Kisah Sedih Gara-gara Salah Berdoa Allah Laknat Hingga Hari Kiamat

Penulis Penulis | Ditayangkan 10 Nov 2017
Kisah Sedih Gara-gara Salah Berdoa Allah Laknat Hingga Hari Kiamat

Berdoa merupakan makna lain dari menyampaikan harapan kepada Zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Berdoa dengan keyakinan penuh merupakan jalan menuju keterkabulan. 

Keterkabulan doa sendiri merupakan satu di antara sekian banyak sumber bahagia dan membuat seseorang makin bersemangat menjalani hidup.

Sehingga, tak satu pun orang yang berdoa, kecuali mengharapkan doanya terkabul. Dan tak satu pun orang yang doanya terkabul, kecuali ia merasakan bahagia yang amat besar di dalam hatinya.

Sayangnya, pernah ada kejadian yang justru menimbulkan kepedihan gara-gara doanya dikabulkan. Hal ini terjadi karena pendoa tidak memiliki ilmu dan tipis bahkan tak memiliki iman sehingga ucapannya keliru, kemudian dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Ya Allah, dia (Muhammad) telah memutuskan hubungan persaudaraa di antara kami dengan sesuatu yang tidak kami kenal. Karenanya, hancurkan ia besok.

Kalimat ini diucapkan oleh pemimpin kaum kafir Quraisy yang masih merupakan paman Nabi, Abu Jahal. Imam Ibnu Katsir mengutip riwayat ini di dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim dari riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, Imam An-Nasa’i, Imam Al-Hakim dan riwayat-riwayat shahih lainnya.

Bagus sekali doa Abu Jahal ini. Maknanya benderang. Ia memohon kemenangan dan mendoakan keburukan bagi musuhnya.

Sayangnya, dia berada di pihak yang keliru. Ia tak sadar dan memang menolak sadar saat diajak menuju kebaikan dan cahaya. Bahkan ia kian menjadi-jadi dengan memosisikan diri sebagai laki-laki yang paling depan dalam barisan musuh-musuh Islam.

Seperti yang dikutip dari kisahikmah.com, Dan Allah Ta’ala mengabulkan doa Abu Jahal ini, meski ia keliru dan tak tahu diri. Sedangkan pengabulan doa dari Allah Ta’ala bisa bermakna, “Aku memang akan menghancurkan orang yang memutus tali kekeluargaan dan persaudaraan. Tetapi bukan Muhammad yang memutus tali persaudaraan. Muhammad adalah perekat dan pemersatu umat-bukan hanya keluarga-dalam satu frekuensi, dalam iman kepada Allah Ta’ala. Dan kaulah (Abu Jahal) pemutus kekeluargaan yang sebenarnya.

Riwayat ini juga mengingatkan kita, bahwa saudara bukan hanya mereka yang bernama manusia. Lebih dari itu, saudara ialah mereka yang kita temui dan berjuang bersama dalam Islam dan iman. Sebab kelak, semua teman menjadi musuh, kecuali orang-orang yang beriman.
SHARE ARTIKEL