Bukan Menakut-Nakuti, Terlaknatlah Istri yang Mengingkari Kebaikan Suami

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 16 Jul 2018
Bukan Menakut-Nakuti, Terlaknatlah Istri yang Mengingkari Kebaikan Suami
Gambar istri ngeluh di medsos, dilansir via youtube.com

Masih banyak yang menyepelekan...

Mengingkari bukan cuma menentang dan tidak patuh pada suami, tapi hal-hal kecil yang sering di ucapkan istri namun menusuk hati suami.

Banyak yang tidak sadar, mengingkari kebaikan suami adalah salah satu penyebab terbanyak wanita masuk neraka.

Salah satu bentuk mengingkarinya adalah ungkapan istri:

“Abang tidak pernah sayang sama saya”

“kenapa abang nggak pernah kasih saya hadiah”

“Jadi suami kok nggak ada romantis-romantisnya sama istri”

"Aku capek dirumah, kenapa abang nggak pernah ngajak jalan-jalan"

Dilansir dari muslimafiah.com. meskipun ucapan ini terkadang hanya “main-main/bercanda” tetapi tetap saja ini merupakan suatu bentuk pengingkaran (tidak boleh berbohong meskipun bercanda). Bahkan bisa jadi ucapan tersebut adalah ungkapan sebenarnya dalam hatinya.

Istri tidak pernah bersyukur kebaikan suaminya dan lupa perjuangan berat suaminya di luar rumah menghadapi kerasnya hidup.

Terkadang keringat suami bisa jadi bercampur air mata dan suami berprinsip cukup di luar saja “ada masalah” sedangkan di rumah ia tutupi dengan senyumnya di hadapan istri dan anak-anak

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda berkata kepada para sahabatnya,

ﺃُﺭِﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺃَﻫْﻠِﻬَﺎ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀُ ﻳَﻜْﻔُﺮْﻥَ . ﻗِﻴْﻞَ : ﺃَﻳَﻜْﻔُﺮْﻥَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ؟ , ﻗﺎﻝ : ﻳَﻜْﻔُﺮْﻥَ ﺍﻟْﻌَﺸِﻴْﺮَ ﻭَﻳَﻜْﻔُﺮْﻥَ ﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥَ 

“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!”

Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?”

Rasullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Demikianlah kata-kata “tidak pernah” merupakan penjelasan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits ini

 ﻟَﻮْ ﺃَﺣْﺴَﻨْﺖَ ﺇَﻟَﻰ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻦَّ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮَ , ﺛُﻢَّ ﺭَﺃَﺕْ ﻣِﻨْﻚَ ﺷَﻴْﺌًﺎ, ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻣِﻨْﻚَ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻗَﻂُّ

“Sekiranya kalian (suami) senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia (istri) melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri durhaka itu) pasti berkata,

“Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Ini memang  sifat dasar wanita, “Mudah jatuh hati pada yang membuatnya ‘menangis haru’ sesaat dan mudah lupa pada pada orang yang berbuat banyak kebaikan padanya”.

Karenanya para wanita hendaknya bersyukur jika suaminya “tidak macam-macam” dan telah memberikan kebahagiaan padanya. Tidak semua suami bisa romantis dan menggombal ataupun tidak bisa romantis setiap saat mengungkapkan cintanya, tetapi cintanya dalam bentuk sikap, perhatian dan perlindungan.

Ada ancaman keras bagi wanita yang tidak mensyukuri kebaikan suaminya padahal wanita itu butuh kepada kebaikan suami.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﻻَ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻻَ ﺗَﺸْﻜُﺮُ ﻟِﺰَﻭْﺟِﻬَﺎ ﻭَﻫِﻲَ ﻻَ ﺗَﺴْﺘَﻐْﻨِﻲْ ﻋَﻨْﻪُ

“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR. An-Nasa’iy, Ash-Shahihah 289]

BACA JUGA: Banyak yang Hobi Melakukan 2 Dosa Kecil ini, Padahal Azab Kuburnya Sangat Pedih

Bagi para suami hendaknya memahami sifat ini dan menasehati istri dengan cara yang baik.

Terkadang ucapan wanita kasar bahkan “nyelekit” ke suami karena kehilafan tapi dasarnya mereka sangat cinta kepada suaminya.

Karena suami yang baik yaitu hanya menahan diri agar tidak menyakiti istri akan tetapi sabar terhadap “gangguan” dari istri.

Para  ulama berkata:

ليس حسن الخلق مع المرأة كف الأذى عنها بل احتمال الأذى منها، والحلم على طيشها وغضبها، اقتداءً برسول الله صلى الله عليه وسلم

“Bukanlah termasuk akhlak suami yang baik yaitu hanya menahan diri agar tidak menyakiti istri akan tetapi sabar terhadap “gangguan” dari istri. Lembut menghadapi kekurangan dan kemarahannya. Hal Ini adalah meneladani Rasulullah". (Mukhtashar Minhajul Qashidin 2/12)

Perlu para istri ketahui. Bukanlah maksud syariat Islam memerintahkan agar istri lebih rendah dari suami tetapi semua orang sudah tahu bahwa psikologis suami pasti ingin dihormati dan dipatuhi. Jika suami sudah merasa dihormati oleh istri, maka suami yang berjiwa hanif pasti akan sangat sayang kepada Istrinya.
SHARE ARTIKEL