Anak SD Buat Haru, Menabung dan Disedekahkan Tiap Jumat untuk Ibunya yang Telah Meninggal

Penulis Unknown | Ditayangkan 07 Jun 2017
Anak SD Buat Haru, Menabung dan Disedekahkan Tiap Jumat untuk Ibunya yang Telah Meninggal

Sebuah literatur yang menyampaikan bahwa anak layaknya plastik transparan dimana ketika dia berucap maka sebuah kejujuran dan ketulusan mengalir di dalamnya. Namun entah mengapa di era seperti sekarang ini banyak anak yang sudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik dan membuatnya cepat menjadi dewasa, sehingga kejujuran pun akan sangat sulit dilakukan oleh mereka.

Also read : Dibully, Muslimah Yatim Ini Dipaksa Cium Kaki Anak Bos Restoran!

Akan tetapi, sebuah hal yang cukup mengharukan dilakukan oleh bocah SD satu ini. Karena kebaikannya itu, orang dewasa seharusnya mampu berpikir dua kali tentang perilakunya sampai saat ini apakah sudah memahami betul dari arti ketulusan. Lantas, seperti apa hal haru yang dilakukan olehnya? Ternyata kisahnya sungguh mengharukan seperti ini.

Ya, terdapat sebuah kisah haru oleh laman insipiratif ternama, dari page Facebook dengan nama akun Hadiy-jualpupuktanamanhias. Postingan dari akun tersebut menjadi viral hingga mendapat 39 ribu komentar, 122 ribu like dan sudah 63.641 kali dibagikan oleh para netizen. Memangnya apa yang dia post sehingga menjadi bahan pembicaraan netizen baru-baru ini?

Ternyata, hal ini karena pengguna akun tersebut menceritakan pengalamannya ketika, sesudah jumatan dia duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah. Dan berikut inilah kisahnya:

“Jamaah masjid pun sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya. Tak lama seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditional. Satu plastik harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.

Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

Anak: “Berapa harganya Nek?
Nenek: “Satu plastik kue Lima ribu, nak.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :

Anak: “Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.

Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya :
Nenek: “Ya Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya utk beli obat cucu yg lagi sakit.

Si nenek langsung jalan.

Refleks aku panggil anak lelaki itu.
Aku: “Siapa namamu ? Kelas berapa?

Anak: “Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.

Aku: “Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?’”

Anak: ” Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari. Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah.

Aku: “Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.

Anak: “Betul Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah. Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya bersedekah sepotong roti, Pak.

Anak SD itu berbicara dengan fasihnya. Aku pegang bahu anak itu :

Aku: ” Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?

Anak: “Ketika saya masih TK, pak

Tak terasa air mataku menetes :
Aku: “Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan ke tangannya.

Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :
Anak: “Terima kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapa punya keluarga…. Saya pamit balik ke kelas Pak”.

Radit menyalami tanganku dan menciumnya.

Aku: “Allah menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.

Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya.

Anak SD Buat Haru, Menabung dan Disedekahkan Tiap Jumat untuk Ibunya yang Telah Meninggal

Also read : "Bakso Dariku, Untuk Hidupi Anakku yang Kini Telah Kehilangan Seorang Ibu"

Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya.

Kasir: ” Empat puluh ribu rupiah..

Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir:

Aku: ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..

Nenek: “Ya Allah.. Pak…

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik. Aku bergegas menuju Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang keliling dakwah disana.

Dalam hati aku berdoa semoga Allah terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah. Ada kalanya seorang anak lebih jujur dari pada orang dewasa,ajarkanlah anak-anak kita dari dini tindakan nyata yang bukan teori semata. Bagaimana menurutmu? Sudahkah pintu hatimu terketuk akan harta yang hanya bersifat semu setelah melihat secercik kebaikan dari hal tersebut? Yuk berubah menjadi lebih baik.
SHARE ARTIKEL