Rumah Tangga Bukan Hanya Sekedar Hidup Bersama, ini Baru yang Dinamakan Hidup Sebenarnya

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 02 Mar 2018
Rumah Tangga Bukan Hanya Sekedar Hidup Bersama, ini Baru yang Dinamakan Hidup Sebenarnya
Foto via ruangmuslimah.com

Contoh pria ini....

Jangan anggap nikah itu hidup jadi ada pasangannya, tapi ini yang terjadi

Rumah tangga yang bahagia, bisa bersama-sama, suami istri menjaga hubungan dengan baik, banyak ketenangan dan kesenangan didalamnya, itulah kebagaiaan rumah tangga yang diidam-idamkan, namun semua itu hanya ilusi, kamu akan merasakan ini baru yang namanya hidup sebenarnya.

Dalam Islam, rumah tangga bukan sekadar hidup bersama antara pria (suami) dan wanita (istri) dalam ikatan yang sah.

Akan tetapi, rumah tangga adalah organisasi terpenting dalam kehidupan kaum muslimin pada umumnya.

Baca juga : Didatangi Sembari Dipeluk Seorang Pria Diduga Mantan, yang Terjadi Malah Runyam

Rumah tangga dalam Islam terbentuk melalui hubungan pernikahan yang mengandung tanggung jawab sekaligus melahirkan rasa saling memiliki dan saling berharap, silih asah dan silih asuh, yang tercermin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.

Al-Imam asy-Syafi’I rahimahullah mengemukakan, bahwa kebaikan yang menyeluruh antara suami dan istri ialah hendaknya mereka saling menahan kejelekan, saling menunaikan hak dengan baik, dan tidak menampakkan ketidaksukaan. (al-Umm)

Suami dan istri wajib bermuamalah dengan baik dan saling memaafkan ketika terjadi kesalahan. Tujuannya, agar ketenangan dan kecenderungan antara keduanya benar-benar terwujud. Itulah kebahagiaan rumah tangga yang diidam-idamkan.

Nabi kita, Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, adalah teladan kita dalam hal pergaulan terhadap keluarga. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Telah dikabarkan kepada kita perihal muamalah beliau shalallahu ‘alaihi wassalam terhadap istri-istri beliau.

Di antaranya adalah bergaul dengan cara yang baik dan menampakkan akhlak yang baik. Beliau membawa anak-anak perempuan Anshar masuk menemui ‘Aisyah agar dapat bermain dengannya. Pada saat istri beliau menginginkan sesuatu, beliau memenuhinya selama tidak ada hal yang dikhawatirkan.

Apabila istri beliau (selesai) minum dari sebuah bejana, beliau mengambil bejana tersebut dan menempelkan mulut beliau di bekas mulut sang istri, kemudian minum.

Baca juga : Bahan Pertimbangan, Setelah Tau Hal ini Mau Pilih Gadis Atau Janda?

Jika istri beliau memakan (membersihkan) sisa daging yang menempel di tulang, beliau pun melakukan hal yang sama: mengambil sisa daging itu, menempelkan mulut beliau di bekas mulut sang istri, lalu memakan sisa daging tersebut.

Bahkan, ketika ‘Aisyah sedang haid, beliau tetap menggaulinya (bersenang-senang bukan pada kemaluannya) dengan menyuruhnya mengenakan kain sarung.

Beliau mencium istri padahal sedang berpuasa. Beliau tidak sungkan untuk menghibur/menyenangkan istrinya dengan menyaksikan orang-orang Habasyah bergulat di masjid.

Beliau juga berlomba lari dengan istri beliau. Itulah gambaran kelembutan dan akhlak baik beliau terhadap keluarga.” (Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad)

Rumah tangga akan tetap utuh dan berlangsung dengan baik manakala kedua unsurnya (suami istri) dalam keadaan baik.

Maka dari itu, suami wajib memperlakukan istri dengan baik dan memberinya nafkah, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Selain itu, dia wajib bersabar apabila melihat sesuatu yang tidak disukai dari tingkah laku sang istri.

Suami harus sadar bahwa istrinya hanyalah manusia biasa yang kadang berbuat benar dan kadang berbuat salah.

Istrinya tidak jauh berbeda dengan kaum wanita pada umumnya yang memiliki tabiat lembut dan perasa.

Maka dari itu, kata-kata dan perilaku yang baik akan sangat berpengaruh bagi sang istri. Sebaliknya, banyak mencela dan mencaci hanya akan melenyapkan kecintaaan.

Pergaulan yang baik adalah hak yang harus didapatkan oleh pihak istri, bahkan merupakan wasiat ilahi untuk para suami.

Kelembutan juga harus diperlihatkan di hadapan istri, khususnya ketika suami dalam keadaan marah. Meski suami tidak menyukai istrinya dari satu sisi, ia pasti menyukai istrinya dari sisi yang lain.

Baca juga : Meraih Keberkahan dari Berjima' dengan Keampuhan Doa ini yang Akan Memberikan Keturunan Baik

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Janganlah seorang suami membenci istrinya (karena satu hal). Jika suami tidak menyukai salah satu perangai istri, ia akan suka dengan perangainya yang lain.” (HR. Muslim)

Sungguh, sangat mengherankan kenyataan yang terjadi pada sebagian suami. Apabila dia berjumpa dengan teman-teman atau tetangganya, kata-kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan kesopanan, adab, bahkan ketawadhu’an.

Akan tetapi, manakala dia bersama istrinya, mendadak sikapnya seperti api yang disulut dan kata-katanya bagaikan petir yang menghancurkan. Sementara itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik perlakuannya kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.” (HR. at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dll)

Di sisi lain, istri hendaknya mengetahui bahwa kebahagiaan, kecintaan, dan kasih sayang tidak akan sempurna kecuali jika dirinya memiliki ‘iffah (penjagaan terhadap kehormatan diri), taat beragama, mengetahui hak dan kewajibannya.

Dia selalu memenuhi panggilan suaminya karena suami adalah pemimpinnya yang akan menjaganya, melindunginya, dan memberikan nafkah kepadanya.

Istri wajib taat kepada suami, mengurusinya, dan menjaga hartanya; melaksanakan tugas-tugas rumahnya dengan baik, memelihara dan mempercantik dirinya.

Itulah istri salihah dan ibu penyayang yang bertanggung jawab terhadap rumah suami dan anak-anaknya, dan hanya mengagumi ketampanan suaminya.
SHARE ARTIKEL