Tak Akan Masuk Surga Orang yang Masih Mengucap 4 Perkataan Seperti ini

Penulis Penulis | Ditayangkan 27 Apr 2018
Tak Akan Masuk Surga Orang yang Masih Mengucap 4 Perkataan Seperti ini
Sumber gambar hijaz.id

Sekilas terdengar biasa jika kita mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti ini, namun jika di rasa-rasa ini sangat berbahaya.

Jika terus berperilaku seperti itu, kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi ini.

Lisan bagai ‘jaring’ kalau menjaringnya baik akan mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya jika tidak hasilnya akan sedikit dan melelahkan.

Kata orang lidah tidak bertulang, maka lebih senang mengatakan apa-apa tanpa berpikir.

Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda,

“Tiada akan lurus keimanan seorang hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari kejahatannya.”

Jangan seperti illustrasi di bawah ini yang Sekilas Terdengar biasa, Tapi Bisa Berbahaya

1. Saudara Laki-laki Bertanya Kepada Adik Perempuannya, Saat Berkunjung, Seminggu Setelah Saudara Perempuannya Itu Melahirkan:

"Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?"
"Tidak ada." jawabnya pendek. Saudara laki-lakinya berkata lagi, "Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah untuk istriku walau tanpa alasan yang istimewa."

Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami dan istri ini terjadi perceraian. Dari mana sumber masalah? Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki sang istri tadi.

2. Saat Arisan Seorang Ibu Bertanya:

"Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?”
rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya.
Ketenangan pun menghilang, saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.

3. Seorang Teman Bertanya:

''Berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan?"

Ia menjawab, "1 juta rupiah."

"Cuma 1 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu? "

Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko.

Sayangnya pemilik toko menolak dan mem-PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.

4. Seseorang Bertanya Pada Kakek Tua:

"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan? "

Si kakek menjawab, "Sebulan sekali."

Sang penanya menimpali, "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu.

Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering." Hati si Kakek menjadi sempit, padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya.

Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

Apa sebenarnya keuntungan yang kita peroleh ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas?

Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain.

Mengecilkan dunia mereka.

Menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki.

Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka, dan seterusnya.

Jika terus berperilaku seperti itu, kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi ini.

Bila ada bom yang meledak, cobalah introspeksi diri. Bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya.
SHARE ARTIKEL