdul adalah syiar Islam dengan melaksanakan shalat 5 waktu dengan tertib.

5. Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah yang sekarang masih diperdebatkan tentang masuknya Islam pertama kali di Papua.

Ada tujuh versi kedatangan Islam di Papua yaitu versi Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, Ternate, Papua, serta Tidore dengan cerita yang berbeda.

Fakta Islam di Papua ini memang jarang diketahui masyarakat luas dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Namun, sebaiknya sebagai umat beragama kita sebaiknya mendoakan semoga islam di sana semakin berkembang dan kita juga harus menjaga keanekaragaman dalam berkeyakinan.
SHARE ARTIKEL