Pesan Terakhir Bocah SMP yang Dituduh Mencuri Hp "Guruku adalah neraka bagiku"

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 02 Feb 2018

Pesan Terakhir Bocah SMP yang Dituduh Mencuri Hp
Foto via grid.id

Telunjuk penuh kecurigaan ditodongkan padanya

Guru (digugu lan ditiru) singkatan dalam bahasa jawa yang artinya guru itu adalah orang yang dihormati dan juga diikuti, tapi apa jadinya jika guru malah membuat muridnya berada dalam neraka, tekanan, kekerasan yang ia dapatkan, rasa trauma yang menghantui hingga nekat mengakhiri hidupnya.

Konon, guru adalah orang tua ke-2 bagi setiap generasi.

Hampir 12 jam dalam sehari suka cita dijalani beragam bocah di sekolah.

Baca juga :Bukti Cinta Ibu Pada Anaknya, 15 Momen Perjuangan Ibu demi Anak-anaknya

Tentu jadi hal lumrah bila muncul asumsi, semangat hidup seseorang dapat dilihat dari keseimbangan latar belakang keluarga dan iklim pendidikannya.

Namun apa yang akan terjadi bila sekolah, gudang pemberi mimpi dan bekal bagi masa depan, justru jadi neraka super ngeri bagi anak-anak?

Seorang murid SMP nekat bunuh diri.

Sepucuk surat kepedihan dikirim kepada sang paman.

Isinya cukup sederhana: ingin pergi meningalkan dunia dengan cara gantung diri.

Ternyata alasannya untuk mangkat bikin banyak orang sedih sekaligus marah.

Bagaimana tidak, murid yang duduk di kelas 7 dituduh mencuri ponsel saat di sekolah.

Parahnya lagi, telunjuk penuh kecurigaan ditodongkan langsung oleh gurunya sendiri, orang tuanya selama di sekolah.

Coba simak dan resapi dalamnya pesan yang tertanam pada surat yang ditulis sang bocah.

"Bu Guru, saya tidak mencuri ponsel Bu Guru. Saya Sumpah."

Sekali lagi coba bayangkan bila sang bocah adalah keluarga kita sendiri.

Baca juga : Gara-gara Terpeleset di Dapur, Perut Ibu Hamil ini Tertusuk Pisau

Dalam surat juga terlampir ucapan terimakasih kepada keluarga yang telah merawatnya penuh kasih sayang.

"Saya ingin berterima kasih kepada orang tua karena sudah merawat saya."

"Saya sangat mencintai kalian dan saya sangat menyesal."

Sebelumnya, sang guru diduga telah menyeret sang bocah ke sebuah ruangan.

Pesan Terakhir Bocah SMP yang Dituduh Mencuri Hp
Foto via grid.id

Tubuhnya dikurung sebelum akhirnya dipaksa untuk mengakui perbuatan mencuri iPhone 6.

Namun ibu guru keji tersebut gagal membuktikan tuduhannya.

Bukannya introspeksi diri, sang guru, digugu lan ditiru, justru mempermalukan sang bocah di hadapan teman-teman satu sekolahan.

Dirinya juga tidak dilepaskan ketika telah memasuki jam istirahat.

Sang guru akhirnya mengantar muridnya tersebut pulang menggunakan mobil bersama suaminya yang juga seorang guru.

Sesampainya di rumah, prilaku tercela kembali dilakukan.

Tuduhan yang sama dilontarkan di hadapan keluarga sang bocah.

Kegetiran inilah yang membuat keputusan bulat akhirnya diambil.

Baca juga : Bocah Kecil Ketahuan Mencuri Ayam Hampir Dihakimi Massa, Ibu ini Nekat Selamatkan

Surat ditulis, niat mengakhiri hidup bergelantungan dalam kepala.

Aksi percobaan bunuh diri dilaporkan Berita Daily terjadi pada 24 Januari 2018.

Setelah gagal, pada 27 Januari 2018 sang bocah dilaporkan telah berada di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya.

Pesan Terakhir Bocah SMP yang Dituduh Mencuri Hp
Foto via grid.id

Nafas terakhir akhirnya dihembuskan setelah selama 7 hari koma.

Tragadi guru tuduh murid ini terjadi di sebuah sekolah menengah pertama di Nibong Tebal, Penang, Malaysia.

Semoga bisa jadi pembelajaran bagi kita semua.

Perlu diperhatikan, watak bully bukan hanya ada pada anak-anak.

Tapi, juga bergentayangan begitu sadis dalam benak orang dewasa.

Prasangka bejat tidak berdasar hingga membuat orang lain putus asa dan ingin bunuh diri, sama saja seakan manusia tersebut ingin memangsa manusia lainnya.

Sekretaris DSS Batu Kawan satees Muniady mengutuk sikap guru yang tak bertanggungjawab tersebut.

"Walau usianya sudah 13 tahun, bukan berarti dia bisa dipermalukan di depan teman dan orangtuanya sendiri. Ada cara yang lebih baik untuk menyelidiki kasus pencurian tersebut," ungkapnya.

"Saya tahu kalau ponsel yang hilang itu model iPhone 6, tapi apakah ponsel lebih penting daripada nyawa seorang siswa?" imbuhnya.

"Seharusnya seorang guru bisa paham bahwa usia siswa ini masih belum mampu menerima penyiksaan mental sebesar itu," tambahnya.

Saat ditanya tentang kondisi Piriya, Satees mengatakan bahwa saat ini korban sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Seberang Jaya, Malaysia.

SHARE ARTIKEL