3 Cara Paling Sopan Menegur Orangtua yang Malas Untuk Beribadah

Penulis Unknown | Ditayangkan 15 May 2018

3 Cara Paling Sopan Menegur Orangtua yang Malas Untuk Beribadah
foto via islamidia.com

Cara terbaik mengajak orangtua agar rajin ibadah...

Ayah atau Ibu malas beribadah? Mau nasihatin malah dimarahin, mau ditegur takut dosa karena dikira melawan orangtua...

Tenang, jika Anda tak berani menegur orangtua yang malas beribadah, lakukan langkah ini....

Jika kita melihat orang tua melakukan tindakan terlarang, kita wajib mengingatkannya dengan cara halus dan mengedepankan sopan santun.

Nabi Ibrahim AS sendiri pernah menegur ayahnya untuk kembali kepada jalan yang diridhai Allah SWT.

Namun demikian, ketika kita sudah mengingatkannya akan tetapi orang tua kita tidak menerima, bahkan tersinggung, tidaklah menjdi masalah bagi kita. Kewajiban kita hanyalah amar ma’ruf dan nahi munkar saja.

Supaya orang tua kita kembali ke jalan yang benar, selain melalui pendekatan yang komunikatif, mintalah kepda Allah SWT supaya orang tua kita menjdi orang tua yang baik dan taat pada Allah SWT.

Allah berfirman di dalam al-Qur’an:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً

“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: ‘Patutkah ayah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan- tuhan?’…” (QS. al-An’aam : 74)


ﺍﺩْﻉُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺭَﺑِّﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻮْﻋِﻈَﺔِ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﻭَﺟَﺎﺩِﻟْﻬُﻢْ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﻫِﻲَ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻚَ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦْ ﺿَﻞَّ ﻋَﻦْ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. an-Nahl : 125)

Baca Juga : Sesuai Anjuran Islam, ini Obat Mujarab Hilangkan Malas Beribadah

Adapun kerangka dasar tentang metode dakwah (termasuk didalamnya cara yang baik menegur orang tua yang tidak shalat atau tidak puasa misalnya) yang terdapat pada ayat tersebut di atas adalah:

1. Bi Al-Hikmah

Kata hikmah seringkali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan.

Dalam bahasa komunikasi disebut sebagai frame of reference, field of referene, field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap pihak komunikan (objek dakwah).

Menurut Syech Imam Nawawi Al Bantani, dalam tafsir Al Munir bahwa Al Hikmah adalah Al Hujjah Al Qoth’iyyah Al Mufidah lil Al-‘Aqoid Al Yaqiniyyah ( Hikmah adalah dalil-dalil yang qath’i dan berfaedah bagi kaidah-kaidah keyakinan).

Dakwah bil hikmah adalah sebuah metode komunikasi dakwah yang bersifat persuasif, yang bertumpu kepada human oriented.

Maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan kepada hak-hak yang bersifat demokratis agar fungsi dakwah yang bersifat informatif dapat diterima dengan baik. Sebagaimana ketentuan Allah dalam Al-Quran:

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ () لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” (QS. Al-Ghasiyah [88]: 21-22)

Baca Juga : Setelah Sahur Ngantuk? Coba Lakukan 7 Hal ini, Dijamin Kamu Lebih Seger

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hikmah mengajak manusia menuju jalan Allah tidak terbatas pada perkataan lembut, kesabaran,ramah tamah dan lapang dada, tetapi juga tidak melakukan sesuatu melebihi ukurannya. Dengan kata lain harus menempatkan sesuatu pada tempatnya.

2. Mauizhah Hasanah

Adalah memberikan nasihat yang baik kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati dan lurus pikiran.

Sehingga pihak yang menjadi objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya sendiri dapat mengikuti ajaran yang disampaikan. Jadi dakwah bukan propaganda.

Sedangkan menurut Ali Musthafa Ya’kub dalam Sejarah dan Metode Dakwah Nabi dikatakan bahwa mauizhah Hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya.

Atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek dakwah.

Seorang dai harus mampu mengukur tingkat intelektualitas objek dakwahnya, sehingga apa yang disampaikan mampu diterima dan dicerna dengan baik serta ajaran-ajaran islam yang merupakan materi dakwah dapat teraplikasi didalam keseharian masyarakat.

Hal ini sesuai dengan pesan Rosulullah dalam sebuah hadits: “Berbicaralah kamu dengan manusia sesuai dengan kadar kemampuannya”

Baca Juga : Karena Hal Kecil Ini, Bisa Jadi Puasamu Di Tahun Ini Malah Merugi!

3. Mujadalah

Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi yang sudah ada.

Mujadalah merupakan cara terkahir yang digunakan untuk berdakwah dengan orang-orang yang memiliki daya intelektualitas dan cara berpikir yang maju.

Seperti digunakan untuk berdakwah dengan ahli kitab. Oleh karena itu al-Quran juga memberi perhatian khusus tentang berdakwah dengan ahli kitab karena mereka memang telah dibekali pemahaman keagamaan dari utusan terdahulu.

Al-Qur’an juga melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan jalan yang baik.

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang baik. Kecuali dengan orang-orang yang zhalim diantara mereka” (QS. Al-Ankabut [29] :46)

Berbekal ayat tersebut , kaum muslim dilarang berdebat dengan ahli ktab kecuali dengan cara yang baik, sopan santun, lemah lembut dan menunjukkan ketinggian budi ummat islam kecuali jika mereka menampakkan keangkuhan dan kezhaliman.
SHARE ARTIKEL