Saat Batuk terasa Sakit Atau Keras? Waspada Batuk Rejan Penyebab Tulang Rusuk Wanita ini Patah

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 26 Jan 2018

Saat Batuk terasa Sakit Atau Keras? Waspada Batuk Rejan Penyebab Tulang Rusuk Wanita ini Patah
Foto via nova.grid.id

Pernah Merasa Batuk Susah atau Keras? 

Batuk terasa tidak enak, rasa sesak didada juga semakin sakit jika dibuat batuk sampai rasa serak yang melekat ditenggorokan ingin dikeluarkan tapi susah, pernah seperti ini? hati-hati perhatikan berarti anda terserang virus yang menyebabkan tulang rusuk wanita ini rusak.

Saat kita tertawa terlalu keras, tentu akan merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh, seperti tulang rahang.

Baca juga : Fenomena Kompres Madu Sebagai Obat Alami Hilangkan Batuk Berdahak Benarkah Efektif?

Begitu juga saat kita batuk, perut akan terasa sakit jika batuk terlalu berlebihan.

Seperti yang dialami perempuan ini, bukan hanya sakit pada perutnya namun ia juga mematahkan tulang rusuknya karena batuk yang benar-benar keras.

Perempuan yang belum disebutkan namanya dalam laporan New England Journal of Medicine ini, awalnya pergi menemui dokter dan diperkirakan dia hanya menderita flu.

Dia sudah mengalami batuk kering selama dua minggu dan muncul rasa sakit di sisi kanan perutnya.

Namun perawatan yang diberikan dokter untuk menyembuhkan flunya tidak berkurang.

Lima hari kemudian ia kembali lagi ke dokter kemudian memperlihatkan ada noda gelap seperti memar di bagian sisi kanan tubuhnya dan tentu saja ia mengalami masalah lain.

Perempuan asal Massachusetts tersebut akhirnya menjalani CT scan dan terlihat tulang rusuk kesembilannya mengalami patah.

Kedua ujung tulang rusuknya telah terpisah.

Tes selanjutnya mengungkapkan jika dia terinfeksi dengan Bordetella pertusis, yang menyebabkan batuk rejan.

Padahal delapan tahun yang lalu, perempuan ini sudah mendapatkan vaksin untuk virus tersebut.

Perempuan tersebut juga mengatakan jika ia tidak berhubungan langsung dengan orang yang sakit.

Batuk rejan jarang serius terjadi pada orang dewasa, namun dalam kasus yang paling parah, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti fraktur tulang rusuk.

Gejala awal dari penyakit ini meliputi pilek, mata merah dan berair, sakit tenggorokan, dan suhu tubuh meningkat.

Baca juga : Musim Hujan Marak Demam, dan Radang Tenggorokan, Atasi dengan Cara Sederhana ini

Batuk intens biasanya dimulai sekitar seminggu kemudian setelah gejala awal tersebut.

Akhirnya perempuan itu diberi antibiotik dan sembuh total setelah menjalani operasi.

Semua staf di klinik, teman, dan keluarganya juga diobati untuk memastikan mereka tidak terkena infeksi.

Pengertian Batuk Rejan

Saat Batuk terasa Sakit Atau Keras? Waspada Batuk Rejan Penyebab Tulang Rusuk Wanita ini Patah

Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular.

Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk mendapat vaksin pertusis.

Baca juga : Down Syndrome Banyak Menghantui Ibu Hamil, Deteksi Sejak Bayi Dalam Kandungan

Gejala Batuk Rejan

Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, terutama pada bayi dan anak kecil, yaitu:

1. Tahap pertama (masa gejala awal). Tahap ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala ringan, seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu, dan di tahap inilah penderita berisiko menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.

2. Tahap kedua (masa paroksismal). Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, namun batuk justru bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Usai serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah, umumnya pada bayi dan anak-anak, serta kelelahan. Tahap ini bisa berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.

