"Tak ada Makanan Selezat Masakan Ibu, Aku Rindu"

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 20 May 2017

Tribunnews.com

"Masakan Ibu selalu nikmat"

Entah dari mana asalnya, sangat sering kita mendengar ungkapan, “seenak-enaknya makanan di restoran berbintang, atau di pesta-pesta pernikahan yang megah, atau bahkan dibandingkan dengan kuliner tersohor dari luar negeri sekalipun, makanan negeri sendiri tetap lebih enak”.

Dan pernyataan itu lebih dipersempit lagi dengan, ”makanan di kampung halaman tetap lebih sedap”, lalu masih dikerucutkan lagi menjadi, ”masakan ibu di rumah tetap paling nikmat “.

Saat aku masih kecil dulu, ibu selalu memasak sendiri makanan bagi kami sekeluarga.  Ibu bukan ahli masak apalagi jago masak sekelas chef di restoran ternama.

Kemampuan masak Ibu biasa saja, cuma bisa masak makanan standar, semacam sayur bayam, sayur asem, sayur lodeh, soto, ayam goreng, ikan goreng, nasi goreng, ya standar makanan yang biasa tersaji di meja makan orang Indonesia pada umumnya.

Tidak ada bumbu istimewa dalam masakan ibu. Racikan bumbu masakannya sama saja seperti racikan orang lain. Tapi rasanya itu istimewa banget!

Setidaknya itu menurutku, kakak-adik, dan yang Ayah rasakan.

Rasa masakan ibu saya itu gimana ya. Perpaduan antara sedep, khas, nikmat, enak, dan ini yang aneh: kangen.

Jadi bingung, mana ada rasa kangen dalam makanan? Tapi memang benar, ada rasa kangen dalam makanan, ya masakan ibuku.

Susah bila disuruh menjelaskannya. Pokoknya, kurang lebih rasa yang selalu menimbulkan rasa ingin mencoba lagi dan lagi. Rasa yang selalu menimbulkan rasa ingin pulang.

Saat kuperhatikan ibu masak, lebih tidak istimewa lagi. Ibu melakukan segalanya serba cepat, maklum anaknya banyak, jadi segala sesuatunya harus dijkerjakan secepat kilat.

Masak sayur bayam saja, bukannya daun bayam dipetik setangkai demi setangkai. Tapi segenggam sekaligus, diseleksi mana yg tua dan berserat, dipetik dengan asal, dan selesai sudah 10 ikat bayam dipetik rapi.

Baca Juga: Buat Suami: Sekecil dan Seremeh Apapun Usaha Istri untuk Membahagiakanmu, Hargailah!

Apalagi bumbunya, jangan ditanya. Dirajang, diblender, semuanya serba cepat. Begitu pun bumbu-bumbu yang lain, garam, gula dan lainya, ditumpahkan begitu saja tanpa takaran, hanya menggunakan perasaan sepertinya. Apa ini namanya perasaan cinta ibu untuk kami?

Dan hasilnya, haduh, sayur bayam ternikmat dan terlezat sedunia! Perpaduan kelembutan daun bayam, manisnya jagung muda, segarnya kuah, tak ada duanya!

Sungguh rasa masakan ibu di rumah jauh lebih nikmat daripada rasa masakan hasil racikan ahli masak di restoran manapun.

Yan tidak logis lagi adalah, ketika ibu ceplok telor kegosongan, goreng ikan masih bau amis, dan lainnya. Kenapa rasanya masih saja lebih sedap dari pada makan di restoran yang kokinya begitu terkenal.

Sekarang aku tahu jawabannya. Ini bukan semata-mata masalah rasa, namun masalah hati, masalah kedekatan emosi, masalah suasana rumah yang penuh dengan kehangatan, yang mampu membangkitkan selera makan yang luar biasa, yang melebihi selera makan di hotel berbintang.

Suasana makan berkumpul bersama keluarga, sungguh tak tergantikan. Makanan apapun yang disajikan, sesederhana apapun menunya, selalu habis, licin tandas, hanya menyisakan rasa lega dan bahagia sang Ibu, karena hasil olahannya diterima dengan antusias oleh orang-orang tercintanya. Habis pupus semua rasa lelah, semua keringat yang deras mengucur selama berkutat di dapur.

Bukan hanya aku seorang rupanya yang selalu merindukan masakan ibunda tercinta. Merindukan sajiannya yang istimewa dalam kesederhanaan, yang luar biasa lezat dalam keterbatasan.

Teman-teman pun, mengaku memiliki perasaan yang sama, selalu rindu masakan rumah, yang diracik dengan tangan-tangan yang digerakkan oleh rasa sayang kepada belahan jiwanya.
SHARE ARTIKEL