7 Gaya `Berjima` yang Benar Menurut Islam

Penulis Unknown | Ditayangkan 16 Mar 2018


7 Gaya `Berjima` yang Benar Menurut Islamfoto via youtube.com

Sudah kebelet pengen "begitu" sama istri

Boleh cepet cepet tapi tetap harus ada aturannya biar nambah berkahnya.

Karena itu jangan terburu-buru, sebab jima'mu bisa jadi dosa jika belum tahu beberapa tata cara yang baik dan benar dalam berjima' ini menurut islam.

Memang buat pasangan baru, hal istimewa dan dinantikan yaitu itu berhubungan.

Dan selain itu jika suami-istri melakukannya akan mendapat pahala yang begitu besar.

Tapi jangan salah, jika jima'mu itu berujung dosa akibat tata caranya salah.

Nah, agar jima'mu berkah dan benar, berikut 7 tata cara berjima dengan baik dan benar menurut islam sebagaimana dikutip tribunnews.com

1. Senggama Harus Pakai Penutup

Seperti dijelaskan oleh Syaikh penadzam, bahwa sebagian adab senggama yaitu suami hendaknya menyuruh istrinya untuk melepas semua pakaiannya ada baiknya kalau suami yang melepaskan pakaian istrinya.kemudian suami dan istrinya bersenggama dalam satu selimut , akan tetapi , bukan berarti senggama yg di lakukan itu tanpa penutup sama sekali.

Baca JugaBagi Pasutri: Berjima Bisa Jadi Wajib, Sunnah, Sampai Haram, Tergantung Kondisi Berikut

Karena ada hadist menyatakan. 

Apabila kalian melakukan senggama dengan istrinya , maka jangan telanjang seperti telanjangnya himar “ 

2. Memperindah Diri

Sebelum bermalam pertama, sangat disukai untuk memperindah diri masing-masing dengan berhias, memakai wewangian, serta bersiwak.

Berdasarkan sebuah hadits dari Asma’ binti Yasid radhiyallaahu ‘anha ia menuturkan,

Aku merias Aisyah untuk Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam.

Baca JugaMeraih Keberkahan dari Berjima' dengan Keampuhan Doa ini yang Akan Memberikan Keturunan Baik

Setelah selesai, aku pun memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau pun duduk di sisi Aisyah. Kemudian diberikan kepada beliau segelas susu. 

Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam meminum susu tersebut dan menyerahkannya pada Aisyah.

Aisyah menundukkan kepalanya karena malu.

Maka segeralah aku menyuruhnya untuk mengambil gelas tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR Ahmad, sanad hadits ini dikuatkan oleh Al-Allamah Al-Muhadits Al-Albani dalam Adabul Zifaf].

Adapun disunnahkannya bersiwak, karena adab yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Bahwa beliau selalu bersiwak setiap setiap hendak masuk rumah sebagaimana disebutkan oleh Aisyah radhiyallaahu ‘anha dalam Shahih Muslim.

Baca Juga3 Hal Kesalahan yang Sering Dilakukan Suami Saat Berjima' Padahal Menjadi Keinginan Istri

Selain itu akan sangat baik pula jika disertai dengan mempercantik kamar pengantin sehingga menjadi sempurnalah sebab-sebab yang memunculkan kecintaan dan suasana romantis pada saat itu.

3. Meletekkan Tangan Ubun ubun Istri

Hendaknya suami meletakkan tangannya pada ubun-ubun istrinya seraya mendoakan kebaikan dengan doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR. Bukhari dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].

4. Salat Sunat Dua Rakaat

Disunnahkan bagi keduanya untuk melakukan shalat dua rakaat bersama-sama.

Baca JugaBenarkah Suami Berdosa Jika Tidak Memberikan yang Maksimal Untuk Istri Saat Berjima'?

Syaikh Al Albani dalam Adabuz Zifaf menyebutkan dua atsar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Bakr Ibnu Abi Syaiban dalam Al-Mushannaf dari sahabat Abu Sa’id, bekat budak sahabat Abu Usaid, beliau mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak ia pernah melangsungkan pernikahan.

Ia mengundang beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr, dan Hudzaifah.

Abu Sa’id mengatakan, “Mereka pun membimbingku, mengatakan, ‘Apabila istrimu masuk menemuimu maka shalatlah dua rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu. “Dalam riwayat Atsar yang lain Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, perintahkan isrtimu shalat dibelakangmu.

5. Jangan Terburu Buru

Apabila seorang suami ingin menggauli istrinya, janganlah ia terburu-buru sampai keadaan istrinya benar-benar siap. 

Baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain.

Baca JugaBerjima' Saat Malam Hari. Haruskah Langsung Mandi Junub?

Begitu pula ketika suami telah menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru meninggalkan istrinya sampai terpenuhi hajat istrinya.

Artinya, seorang suami harus memperhatikan keadaan, perasaan, dan keinginan istri.

Kebahagian yang hendak ia raih, ia upayakan pula bisa dirasakan oleh istrinya.

6. Diharamkan Melalui Dubur

Ingat, diharamkan melalui dubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya.

Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang haid atau melalui duburnya, maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud].

Baca JugaSuami Wajib Paham 12 Penyebab Istri Ogah Diajak Berjima' dan Solusinya

Kata ‘kufur’ dalam hadits ini menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang melakukan hal ini.

Meskipun, kata para ulama, ‘kufur’ yang dimaksud dalam hadits ini adalah kufur kecil yang belum mengeluarkan pelakunya dari Islam.

7 Tidak Boleh menyebarkan Rahasia Ranjang

Tidak boleh menyebarkan rahasia ranjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya.

“Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang mendatangi istrinya dan istrinya memberikan kepuasan kepadanya, kemudian ia menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu 'anhu

Kesempurnaan syariat Islam ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya melebihi perhatian hamba terhadap dirinya sendiri. 

Oleh karenanya, hendaklah setiap hamba tetap berada di atas fitrah tersebut di atas agama allah agar dirinya selalu berada di atas jalan yang lurus.

(Tetaplah di atas fitrah) yang Allahtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” [QS. Ar Rum: 30]. Allahu a’lam

SHARE ARTIKEL