3.Tahap ketiga (masa penyembuhan). Di tahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Meski demikian, gejala batuk rejan bisa tetap ada atau bahkan lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung hingga dua bulan atau lebih, tergantung dari pengobatan.

Berikut ini beberapa kondisi yang harus segera menerima penanganan dokter:

  1. Bayi berusia 0-6 bulan yang terlihat sangat tidak sehat.
  2. Penderita kesulitan untuk bernapas.
  3. Penderita mengalami komplikasi serius, seperti kejang atau pneumonia.
  4. Mengeluarkan bunyi saat menarik napas.
  5. Muntah akibat batuk rejan yang parah.
  6. Tubuh menjadi memerah atau membiru.
Saat Batuk terasa Sakit Atau Keras? Waspada Batuk Rejan Penyebab Tulang Rusuk Wanita ini Patah


Penyebab Batuk Rejan

Bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui udara adalah penyebab terjadinya batuk rejan pada seseorang. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang dinding saluran napas penderita dan melepaskan racun.

Baca juga : Ajak Anaknya Main Pesawat-pesawatan Ayah ini Tak Sadar Hal Berbahaya Akan Mengancam

Diagnosis Batuk Rejan

Batuk rejan yang masih pada tahap awal memang cukup sulit untuk didiagnosis, karena penyakit flu atau bronkitis punya gejala-gejala yang hampir serupa. Biasanya dari gejala-gejala batuk pada penderita dan mendengarkan suara batuk yang dihasilkan, dokter sudah bisa mendiagnosis batuk rejan.

Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan, yaitu:

  • Tes darah. Dalam pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya peningkatan sel darah putih dan antibodi bakteri Bordetella pertussis dalam darah penderita.
  • Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan. Untuk melihat apakah lendir atau dahak penderita mengandung bakteri Bordetella pertussis.
  • Foto Rontgen. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat apakah paru-paru pasien mengalami peradangan atau penumpukan cairan di dalamnya. Kondisi ini bisa muncul ketika batuk rejan mengalami komplikasi, misalnya pneumonia.

Pengobatan Batuk Rejan

Berhati-hatilah jika mengonsumsi obat bebas untuk mengobati batuk rejan. Karena banyak sekali jenis obat batuk di pasaran yang ternyata tidak ampuh mengobati batuk rejan atau bahkan tidak dapat mengurangi gejalanya.

Pengobatan batuk rejan dibedakan berdasarkan golongan usia penderita. Berikut ini adalah penjelasan secara lengkapnya.

Mengatasi batuk rejan pada bayi dan anak-anak

Pengobatan utama yang diberikan pada golongan usia ini adalah dengan antibiotik guna melawan bakteri penyebab infeksi. Kortikosteroid akan diberikan untuk mengatasi peradangan pada saluran napas. Baik antibiotik dan kortikosteroid bisa diberikan melalui infus. Sungkup oksigen dapat diberikan untuk membantu pernapasan.

Batuk rejan yang cukup parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru mereka. Penanganan khusus di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka.

Pencegahan Batuk Rejan

Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan. Biasanya dokter memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT), dan Hib.

Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:

  1. Pada usia 2 bulan.
  2. Pada usia 4 bulan.
  3. Pada usia 6 bulan.
  4. Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
  5. Pada usia 5 tahun.

Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di antaranya adalah rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Selain itu, kemungkinan anak juga akan menjadi rewel atau demam.

Penanganan batuk rejan pada remaja dan dewasa

Batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya bisa ditangani sendiri di rumah atau dengan antibiotik sesuai resep dokter. Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah apabila menderita batuk rejan:

  • Konsumsi ibuprofen dan paracetamol, untuk mengatasi gejala demam dan radang tenggorokan.
  • Minum banyak air, untuk menghindari dehidrasi.
  • Keluarkan semua lendir atau muntah saat batuk agar tidak tersedak atau terhirup kembali.
  • Banyak beristirahat.
SHARE ARTIKEL