Cerita Haru Persahabatan Dua Wanita yang Terjepit Beton 12 Jam, dan Akhinya Meninggal

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 08 Feb 2018

Cerita Haru Persahabatan Dua Wanita yang Terjepit Beton 12 Jam, dan Akhinya Meninggal
Foto via feminan.com

Detik-detik akhir Putri menyampaikan pesannya
Sebelum menghembuskan nafas terakhir putri menyampaikan hal mengharukan ini, peristiwa ambrolnya tembok di bandara Soekarno-Hatta menyebabkan kedua wanita ini terhimpit beton, sama-sama saling berjuang untuk tetap hidup, banyak orang yang iri melihat persahabat mereka.
Mungkin banyak orang yang iri melihat persahabatan dua perempuan Dianti Dyah Ayu Cahtani alias Putri dan Mukhmainnah.

Keduanya bersahabat sangat baik, bahkan di saat keduanya sedang mengalami derita yang sangat berat, masih saling menanyakan kabar.

Baca juga : Naudzubillah, Pilih Tinggalkan Istri, Ayah ini Nikahi Anak Kandungnya Sendiri.

Keduanya adalah korban yang tertimpa ambrolnya tembok di Jalan Perimeter Selatan, Bandara Soerkano-Hatta, dan terjebak di bawah materil tanah dan beton selama 12 jam.

Peristiwa yang mengharukan, dalam kondisi trauma berat, sebelum akhirnya meninggal dunia, Dianti Dyah Ayu Cahtani alias Putri, menanyakan kabar sahabatnya, Mukhmainnah.

Dia masih ingat, temannya itu terjepit dalam mobil yang sama. Belum sempat melihat kondisi sahabatnya, Putri mengembuskan nafas terakhir.

Mukhmainnah, yang kondisinya lebih baik dibandingkan Putri dan kini masih dalam perawatan, juga berkali-kali menanyakan kabar Putri.

Tapi orang-orang di sekelilingnya terpaksa tak memberikan kabar kalau Putri telah meninggal dunia.

Alasannya, kondisi Mukhmainnah belum stabil.

Diberitakan, Dianti Dyah Ayu Cahtani alias Putri meninggal di Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, Banten.

Putri adalah satu dari dua korban longsor material tanah dan beton di Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Senin (5/2/2018) sore.

Baca juga : Rejeki Suka Seret? Pantas Saja Amalan Penambang Rezeki ini Jarang Dilakukan Suami

Petugas evakuasi gabungan berhasil mengevakuasi Putri pada Selasa (6/2/2018) dini hari dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang.

Tak lama dievakuasi ke dalam mobil ambulans dari timbunan lokasi longsor selama 10 jam, kondisi Putri masih sangat lemah dan trauma berat.

Dalam kondisi begitu, Putri sempat menanyakan nasib temannya, Mutmainah, yang ia ketahui masih terjepit di dalam mobil yang sama.

Demikian diungkapkan ayahanda Putri, Gatot Tjahjono, dalam wawancara dengan stasiun tv swasta di RSUD Kabupaten Tangerang, Selasa (6/2/2018) pagi.

Gatot turut mendampingi proses evakuasi putrinya yang dilakukan tim gabungan di lokasi, hingga anaknya itu dibawa ke RSUD Kabupaten Tangerang sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Mayapada.

Menurut dia, Putri masih bisa diajak komunikasi oleh petugas evakuasi, meski dalam kondisi terjepit impitan mobil dan tumpukan material beton.

Posisi Putri berada di balik kemudi.

Setelah Putri berhasil dikeluarkan dari dalam mobil tersebut, dia menanyakan nasib temannya yang berada di kursi penumpang depan.

"Iya, dia tanya temannya itu bagaimana? Dijawab sama petugas, itu masih proses (evakuasi)," ungkap Gatot.

Selain psikis, lanjut Gatot, anaknya juga mengalami cedera di lengan kanan dan kaki.

"Dia minta kakinya diganjal bantal," terang dia.

Baca juga : Belajar dari Kasus Kematian Pasutri Lansia, ini "Tamparan Keras" Untuk Anak yang Lupa Orangtua

Mukhmainnah, salah seorang korban selamat ambrolnya tembok di Jalan Perimeter Selatan, Bandara Soerkano-Hatta, menanyakan nasib Putri, temannya yang juga terjebak 12 jam.

Dia belum diinformasikan bahwa Putri, yang berada bersamanya di dalam mobil, telah meninggal.

"Dia (Mukhmainnah) tanya temannya, saya bilang, 'Ada di sana.' Saya dapat pesan kondisinya masih labil, jadi saya tidak infokan," kata Syamsudin, ayah Mukhmainnah, di RS Siloam Tangerang, Banten, Selasa (6/2/2018).

Syamsudin mengatakan, dirinya masih merahasiakan apa yang terjadi agar putrinya tidak trauma. Bahkan, dia menghindari membicarakan mengenai insiden itu.

Untuk itu, Syamsudin juga berencana menjauhkan anaknya dari beberapa media massa, seperti televisi, agar tidak terpapar info mengenai kepergian Putri.

"Kemungkinan di ruang perawatan saya enggak akan pasang televisi," katanya.

Syamsudin mengatakan, anaknya tidak mempunyai masalah dalam ingatan. Ia disebut masih bisa menjelaskan saat-saat sebelum terjadinya kejadian.

Mukhmainnah dan Putri merupakan korban ambrolnya tembok di Jalan Perimeter Selatan, Senin (5/2/2018) sore.

Nyawa Putri tidak terselamatkan. Ia mengembuskan napas terakhir di RS Mayapada Tangerang pagi tadi. Jenazah Putri sudah dibawa ke Serang, Banten, untuk dimakamkan.

Mungkin inilah yang dinamakan sahabat sejati dan hanya maut yang dapat memisahkan.
SHARE ARTIKEL