Diatasnamakan `Jihad`, Hingga Anak Kecilpun Tega Dijadikan Pelaku Bom Bunuh Diri
Penulis Penulis | Ditayangkan 15 May 2018
Sumber gambar style.tribunnews.com
Anak-anak yang dijadikan pelaku bom bunuh diri...
Karena anak akan sangat nurut dengan orang tua, apapun akan di lakukan jika orang tua yang menyuruh sebagai bentuk kepatuhan kepada orang tua...
Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana bisa orang tua tega mengorbankan nyawa anaknya untuk melakukan tindak kejahatan?
Psikolog anak dan remaja Novita Tandry mengatakan bahwa pemahaman orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anaknya.
"Kalau mereka bisa memberikan nyawa mereka yang sangat berharga, berarti ada satu pemahaman di keluarga ini yang tidak kita pahami," seperti yang dikutip dari medcom.id.
Menurut Novita, anak-anak ibarat kertas putih yang akan "diisi" oleh orang tua mereka.
"Anak-anak itu ibarat kertas putih, kita (orang tua) yang mengisi, kita yang menentukan mau menulis apa. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua agar tidak memiliki paham radikalisme," tambah dia.
"Jika yang diajarkan ke dalam benak anak-anak adalah membenci orang lain, anak-anak akan menganggap ini sebagai suatu kebenaran," kata dia.
Belum lagi jika seorang ibu mengucapkan kalimat-kalimat yang memotivasi mereka agar lebih berani melakukan aksi bom bunuh diri. Apalagi, ia menyebut-nyebut mengenai janji surga pada anaknya.

"Ketika kita bicara mengenai jihad, maka usia berapapun tak masalah," begitu paham mereka.
Jika kedua orang tua secara langsung memberikan pendidikan yang keras dan mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi orang-orang yang ekstrim atau bahkan menjadi teroris, maka sudah barang tentu anak itu akan tumbuh dengan pribadi yang keras, ekstrim atau bahkan menjadi teroris. Pertanyaannya apakah Islam mengajarkan bagaimana membina seseorang menjadi teroris? Tentu tidak.
Di sinilah pentingnya keluarga untuk membentengi anak-anaknya dengan berusaha menjauhinya dari lingkungan pergaulan kelompok ekstrim sehingga terbebas dari pengaruh ajaran dan paham yang keliru. Sebaliknya jika keluarga justru terbawa arus, maka bukan saja orang tua yang akan menjadi ekstrim tetapi juga akan menularkan kepada anak-anaknya di kemudian hari.
Keluarga adalah benteng utama. Semoga kita dan anak-anak kita tidak termasuk orang-orang yang ekstrim dan radikal apalagi dengan membawa nama agama.