Mirisnya TV Indonesia, Para Ibu Takkan Biarkan Anak Banyak Nonton TV Setelah Tahu Dampaknya

Penulis Unknown | Ditayangkan 11 Apr 2018

Mirisnya TV Indonesia, Para Ibu Takkan Biarkan Anak Banyak Nonton TV Setelah Tahu Dampaknya
Ilustrasi via nu.or.id


Bukan rahasia lagi kalau mutu tv indonesia, sudah begitu miris. Stasiun televisi di Indonesia mencari rating tayangan dengan berbagai siaran tak berkualitas.

Mengupas mutu TV Indonesia

Semakin hari, acara TV di negeri kita semakin memprihatinkan. Tak sedikit yang mengeluh dengan buruknya kualitas program-program TV ini, tapi ternyata TV masih saja menjadi media kesayangan rakyat Indonesia.

Bahkan banyak di antara kita yang duduk manis menonton sinetron hanya untuk mengutuki kualitas buruknya tv Indonesia.

Ade Armando menjelaskan bahwa berbeda dengan negara di Eropa Barat yang didominasi TV publik, TV Indonesia didominasi oleh TV swasta. Dalam salah satu programTV swasta, mereka tidak peduli dengan apa yang ditayangkan, asal pendapatannya bisa sesuai dengan rating.

Kejadian ini bisa terjadi setiap hari sehingga wajar saja jika kualitas sinetron di Indonesia menjadi sangat buruk.

Buruknya program TV Indonesia

Masa anak-anak merupakan masa emas, itulah yang sering diucapkan orang-orang, baik pemerhati anak maupun para orangtua.

Tidak ada satu orangtua pun yang ingin anaknya cacat ilmu dan buta dunia, semua menginginkan mereka pintar, maju cerdas dan bisa menjadi penerus generasi bangsa.

Apakah kamu tega menjejali anak dan adik-adikmu dengan tayangan yang bisa berpengaruh buruk pada mereka?

Selama kamu masih nonton sinetron-sinetron ini, maka sinetron ini akan terus berjaya di pertelevisian Indonesia. Kesempatanmu untuk dapat menonton sinetron berkualitas dan bermanfaat pun semakin rendah.

Apalagi jika yang ditonton adalah acara favorit seperti serial kriminal, percintaan atau musikal hingga pertandingan olahraga.

Namun tahukah Anda kalau acara-acara televisi tersebut bisa berdampak buruk? Seperti yang dikutip dari ehow, menonton televisi tanpa kenal batas dan aturan dapat menimbulkan efek buruk bagi penontonnya.

Berbeda dengan negara di Eropa Barat yang didominasi TV publik, TV Indonesia didominasi oleh TV swasta. Karena orientasinya soal profit, wajar jika tayangan yang ditayangkan tidak harus tayangan yang mendidik.

Semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang bermunculan, menimbulkan masalah tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Anak cenderung lebih memilih menonton tayangan televisi, dari pada membaca buku atau belajar, televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia perusak pendidikan.

Televisi adalah media yang paling luas yang bisa ditonton oleh masyarakat Indonesia jenis media ini audio-visual, masyarakat bisa sangat mudah untuk melihat  dan meniru.

Penontonnya terutama pada kalangan anak-anak yang belum mampu membedakan baik dan buruknya suatu tayangan yang ditayangkan di televisi.

Program televisi yang makin bervariatif menyebabkan mereka melupakan kebutuhan akan pendidikan mereka. Televisi seakan magnet bagi setiap orang untuk menontonnya.

Orang akan mampu melupakan kegiatannya demi menonton sebuah tayangan televisi favoritnya. Inilah salah satu dampak buruk secara umum.

Tidak ada lagi film anak-anak yang mendidik

Miris juga dengan kondisi saat ini, terlebih lagi lagu anak anak juga seperti hilang ditelan bumi, dan film untuk anak anak pun jarang ditampilkan. 

Walaupun ada beberapa program acara televisi yang mendidik dan pantas ditonton untuk anak anak seperti : Laptop Si Unyil di Trans 7, Dunia Binatang Di Trans 7 dll.

Setidaknya ada 6 film kartun aman buat anak yang bisa dinikmati. dapat merangsang anak untuk berpikir. Terlebih lagi film kartun ini dikemas dengan cerita petualangan, sehingga bisa membangun rasa petualangan dan mengajak anak untuk lebih berani melakukan hal baru.

Kenapa minggu pagi tayangan anime atau kartun anak-anak makin lama makin sedikit, tidak seperti dulu waktu kita masih kecil menghabiskan hari minggu tersebut dengan menonton film kartun. Parahnya lagi film atau sinetron di Indonesia banyak yang tidak mendidik.

Berfikir dalam hal penghapusan film kartun tersebut, setidaknya kita harus mencerna dan memperhatikan bagaimana caranya agar jangan ada penghapusan didalam film kartun tersebut tetapi bagaimana kita harus menjaga dan mendidik anak-anak kita agar bisa menyaring hal-hal penting didalam tontonan yang mereka lihat.

Apalagi di Indonesia keadaannya lebih buruk lagi. Sinetron-sinetron yang disajikan di layarkaca, tidak mendidik dan membuat anak kurang ajar. Cerita film sinetron yang dimainkan oleh anak-anak kita itu tidak mendidik. Bagaimana seorang anak mencelakakan orang tua dan menertawainya.

Membatasi anak - anak menonton TV

Televisi bagaikan kotak ajaib yang mengadirkan aneka hiburan untuk keluarga. Acara televisi (TV) yang menarik bisa membuat siapa saja betah untuk menontonnya lebih lama. 

Termasuk anak-anak. Namun, jika anak-anak jadi lebih suka berlama-lama duduk di depan TV daripada bermain bersama teman maka akan berbahaya bagi mereka.

Ajak anak nonton TV bersama-sama. sebagai cara untuk membatasi dan mengawasi waktu anak menonton TV, buatlah waktu nonton TV bersama keluarga. 

Dengan begini, Anda juga jadi bisa menjelaskan tentang apa yang Anda berdua lihat dan menjadikannya bahan diskusi untuk mendorong anak supaya berfikir mana yang baik dan buruk.

Yuk, membatasi anak menonton TV. Toleransi maksimalnya 2 jam, tapi jika memungkinkan, cukup 30 menit saja sehari.Jika anak-anak terlalu banyak menghabiskan waktu menonton televisi, mereka akan kehilangan kesempatan untuk belajar melalui kegiatan interaktif.

SHARE ARTIKEL