Yuk Nonton Film Wali Songo Agar Tahu Sejarah Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa

Penulis duwi Pebrianti | Ditayangkan 27 Jul 2018

Yuk Nonton Film Wali Songo Agar Tahu Sejarah Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa
Walisongo via coretan-fuad.blogspot.com

Yuk nonton bersama kumpulan film wali songo, kita juga akan mendapat banyak pelajaran dan menambah wawasan kita tentang sejarah wali songo.

Walisongo” berarti sembilan orang wali” Mereka adalah sunan gresik, sunan ampel, sunan bonang, sunan drajat, sunan kalijaga, sunan kudus, sunan muria, sunan gunung jati, sunan giri. Berikut kami akan menampilkan film wali songo.

Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Disini kami akan menampilkan 3 film wali songo, yaitu:  Sejarah Penyebaran Agama Islam Di Tanah Jawa, Adu Kesaktian Sunan Kalijaga dan Siti Jenar, dan Akhir Kesaktian Prabu Cakraningrat. Yuk tonton film wali songo bersama-sama.

Kumpulan Film Wali Songo:

1. Sejarah Penyebaran Agama Islam Di Tanah Jawa



Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

2. Adu Kesaktian Sunan Kalijaga dan Siti Jenar


Seorang anak priyayi yang bernama Raden Mas Said tercenung melihat sebuah keluarga miskin, yang seluruhnya menderita penyakit busung lapar. Merasa prihatin akan kondisi ini, anak ini memutuskan turun tangan untuk menolong mereka. Ia diam-diam mengambil sekantong makanan dari lumbung persediaan milik orangtuanya. Sayangnya jalan pikiran kaum dewasa tak mampu mencerna niat mulia sang anak.

Orangtua Raden Mas Said, Tumenggung Wilarikta, petinggi Majapahit di wilayah Tuban memergoki aksi itu. Di mata Wilarikta, perbuatan putra sulungnya adalah suatu bentuk penjarahan dan itu tak bisa dimaafkan olehnya. Raden Mas Said pun akhirnya diberi hukuman disekap di gudang makanan tersebut. Sejak kejadian itu, Raden Mas Said tak lagi betah di rumahnya.

Setelah kejadian tersebut ia berkelana dari satu daerah ke daerah lain. Sepanjang perjalanan, Raden Mas Said melihat sendiri betapa banyaknya korupsi dan penyelewangan kekuasaan yang dilakukan oleh para lurah yang diberi mandat untuk memerintah di daerah kekuasaan masing-masing, dan akibatnya betapa tertindasnya rakyat oleh perbuatan itu. Tapi ketika ia melaporkan apa yang dilihatnya kepada sang ayah, sekali lagi dunia tak berpihak padanya. Raden Mas Said justru dituding sebagai menyebarkan fitnah yang tidak-tidak.

Raden Mas Said akhirnya menjalani hidup sebagai perampok. Beruntung ia kemudian berjumpa dengan Sunan Bonang, yang berhasil menginsyafkannya, sekaligus menjadi gurunya. Raden Mas Said diperintahkan untuk melakukan tapa di pinggir kali dan menjaga tongkat Sunan Bonang, hingga Sunan Bonang datang menemuinya untuk mengambil tongkatnya. Penantian panjang di tepian kali itu hingga lumut dan akar tumbuh menyelimuti tubuhnya menyebabkan Raden Mas Said memperoleh nur, cahaya Ilahi. Tapanya bertahun-tahun itu memberinya gelar Sunan Kalijaga.

3. Akhir Kesaktian Prabu Cakraningrat


Sunan Gunung Jati, tokoh ini adalah tokoh sejarah dan satu dari sembilan wali di Jawa, namun pendekatan film ini lebih menjurus pada legenda. Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah, dalam film ini dikisahkan sebagai cucu Prabu Siliwangi yang sejak kecil bermukim di Mesir bersama orang tuanya. Ibunya ingin ia mengabdikan diri untuk syiar agama di tanah kelahirannya, Cirebon. Berbagai mujizat untuk menolong rakyat Cirebon dilakukannya, sambil untuk meyakinkan pentingnya percaya pada Allah.

Kemudian ia diangkat sebagai tumenggung. Pada posisi ini ia terpaksa berhadapan dengan Raja Cakraningrat dari kerajaan Galuh. Sunan tak mau lagi memberi upeti. Peperangan terjadi. Sunan dibantu pula oleh Sultan Demak, Tranggono. Karena Cakraningrat tak bisa kalah, Sunan mengutus Nyimas Gandasari, muridnya, untuk mencuri jimat kesaktian Cakraningrat. Maka kesaktian Sunan mengakhiri perang.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

Nah, itulah kumpulan film wali songo. Selamat menonton kisah-kisah wali songo.
SHARE ARTIKEL