Meski Kini Aku Masih Berjuang di Perantauan, Ayah, Ibu Lebaran Nanti Anakmu Ini Pasti Pulang

Penulis Unknown | Ditayangkan 14 Jun 2017

Meski Kini Aku Masih Berjuang di Perantauan, Ayah, Ibu Lebaran Nanti Anakmu Ini Pasti Pulang

Ayah, Ibu. Tunggu aku pulang ya. Aku hanya perlu bertahan sebentar lagi di perantauan. Menghitung mundur hari Lebaran juga tak terasa lama, kok.

Ayah, Ibu. Bagaimana kabar kalian hari ini? Mungkin aku anakmu yang masih jauh dari rumah ini tak bisa menemani kalian di hari-hari pada bulan yang penuh berkah ini. Namun Ayah, Ibu. Yakinlah bahwa diriku akan pulang dan tungguhlah aku di depan pintu rumah dengan senyuman yang meskipun tak lagi muda, namun tetap indah dan membuat hatiku lebih tenang. Sehingga ketika waktunya tiba, aku akan berucap "

Ayah, Ibu, aku pulang " sambil tersenyum dan memeluk kalian berdua.

Sampai kapanpun dan sejauh apapun kamu merantau rumah adalah tujuanmu untuk kembali. 

Tapi sebelum waktu kembali ke rumah itu tiba. Kamu harus mengumpulkan pengalaman demi pengalaman terlebih dulu. 

Pengalaman yang lebih banyak datang dari kesukaran daripada kesenangan. 

Mulai dari yang sederhana seperti rasa kesepian saat temanmu sibuk dengan urusan masing-masing sementara kamu jatuh sakit.

Sampai urusan finansial, mengharuskan anak rantau pintar mengelola pengeluaran kalau tak mau kekurangan uang. 

Pokoknya jangan sampai deh coba-coba sama yang namanya ngutang. Belum lagi cobaan seperti saat hari-hari penting tiba. 

Entah hari ulang tahun salah satu anggota keluargamu, atau hari-hari di mana setiap waktu pasti akan selalu ada berkah seperti Ramadan.

Bayangan rumah beserta isinya entah kenapa membuat hari-hari itu terasa lebih berat untuk dilalui. Padahal Ramadan sendiri di manapun selalu sama, dinanti dengan keantusiasan penuh. Ramadan di mana-mana selalu sama. Tapi di kos tetap saja terasa beda karena kamu akan lebih sering sendirian saja.

Bukan cuma iklan berembel-embel Ramadan, atau acara televisi seperti sinetron yang bertajuk religi saja. Tapi antusias setiap orangnya entah di kota besar atau kecil juga yang membuat Ramadhan di mana-mana selalu sama. Di pinggir jalan-jalan itu pasti penuh dengan orang-orang menjajakan beragam es buah, camilan ringan, sampai makanan utama untuk bukaan. Belum lagi pengeras suara di surau yang jadi lebih sering ramai, seperti jamaahnya. Di mana-mana sama Ramdan sama saja, selalu menyenangkan.

Tapi, buatmu yang tinggal di kos dan jauh dari keluarga. Ramadan kali ini tetap saja berbeda. Di kos biarpun penghuni setiap kamarnya ada, tetap saja rasa-rasa sendiri tak bisa kamu dihindari. Ada kalanya teman-teman kosmu ini sudah punya acara masing-masing di luar sana, atau memang mereka sedang ingin sendiri juga. Sementara di rumah, biarpun dari pagi sampai sore sibuk sendiri-sendiri, tetap saja waktu berbuka puasa akan kumpul di meja makan.

Di rumah nggak perlu bingung mau sahur dan buka pakai apa. Tapi di kos semua tergantung uang yang kamu punya

Belum lagi soal makan. Di rumah saat puasa tiba entah kenapa menunya jadi lebih beragam, dan kadang terbilang cukup mewah. Kamu sendiri pasti nggak akan bingung mau sahur atau buka pakai apa. Bahkan saat ingin makan sesuatu, kamu bisa tinggal meminta ke orang rumah. Sementara di kos, mau beli makan untuk sahur dan buka harus lebih dulu mempertimbangkan uang yang kamu punya.

Mau buka puasa pakai es campur dan nasi padang, tapi uangnya cuma cukup buat beli lalapan. Kalaupun maksa mau buat beli, nanti sahurnya pakai apa. Besoknya juga buka lagi pakai apa. Duh, anak kos-kosan.

Di rumah juga tak perlu khawatir telat bangun sahur. Tapi di kos, apa iya kamu bisa bangun tepat waktu?

Dan hal yang paling krusial lagi, ada momen sahur. Di rumah kamu bisa tidur nyenyak tanpa perlu khawatir telat bangun sahur. Karena pasti selalu ada ibu, ayah, adik, kakak yang siap membangunkanmu. Kalaupun kalian sekeluarga telat bangun, nggak perlu juga bingung mau makan apa. Mengingat di rumah pasti ada makanan penyelamat di detik-detik menjelang imsak. Tapi kalau di kos, siapa bilang nggak ada yang bisa bangunin kamu?

Di rumah yang jelas pasti akan selalu ada dan tawa saat menunggu waktu imsak atau buka, sementara di kos apa iya kamu bisa merasakan hadirnya keluarga?

Iya suasana di rumah saat Ramadan memang selalu spesial. Ada kalanya kamu rindu suara Ibu saat bertanya, “

Nak kamu mau buka pakai apa?

” atau suara Ayah saat membangunkanmu untuk sahur dan saat beliau sedang mengaji. Belum lagi Kakak atau Adikmu yang sering bawel mengajakmu tarawih berbarengan. Duh, rasanya ingin segera pulang ke rumah demi merasakan kehadiran mereka.

Meski Kini Aku Masih Berjuang di Perantauan, Ayah, Ibu Lebaran Nanti Anakmu Ini Pasti Pulang

Ayah, Ibu. Tunggu aku pulang ya. Aku hanya perlu bertahan sebentar lagi di perantauan. Menghitung mundur hari Lebaran juga tak terasa lama, kok.

Dari ulasan artikel yang sungguh menyentuh karya seseorang yang mungkin ingin menggambarkan apa yang anak muda atau pun mereka yang tengah berjuang dalam perantauan di tempat kos, serta hidup jauh dari keluarga mereka. 

Ingatlah pesan mereka, doa mereka, dan perjuangkan senyuman mereka, agar ketika Idul Fitri nanti, Ayah dan Ibu akan tersenyum dan menampakkan wajah haru, karena bocah kecil mereka sudah pulang dan menjadi dewasa.

SHARE ARTIKEL